Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Populi Center
Kab/Kota: Bogor, Gunung
Melihat Makna di Balik Pertemuan Gibran, SBY, dan AHY di Cikeas
Liputan6.com Jenis Media: News
Liputan6.com, Jakarta - Mengenakan kemeja berwarna biru, Gibran Rakabuming Raka tiba di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2/2024) pagi. Putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambut kehadiran capres pendamping Prabowo Subianto tersebut di depan gerbang.
"Terima kasih sudah datang," kata AHY kepada Gibran.
Usai bersalaman dan cipika-cipiki, Gibran dan AHY berjalan menuju rumah, di mana SBY sudah menanti kehadiran Gibran. Putra Presiden Jokowi itu pun langsung bersalaman dengan SBY yang telah menantinya di depan rumah. Ia mengucapkan terima kasih kepada SBY yang telah menerima kunjungannya di Cikeas.
"Matur suwun (terima kasih) sudah diterima pagi pak," kata Gibran kepada SBY.
Lalu, SBY pun mempersilakan Gibran dengan didampingi AHY masuk ke dalam rumahnya. Mereka menggelar pertemuan yang membahas tentang Indonesia hari ini, Indonesia ke depan, juga tantangan global yang kompleks.
Menurut Pengamat Politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, pertemuan tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk penguatan konsolidasi dengan partai pendukung. Karena menurutnya, split ticket dari pendukung partai koalisi masih berpotensi terjadi dalam Pilpres 2024.
Split ticket sendiri ialah tidak memilih atau berbeda pilihan dengan dukungan resmi dari partainya.
"14 Februari ini, PR dari Prabowo Gibran untuk memastikan ke satu putaran. Ini kan sebenarnya caranya itu, konsolidasikan partai-partai pendukung. Saya kira jangan sampai terjadi yang namanya split ticket," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Dia menjelaskan, safari politik itu penting dilakukan Gibran untuk mewujudkan Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Terlebih hari pencoblosan kini tinggal sembilan hari lagi.
"Agar kepercayaan mencapai suatu putaran di Pilpres ini penting menurut saya. Strategi yang harus digencarkan oleh 02 ini memastikan atau mensolidkan partai-partai pendukung agar pemilih partai memenuhinya juga dalam Pilpres," ujar dia.
Usep mengungkapkan, potensi split ticket bisa terjadi di sejumlah daerah. Yang mana, masing masing dapil memiliki kepentingan tersendiri untuk mengikuti tren elektabilitas calon.
"Di mana-mana ada ya itu ya, karena mereka juga kan punya kepentingan. Caleg-caleg itu punya kepentingan misalnya dia mengikuti tren elektabilitas. Misalnya dapilnya berbeda dengan pilihan partai politiknya, ya tapi yang penting mereka memilih dirinya kan gitu. Nah di data kita itu, yang split ticket itu dalam konteks partai-partai masih banyak. Tidak hanya di pendukung 02," dia menerangkan.
Ia menerangkan, misalnya pada pemilih Demokrat banyak juga yang bocor. Tidak seluruhnya solid mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
"Masih ada gitu walaupun secara umum ke 02. Lalu kemudian PAN juga apalagi, itu banyak. Nah Gerindra juga masih ada walaupun Gerindra karena ini pengusung utama juga relatif solid dukung 02. Begitu juga yang lain PDIP juga demikian, lalu Perindo dan lain sebagainya," kata dia.
Jadi untuk urusan Pilpres, menurut dia, selain mesin partai yang harus bergerak, juga kekuatan dari sosok capres cawapres. Kedua faktor itu menjadi penentu.
"Bukan hanya soal mesin politik saja, jadi ini penting. Kalau menurut saya pertemuan-pertemuan dengan partai-partai politik mensolidkan itu. Dan mungkin kegiatan-kegiatan juga bareng ya jadi saling menguntungkan partai-partai politik juga. Mereka mengharapkan efek ekor jas. Nah memang yang solid itu yang mendapatkan efek ekor jasnya. Misalnya Prabowo 02 itu lebih banyak ke Gerindra, atau Golkar, atau bahkan PSI," dia menerangkan.
"Sementara partai partai lain tidak mendapatkan coctail effect yang siginifikan," Usep menambahkan.
Karena itu, untuk mensiasati agar partai lain dapat cocktail effect, para petinggi partai yang memiliki pengaruh luas harus turun gunung. Mereka dapat tampil dalam kampanye kampanye dengan pasangan capres cawapres yang diusungnya.
"Strateginya partai-partai itu juga harus tampil. Jadi yang punya tokoh-tokoh yang punya cocktail effect itu juga harus ditampilkan dalam kampanye-kampanye 02 in. di Demokrat menampilkan Pak SBY dan AHY sebagai tokohnya. Begitu juga Zulhas atau tokoh lain yang dianggap punya kemampuan menggerakkan di tiap partainya," ujar dia.
Sentimen: positif (100%)