BRASIL - Seorang kolonel tentara Brasil yang dicari polisi dalam penyelidikan percobaan kudeta yang dilakukan rekan mantan presiden sayap kanan Brasil ditangkap pada Minggu (11/2/2024) ketika dia kembali dari Amerika Serikat (AS).

Kolonel Bernardo Correa Neto ditangkap di bandara Brasilia ketika dia tiba dan ditahan di garnisun tentara setelah sidang hak asuh.

Dikutip Reuters, dia dikirim ke AS oleh tentara dalam misi di Inter-American Defense College di Washington pada Desember 2022, ketika mantan Presiden Jair Bolsonaro berangkat ke Florida beberapa hari sebelum pelantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.

Bolsonaro tidak pernah mengakui kekalahannya dari Lula pada pemilu Oktober 2022 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk jabatan terpilih hingga tahun 2030 karena menyalahgunakan kekuasaannya sebagai presiden dan menyerang sistem pemungutan suara Brasil dengan membuat klaim tidak berdasar bahwa sistem tersebut rentan terhadap penipuan.

Polisi Federal pada Kamis (8/2/2024) menggerebek rumah pantai Bolsonaro dan kantor partai politiknya, menyita paspornya dan menuduhnya mengedit rancangan keputusan untuk membatalkan hasil pemilu sebagai bagian dari dugaan rencana kudeta militer.

Bolsonaro, seorang populis sayap kanan yang sering disamakan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, membantah konspirasi tersebut dan menyebut penyelidikan tersebut sebagai penganiayaan politik.

Operasi polisi pada Kamis (8/2/2024) itu mencakup surat perintah penggeledahan terhadap empat mantan menteri, tiga di antaranya pensiunan jenderal angkatan darat, dan penangkapan empat mantan ajudannya, termasuk Kolonel Correa Neto.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Presiden partai politik sayap kanan Bolsonaro, Valdemar Costa Neto, juga ditangkap pada Kamis (8/2/2024) ketika penggeledahan di rumahnya di Brasilia menemukan senjata api yang tidak terdaftar.

Dia dibebaskan sementara pada Sabtu (10/2/2024) tetapi telah diperintahkan oleh Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes untuk tidak berbicara dengan orang lain yang terlibat dalam penyelidikan kudeta.