Sentimen
Negatif (100%)
16 Feb 2024 : 09.56
Informasi Tambahan

Event: Pemilu 2014

Kab/Kota: bandung, Bangka

Kasus: covid-19, nepotisme, korupsi

Partai Terkait

Semasa Hidupnya Rizal Ramli Memang Jadi Ancaman bagi Rezim Jokowi

Keuangan News Keuangan News Jenis Media: Nasional

16 Feb 2024 : 09.56
Semasa Hidupnya Rizal Ramli Memang Jadi Ancaman bagi Rezim Jokowi

Oleh :  Syafril Sjofyan – Pemerhati Kebijakan Publik, Aktivis Pergerakan 77-78, Sekjen APPTNI

Bandung, 10 Februari 2024

KNews.id – Empat puluh hari Rizal Ramli pergi. Tanah kuburan masih basah. Berdoa semoga RR tenang disana. Kerusakan demokrasi di Indonesia yang sering di kritisi oleh Rizal Ramli semasa hidupnya kini semakin parah. Presiden Joko Widodo berkampanye dan berpihak terang-terangan dinyatakan oleh Jokowi sendiri. Tentu setelah RR tiada.

Rizal Ramli memang lugas tidak mengenal takut. Ketika berkunjung ke pulau Rempang. RR menyatakan Rempang dikosongkan karena Jokowi boneka Xi Jinping. China akan membangun pangkalan militer di Rempang. Oleh sebab itu Jokowi harus dijatuhkan sebelum Pemilu.

Masih terngiang ucapan RR yang juga diberitakan banyak sosmed. Ngeri. Kenapa RR tidak mengenal takut. Dia yakin keberpihakannya terhadap bangsa terutama rakyat Indonesia selama 50 tahun berkiprah sangat kental sekali. Tidak satupun yang dia takuti. Hanya Tuhan yang ditakuti. Itu juga disampaikan manakala RR tampil sebagai nara sumber di TV.

Satu hal yang saya pahami selama bersama Rizal Ramli adalah integritas yang mengagumkan. Itu sebabnya dia ditakuti, bahkan jadi ancaman penguasa. Karena tidak satupun cacat yang bisa dijadikan sandera. Untuk mendiamkan RR. Bahkan serangan buzzer. Tidak mempan. RR tidak akan bisa di gertak atau diminta diam.

RR adalah Tokoh Nasional berbeda. Di Indonesia banyak tokoh dan penguasa serta mantan penguasa diam dan takut karena terjerat kasus. Para elit politik maupun para pejabat yang sedang manggung banyak terjerat berbagai kasus.

Rizal Ramli pernah mengungkapkan “kenakalan sahabatnya” opung LBP yang punya kebisaan “memelihara” para petinggi parpol dan pejabat pemerintahan/ Menteri yang mempunyai kasus. Dijadikan “kerbau” dicocok hidungnya sehingga nurut. Beruntung RR tidak bisa menjadi kerbau. Beda dengan para pejabat atau mantan pejabat yang menjadi penurut takut kasusnya diangkat.

Dalam memperingati 40 hari kepergian RR menghadap sang Chalik. Saya ingin cerita tentang integritas diri RR. Belum pernah saya ungkap ke media. Hanya kebeberapa sahabat.

Dari ribuan teman RR. Saya bahagia sebagai teman yang dipercaya. Selalu diikutkan dalam pertemuan rutin dan terbatas setiap dua kali seminggu. Kadang bisa setiap minggu. Di rumahnya di jalan Bangka. Hanya sebelas orang. Saya satu-satunya dari luar kota Bandung. Sejak tahun 2012. Sejak saya tidak lagi bertugas di Aceh.

RR sangat terbuka kepada sahabat tentang apa yang dialami, selalu disampaikan dalam pertemuan terbatas. Banyak hal. Sebelum saya cerita fakta. Perlu juga saya cerita tentang bagimana RR memelihara kesehatan dirinya.

Pernah beberapa tahun yang silam. Sebelum pertemuan Tim dimulai. Kami sebelas diajak masuk ke kamar pribadi. Hanya melihatkan perutnya bekas dioperasi. Ketika covid. RR menyediakan tim kesehatan di rumahnya, setiap peserta rapat diperiksa. Dicolok hidung untuk Swab test.

Rutin RR mendatangkan dokter sehingga tim kecil termasuk saya pernah disuntik vitamin C. Dokter didatangkan ke rumah. Pernah bersama dalam satu mobil pribadinya menuju suatu tempat. Saya diberi minuman Yakult, yang disimpan di strotage mobil. Sangat sehat dan terjaga.

Keterkejutan saya mendengar kepergian Rizal Ramli. Karena belum pernah mendengar tentang penyakit, yang diumumkan rumah sakit sebagai penyebab kematiannya. Selama bergaul bersama RR dan rutin ketemu. Belum pernah mendengar tentang hal tersebut. Bisa jadi RR tidak tahu, dalam pertemuan rutin dia tidak pernah cerita. Kenapa tiba-tiba ada penyakit tersebut menyerang secara dadakan. RR sudah pergi tidaklah mungkin di tanya lagi. Apakah dia tahu?. Walahualam

Seperti yang saya jelaskan ingin menceritakan pengalaman yang belum pernah saya sampaikan ke media. Tahun 2009 saya ditelpon Rizal Ramli. “Fril kamu masih di Aceh?” “Kembali dong, bantu saya. mau mencalonkan diri jadi Presiden”. “Saya punya cara untuk mesejahterakan bangsa ini”

Ketika itu, saya minta maaf tidak bisa karena masih terikat kontrak kerja. Hanya mengikuti perkembangan dari jauh. Tim RR ketika itu dikoordinir almarhum Bram Zakir aktivis 77-78 dari UI. Setahu saya gagal karena beberapa parpol kecil-kecil yang sudah mengikat janji berpindah mendukung SBY.

Tahun 2012 saya datang ke Jakarta. RR memberi tugas. Jadi Ketua Partai di Jawa Barat. Walaupun RR tidak ada di partai tersebut. Saya bantu membangun Partai di Sumbar dan juga di Aceh.

Menjelang Pemilu 2014. Setelah gagal di Bawaslu. Ada lima partai berperkara di PTUN. Saya diminta RR mendampingi Ketua Umum selama sidang marathon di PTUN. Mendekat akhir persidangan. Ketua Umum menyampaikan dapat bisikan dari “seseorang” dari PTUN, bisa lolos dengan 3 M. Pak Syafril dekat dengan RR tolong sampaikan.

Pagi saya kerumah RR di jalan Bangka. Sedang sarapan. Saya sampaikan bisikan tersebut. Saya kaget karena sahabat saya mengebrak meja sambil bersuara keras. “Fril sekali kita lakukan itu, kesana nya kita akan rusak”. “Masalah uang gampang, tapi kaki saya sudah terikat”. Saya masih mencoba menjawab “lha itukan kapal untuk berlayar”. “Sudah!, tunggu saja keputusannya, lolos syukur. Singkat RR menjawab. Saya sarapan sembari tercekat. Parpol yang lolos di sidang PTUN untuk ikut Pemilu 2014 dua partai. PBB dan PKPI.

Tahun 2015 ketika Rizal Ramli menjadi Menko Maritim. Menolak reklamasi Jakarta. Dirut Podomoro di cokok oleh KPK. Diganti oleh Cosmas Batubara (CB). Aktivis 66, mantan Menteri jaman Orba. Sekarang sudah meninggal. Suatu ketika saya dihubungi seseorang via telpon yang mengaku dekat dengan CB mau ketemu. Saya sebut saja “beliau”. Dari Jakarta “beliau” sendiri ke Bandung. Saya bertemu di Resto bersama seorang teman aktivis 77-78.

Beliau merencanakan agar saya atas nama angkatan 77-78 menyelenggarakan Seminar dengan Keynote Speaker RR dan Narsumnya CB, semua biaya ditanggung. Sempat juga beliau mention aktivis 77-78 idealis. Nanti akan dibantu membangun kantor 77-78 kebutuhan lain dsbnya.

Saya sempat komentar “kenapa tidak langsung bertemu CB aktivis angkatan 66 ke kantor RR angkatan 77-78 sesama aktivis”. Menurut beliau “dalam situasi sekarang tidak memungkinkan”.

Saya lurus saja. Saya telpon RR, walaupun Menko jika tidak rapat ataupun sedang ke istana. Telpon diterima. Saya cerita singkat tentang keinginan CB. Dijawab singkat oleh RR. “NO WAY!”. Telpon dia tutup.

Setelah itu. Saya bicara sesama teman yang ikut bertemu beliau. Gila ya! RR menolak. Padahal keuntungan Reklamasi Triliunan. Bisa biaya. RR jadi Presiden. Itulah Rizal Ramli integritas diatas segalanya.

Saya teringat ketika di era Gusdur. RR memberikan pisau ke putranya untuk menikam dirinya, gara-gara putranya menyampaikan dia ditawari jadi salah satu komisaris. Beda jauh dengan Joko Widodo dengan anteng “mengendong” putranya menjadi calon wakil presiden walaupun melanggar etika dan melanggar undang-undang tentang Nepotisme. Sudah diadukan oleh masyarakat ke PTUN dan Bareskrim Polri.

Aduan dugaan korupsi putranya Jokowi Gibran & Kaesang di KPK oleh seorang akademisi Ubedillah Badrun. “Didiamkan KPK”. KPK sudah berubah. Dulu sebagai lembaga tinggi independen. Sekarang berada dibawah Presiden. Pegawai KPK menjadi ASN. Revisi UU KPK oleh rejim Jokowi.

Saya teringat ketika tiga sahabat aktivis 77-78 mengaku ke saya mereka dimarahin habis-habisan oleh RR ketika menjadi Kabulog. Mereka mendatangi RR membantu satu pengusaha cina, kapal yang penuh beras impor terkatung tidak bisa sandar, agar dibantu. “Kalian butuh uang ngomong saya beri!, “Jangan ikut merusak rakyat”!.

Itulah Rizal Ramli seorang Tokoh Nasional yang juga disegani didalam dan luar negeri. Dia pergi terlalu cepat sementara rejim Oligarki dan Dinasti semakin ganas. Suara RR akan selalu nyaring. Walau jasadnya bersatu dengan tanah. Sebagai penjaga demokrasi yang mencintai dan dicintai rakyat.

(Zs/NRS)

Sentimen: negatif (100%)