Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Senayan
Partai Terkait
Tom Lembong Ingatkan Luhut yang Komentari Harga Nikel, Hati-hati Berbicara
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong merespons pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait harga nikel dunia yang anjlok hingga mengancam tambang dunia.
Sebelumnya, Luhut menilai tidak masalah bila tambang dunia yang terancam tutup, selama kondisi di Indonesia tidak demikian. Terkait hal ini, Tom Lembong memperingatkan Luhut untuk berhati-hati dalam berbicara.
“Hati-hati berbicara terlalu dini ya,” kata Tom Lembong ditemui di On3 Senayan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat.
Tom Lembong menilai, penurunan harga nikel masih akan terus berlanjut, dan ada kemungkinan harga nikel terus melemah sampai tahun depan, atau bahkan mungkin dua tahun berikutnya.
“Jadi jangan kita merayakan terlalu cepat, terlalu dini,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia mewanti-wanti Luhut agar menjaga bicara, mengingat kondisi ini masih awalan. Menurutnya, kondisi ini akan berimbas ke industri smelter manapun, termasuk mengancam tambang nikel di Indonesia.
“Hati-hati berbicara terlalu dini karena ini kisahnya belum selesai, masih ada beberapa tahun lagi di mana harga nikel akan turun terus melemah dengan konsekuensi bagi industri smelter maupun tambang nikel di Indonesia,” tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, harga nikel anjlok ke US$ 15.000 per ton. Mengutip laporan The Business Times, harga nikel di LME turun hampir 50% sejak 3 Januari 2023. Pasar nikel berada dalam kondisi ini setelah banjirnya pasokan baru dari Indonesia, akibat dari investasi dan terobosan teknologi besar-besaran dari China.
“Ya biar aja tambang dunia tutup, asal kita nggak ikut-ikutan,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat.
Menyangkut Indonesia yang dituding sebagai penyebabnya, menurut Luhut, hal ini tidak dapat dipastikan dalam waktu hanya satu tahun. Butuh waktu identifikasi lebih lama untuk memastikan hal tersebut.
Sementara menyangkut permintaan World Bank agar Indonesia menahan produksi nikelnya, Luhut menekankan kalau Indonesia tidak pernah jor-joran dalam memproduksi nikel karena Indonesia kelebihan pasokan.
“Kita nggak pernah jor-joran. Ndak pernah. (Kelebihan pasokan karena jor-joran?) Ndak juga. Ndak betul itu,” tegasnya. Menurutnya, penyebab turunnya harga nikel global dibandingkan dengan tahun lalu ialah karena mencari equilibrium atau titik keseimbangan harga baru. Ia juga menekankan kembali, hal ini butuh kajian panjang.
“Itu kan at the end cari equilibriumnya. Dia kan cari anu sendiri. Apa saja komoditi itu kamu lihatnya nggak boleh dari setahun dua tahun harus 5-10 tahun. Harus dilihat kumulatif harganya. Kemudian melihat harga rata-ratanya,” pungkasnya.
(Zs/Dtk)
Sentimen: negatif (97.7%)