Sentimen
Netral (49%)
13 Feb 2024 : 04.19
Informasi Tambahan

Kasus: serangan siber

Tokoh Terkait

Bawaslu Ungkap Potensi Hoaks Meningkat Jelang Coblosan

13 Feb 2024 : 11.19 Views 1

Beritajatim.com Beritajatim.com Jenis Media: Politik

Bawaslu Ungkap Potensi Hoaks Meningkat Jelang Coblosan

Jakarta (beritajatim.com) – Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Lolly Suhenty, mengungkapkan temuan hoaks terkait pemilu dan potensi penyebaran hoaks menjelang pemungutan suara pada 14 Februari 2024.

Temuan ini didasarkan pada penelusuran yang dilakukan oleh tim pengawasan siber Bawaslu dan Panitia Pengawas (Panwas) level nasional terhadap pelanggaran konten.

Menurut Lolly, hasil rekapitulasi pengawasan siber Bawaslu selama tahapan kampanye, dari tanggal 28 November hingga 10 Februari 2024, menunjukkan adanya 355 dugaan pelanggaran konten internet (siber).

“Temuan ini merupakan hasil analisis tim pengawasan siber terhadap konten yang diduga melanggar aturan atau tidak,” ujar Lolly di pusat media Bawaslu, pada Senin (12/2/2024).

Dia menjelaskan bahwa temuan tersebut dibagi ke dalam beberapa kategori. Contohnya, dari 355 konten yang diamati, sebanyak 33,2% berasal dari platform Facebook (FB), dan 0,6% berasal dari platform YouTube.

“Ini menunjukkan bahwa konten yang diduga melanggar aturan pemilu lebih dominan di platform FB daripada YouTube,” tambahnya.

Lolly juga menambahkan bahwa dalam hal jenis sasaran yang paling banyak diserang oleh serangan siber, pasangan calon presiden/wakil presiden (capres/cawapres) nomor urut 02 menjadi target terbanyak dengan 45%.

“Paslon capres/cawapres nomor urut 01 sebesar 33%, dan paslon nomor urut 03 sebesar 18%,” ungkapnya.

Selain itu, Lolly juga memprediksi bahwa hoaks akan meningkat menjelang pemungutan suara. Oleh karena itu, dia meminta kepada seluruh jajaran Bawaslu untuk meningkatkan intensitas pencegahan dan pengawasan siber agar lebih efektif. “Kolaborasi dengan platform digital juga perlu ditingkatkan secara intensif,” pesannya.

Di sisi lain, Koalisi Masyarakat Sipil Lawan Disinformasi Pemilu, yang terdiri dari 20 organisasi masyarakat sipil dan peneliti independen yang peduli terhadap penanganan gangguan informasi, juga melakukan monitoring media sosial.

Dalam evaluasinya, koalisi ini, yang diwakili oleh Ketua Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, menyebutkan bahwa terdapat beberapa temuan terkait penyebaran disinformasi dan ujaran kebencian terkait pemilu.

“Dari banyaknya disinformasi yang beredar, platform YouTube menjadi tempat penemuan disinformasi terbanyak, yakni sebesar 44,6%. Disinformasi juga ditemukan di Facebook (34,4%), TikTok (9,3%), Twitter (8%), WhatsApp (1,5%), dan Instagram (1,4%),” jelasnya. [ian]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks


Sentimen: netral (49.9%)