Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pemilu 2014
Tokoh Terkait
Alasan Anies Baswedan Dipecat dari Mendikbud Diungkapkan Sahabat: Gunakan Jabatan untuk Popularitas
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT – Anies Baswedan merupakan salah satu orang terdekat Joko Widodo (Jokowi) kala mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 2014. Kala itu, Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) sementara Anies Baswedan menjabat sebagai juru bicara kampanye.
Usai pemilu 2014, Jokowi resmi menjadi Presiden ke-7 Republik Indonesia. Anies Baswedan kebagian berkah dari menangnya ayah Gibran Rakabuming Raka tersebut atas Prabowo Subianto. Dia dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Namun, pada 2016, Anies Baswedan tiba-tiba direshufle Presiden Jokowi dan digantikan Muhadjir Effendy. Banyak orang yang masih bertanya-tanya mengapa Anies Baswedan dipecat kala itu.
Wijaya Samirin, seorang teman dekat Anies baswedan, mengungkapkan alasan dibalik pemecatan Anies Baswedan. Menurutnya, ada alasan politis dibalik reshuffle capres nomor urut 1 tersebut.
"Temen-temen memberikan informasi Anies direshuffle karena dia dianggap dekat dengan Gatot Nurmantyo, sehingga dikhawatirkan di tahun 2019 akan maju bersama sebagai capres-cawapres," tuturnya.
Lebih jauh, Anies dinilai mendompleng kebijakan Kemendikbud untuk mengerek popularitas untuk kepentingan pemilu kala itu.
"Mas Anies dianggap menjadikan Menteri Pendidikan sebagai panggung popularitas salah satunya program hari pertama mengantar ke sekolah. Ini dianggap upaya Mas Anies mencari popularitas," kata Samirin lagi.
Samirin juga sempat menanyakan langsung kepada Anies Baswedan soal hubungan Gatot Nurmantyo dan skenario Pilpres 2019 yang lalu.
"Saya ketemu Mas Anies, saya tanya benar Mas Dekat Gatot Nurmantyo? Mas Anies bilang nggak deket. Nggak pernah meeting. Kalau ketemu formalitas aja di sidang kabinet," pungkasnya.
Kata Anies Baswedan
Dalam sebuah wawancara bersama ekonom Rhenald Kasali, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, mengungkapkan alasan di balik pemberhentiannya dari jabatan tersebut. Anies menyebut bahwa keputusan tersebut merupakan bagian dari pandangan Presiden Jokowi yang memiliki "helicopter view" yang lebih luas daripada orang kebanyakan.
"Jadi ketika presiden di tahun 2016 memutuskan tugas saya sebagai Mendikbud selesai, saya sampaikan terima kasih sudah diberi kesempatan untuk bertugas di Kementerian Pendidikan," ujar Anies sebagaimana dilansir dari Podcast Intrigue.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua Konferedasi Nasional Relawan Anies (KoReAn), Muhammad Ramli Rahim, yang sebelumnya telah menjelaskan bahwa Anies direshuffle bukan karena kinerjanya yang buruk, melainkan karena kebutuhan politik Presiden Jokowi saat itu yang ingin mengakomodir Muhammadiyah.
"Bukan karena kinerjanya. Justru kinerja Pak Anies bagus. Waktu itu Pak Jokowi butuh dukungan Muhammadiyah, kalau NU kan sudah. Muhammadiyah tidak meminta apapun kecuali satu jabatan menteri saja, dan harus di situ yakni Menteri Pendidikan. Sementara Anies kan sudah disitu," ungkap Ramli kepada fajar.co.id di Makassar.
Ramli menambahkan bahwa kepentingan Muhammadiyah tidak hanya terbatas pada jabatan, tetapi juga pada bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah bisa mendapatkan perhatian yang baik dari Kementerian Pendidikan. Sebelum direshuffle, Anies bahkan telah dipanggil oleh Presiden Jokowi untuk diinformasikan mengenai pemberhentian tugasnya. Meskipun ditawarkan jabatan lain, Anies tegas menolak.
"Jadi waktu itu Pak Jokowi sudah panggil Anies sebelum diganti. Anies sebenarnya ditanya, setelah ini Anies mau ke mana. Termasuk Yuddy Chrisnandi (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) bersamaan itu ditanya mau kemana? Kalau Yuddy jawab terserah pak presiden, saya ditugaskan ke mana saya siap. Kalau Anies cuma bilang pak presiden sudah mencukupkan, saya cukup sampai di sini," ungkap Ramli.
Diketahui, Anies Baswedan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Jokowi 2014-2019. Ia dilantik pada 27 Oktober 2014 dan dicopot dalam reshuffle kabinet jilid II pada 27 Juli 2016.***
Sentimen: positif (44.4%)