Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Kuala Lumpur, Riyadh
Tokoh Terkait
Antrean WNI di TPS Kuala Lumpur Akibat Jumlah DPT dan DPK Sama Besar
Kompas.com Jenis Media: Nasional
JAKARTA, KOMPAS.com - Proses pemungutan suara dalam Pemilu dan Pilpres 2024 bagi warga Indonesia yang bermukim di Kuala Lumpur, Malaysia pada hari ini, Minggu (14/2/2024), sempat terkendala karena jumlah pemilih yang membeludak.
Menurut Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo, pemungutan suara di Kuala Lumpur dipusatkan di Gedung World Trade Center.
Wahyu mengatakan, permasalahan yang terjadi dalam pemungutan suara Pemilu dan Pilpres 2024 adalah jumlah pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK) jumlahnya hampir seimbang, yakni masing-masing lebih dari 200.000 orang.
WNI yang masuk dalam DPK karena nama mereka tidak masuk dalam DPT akibat berbagai hal. Alhasil mereka membawa paspor dan kartu tanda penduduk buat mendaftar menjadi pemilih hari ini.
Baca juga: Pemilih di Kuala Lumpur Membeludak, Waktu Pencoblosan DPK Dimajukan
Alhasil, proses pendaftaran sempat terhambat karena jumlah pemilih yang membeludak.
"Masalah krusial adalah besarnya angka pemilih non DPT yang datang pada hari H, sebagian besar tadi pagi," kata Wahyu dalam telekonferensi melalui Zoom.
Wahyu mengatakan, di WTC Kuala Lumpur terdapat 223 TPS yang disiapkan oleh PPLN.
TPS itu berada di 2 lantai berbeda, yakni TPS nomor 01 sampai 139 berada di lantai 4. Kemudian TPS nomor 139 sampai 223 berada di lantai 3.
Baca juga: Pencoblosan di Riyadh Selesai, Pemilih Membludak di Tengah Cuaca Dingin
Wahyu yang juga menjadi pemantau Pemilu di luar negeri mengatakan, karena jumlah pemilih yang cukup besar dan konsentrasi TPS di WTC maka antrean pun mengular.
"Antrean membeludak. Sebagian besar mereka yang antri adalah pemilih non DPR. Kalau mengacu pada aturan memang baru bisa memilih 1 jam sebelum penutupan, tapi ini dimajukan," ujar Wahyu.
Dalam kesempatan yang sama, Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini yang juga menjadi pemantau Pemilu di Malaysia menilai akurasi data sangat penting supaya tidak terjadi penumpukan massa calon pemilih.
"Pemilih via pos di Malaysia seharusnya tidak ditentukan oleh PPLN (panitia pemilihan luar negeri), melainkan berdasar permintaan dari pemilih langsung atau by request," kata Titi melalui Zoom.
Baca juga: WNI yang Mau Nyoblos di Kuala Lumpur Membeludak, Ratusan Ribu Orang Tak Masuk DPT
Sedangkan proses pemungutan suara di Tawau, Sabah, Malaysia serta Singapura berjalan lancar dan kondusif.
-. - "-", -. -
Sentimen: negatif (99.9%)