Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Senayan
Tokoh Terkait
Tom Lembong: Saya Menyesal Karena Pernah Menjadi Bagian dari Pemerintah
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT – Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2016-2019 sekaligus Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Tom Lembong, mengaku menyesal pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penyesalan tersebut diungkap Tom Lembong dalam diskusi ‘Pemuda Harsa: Bangga Bicara’ di On3 Senayan, GBK, pada Jumat, 9 Februari 2024 yang lalu.
“Semakin mendalami data-data ekonomi, say aini benar-benar sedih banget. Sedih banget, prihatin banget. Dan saya punya rasa sesal, menyesal yang lumayan besar karena pernah menjadi bagian dari pemerintah, kata Tom Lembong mengungkapkan.
Menurut Tom Lembong, strategi ekonomi yang dijalankan Pemerintah RI rata-rata berjalan gagal.
"Termasuk di saat-saat kita menjalankan strategi yang menurut data yang saya lihat, rada-rada tidak berhasil. Kalau mau lebih keras lagi, ya banyak gagal," sambungnya.
Diungkapkan Tom Lembong, salah satu kegagalan Pemerintah RI adalah tidak dapat mengatasi kondisi kelas menengah di Indonesia yang masih terjebak dalam middle income trap dalam 10 tahun terakhir. Menurutnya, tidak ada perkembangan signifikan yang diperbaiki pemerintah.
Baca Juga: Tom Lembong Yakin Anies Orang yang 'Lurus', Ajak Muhammadiyah Dukung AMIN
Dia menganalogikan perkembangan masyarakat menengah dengan fenomena puncak penjualan motor. Menurutnya, pada 2013 terjadi puncak penjualan motor dimana angka penjualan mencapai 7,9 juta unit. Namun, pada saat ini jumlah penjualan motor hanya berada di kisaran 5 juta unit per tahun.
"Sepuluh tahun terakhir ini kelas menengah kita tidak berkembang. Minimum paling baik itu stagnan, tidak bertambah dan ada potensi cukup besar bahwa kelas menengah kita lalu menciut karena sekali lagi, bagi saya indikator yang paling tepat itu ya jumlah sepeda motor," ujarnya.
Tidak hanya soal penjualan motor, penjualan mobil juga mengalami penurunan dan stagnasi dimana jumlahnya cenderung merosot dari tahun ke tahun. Hal tersebut terjadi, menurut Tom Lembong, karena adanya ketimpangan.
"Sepuluh tahun terakhir ini, fokus kebijakan ekonomi adalah investasi. Sebagai seorang mantan Kepala BKPM, saya tahu banget, saya pernah jadi salesman republik ini untuk menarik investor, menarik investasi. Tapi banyakan investasi itu masuk ke sektor-sektor yang padat modal, bukannya padat karya," jelasnya.
Tom Lembong juga menyebut bahwa fokus investasi ke sektor industri seperti pertambangan dan perkebunan hanya dinikmati masyarakat Indonesia sekitar 20 persen saja. Sehingga, sebagian besar tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia.
"Industri itu hanya 18 persen dari ekonomi kita. Nggak sampai seperlima. Sementara yang namanya sektor jasa itu kalau dijumlahkan itu 52 persen dari ekonomi kita. Jadi, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa keuangan, perbankan, jasa transportasi, angkutan, perhotelan, orang sering lupa bahwa sektor properti, real estate itu bagian dari sektor jasa, perumahan, perkantoran, bangunan, jasa konstruksi, itu semua sektor jasa. Jadi, sektor jasa itulah padat karya," ujarnya.
"Apakah itu hotel, apakah itu supir truk, apakah itu supir bus, apakah itu pilot pesawat, apakah itu pramugara pramugari itu semuanya lapangan kerja. Lapangan kerja di situ, itu pada karya, ya. Kalau kita ke smelter nikel, itu kerjanya gak banyak, apalagi pabrik baterai, atau pabrik mobil listrik," pungkasnya.***
Sentimen: positif (94.1%)