Ini Arti Tinggal Glanggang Colong Playu, Pribahasa yang Dipakai Mahfud
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD mengungkapkan dia akan mundur dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di Kabinet Indonesia Maju (KIM). Dalam live di Instagram, Mahfud sudah menunjukkan surat pengunduran diri saat melakukan kampanye di Lampung.
Menurut Mahfud, surat tersebut akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo. Mahfud bilang bahwa dia ingin pamit secara baik-baik dari Kabinet Indonesia Maju.
"Karena kami diberi tugas dan menerima tugas dengan saling menghormati maka saya tidak akan tinggal gelanggang colong playu. Saya akan pamit baik-baik, saya akan sampaikan surat saya begitu saya diterima oleh presiden," papar Mahfud dalam IG Live, Rabu (31/1/2024).
Ungkap tinggal gelanggang colong playu berasal dari pribahasa Jawa yang lengkapnya: "Tinggal Glanggang Colong Playu Tegese". Artinya adalah lari dari kewajiban atau secara harfiah diartikan 'meninggalkan tempat atau lokasi pertandingan atau perang bahasa Jawa.'
Menurut Mahfud, dirinya belum sempat memberikan surat resign karena Jokowi masih ada agenda di luar Jakarta. Dia pun berharap bisa secepatnya bertemu dengan Jokowi untuk menyerahkan surat pengunduran diri ini.
Pribahasa ini pernah dipakai oleh Tutut Soeharto ketika menceritakan kondisi ayahnya, Soeharto. Pada 2020, Tutut membuat tulisan untuk mengenang sang ayah.
Tulisan ini diunggah di akun Instagram pribadinya @tututsoeharto dan websitenya, Tulisan berjudul 'Bersyukur Kita Masih Di Uji Allah'.
Dikutip dari Detik, Tutut mengisahkan detik-detik di hari terakhir Soeharto memutuskan untuk berhenti menjadi presiden karena desakan dari masyarakat dan juga mahasiswa. Sayang setelah permintaan itu dituruti, muncul hujatan, cacian, hingga tuduhan kepada Soeharto dan keluarganya.
Namun, Soeharto kala itu selalu mengingatkan Tutut dan keluarganya untuk sabar dan tidak mendendam. Bahkan, ketika banyak sahabat Soeharto menyuruhnya untuk keluar dari Indonesia, dia dengan tegas menolaknya.
"Sampaiken terima kasih saya pada sahabat-sahabat saya dari negara-negara lain. Tapi maaf, saya tidak akan meninggalken Indonesia. Saya lahir di Indonesia. Seandainya saya harus mati, saya akan mati di Indonesia, negeri di mana saya dilahirken," kata Tutut menirukan ucapan Soeharto.
Hal ini dilihat Tutut sebagai sifat ksatria dan negarawan, yakni tidak mau lari dari masalah atau dalam bahasa Jawa 'tinggal glanggang colong playu' (lari dari masalah atau lari meninggalkan tanggung jawab).
[-]
-
Menguak Arti di Balik 'Gerak Cepat' Ganjar-Mahfud(haa/haa)
Sentimen: positif (72.7%)