Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Club Olahraga: Leicester City, Real Sociedad, Brighton & Hove Albion
Event: Liga Champions
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Surabaya, Doha
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Australia vs Indonesia: Pantang Menyerah
Sumutpos.co Jenis Media: News
DOHA, SUMUTPOS.CO – Timnas Indonesia akan menghadapi Australia di babak 16 besar Piala Asia. Skuad Garuda tak patut merasa gentar berlebihan jelang duel tersebut. Pasalnya, materi pemain Socceroos (julukan Australia) saat ini terbilang tidak sementereng era sebelumnya.
Australia memang menjadi salah satu negara yang mencuri perhatian di dunia sepak bola dalam beberapa dekade terakhir. Sejumlah bintang besar bisa hadir dari Australia, mulai dari era Harry Kewell dan Mark Viduka hingga era Tim Cahilln
Sejak Australia pindah dari Oseania menuju Asia, Australia langsung jadi kekuatan utama. Mereka langsung jadi musuh baru bagi tim-tim kuat Asia sebelumnya seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi.
Di Piala Asia 2023, Timnas Indonesia bakal menghadapi Australia di babak 16 besar. Bila merujuk kekuatan di atas kertas, Indonesia tentu dianggap kalah dari Australia. Namun materi tim Socceroos saat ini bisa dibilang tidaklah sementereng era sebelumnya.
Nama paling tenar dalam skuad Australia saat ini bisa jadi Matthew Ryan. Kiper veteran berusia 31 tahun ini terbilang lumayan tenar di sepak bola dunia. Ia sempat berkiprah di Valencia, Brighton & Hove Albion, Real Sociedad, dan kini AZ Alkmaar. Ryan juga merupakan anggota skuad Australia saat tim ini juara Piala Asia 2015.
Selain itu, ada pula nama Harry Souttar yang saat ini membela Leicester City. Ia lahir di Skotlandia dan meniti karier sepak bola di Eropa. Di luar itu, nama-nama pemain Australia tidak lagi sementereng era sebelumnya.
Bahkan dari segi individu, nama pemain-pemain Australia saat ini tidak ada yang di level yang sama dengan bintang Asia lain macam Kaoru Mitoma (Jepang) atau Son Heung Min (Korea Selatan).
Sebagai gambaran, dari data transfermarkt, market value tertinggi pemain Timnas Australia adalah Souttar dengan nilai 11 juta euro dan Matthew Ryan dengan nilai 4 juta euro. Dengan pengalaman Timnas Indonesia sudah menjalani duel hidup-mati lawan Jepang di fase grup, hal tersebut bisa jadi modal berharga bagi Skuad Garuda untuk tampil percaya diri melawan Australia di babak 16 besar Piala Asia.
Dikutip dari transfermarket.com, ternyata Shin Tae-yong (STY) sudah bertemu empat kali melawan Pelatih Australia, Graham Arnold. Pertemuan pertama terjadi pada 3 April 2012. Saat itu, STY menangani klub Seongnam Ilhwa Chunma asal Korea Selatan, melawan tuan rumah Central Coast Mariners asal Australia, besutan Arnold .
Duel di ajang Liga Champions Asia itu berkesudahan imbang 1-1. Dua pekan berselang, kedua kubu bertemu lagi. Kali ini laga berlangsung di Korsel. Seongnam unggul 5-0.
Selanjutnya pertemuan STY kontra Arnold edisi ketiga, terjadi di level timnas. Tepatnya pada 26 Oktober 2021. Timnas Indonesia U-23 besutan STY, takluk 2-3 dari Australia U-23. Tiga hari kemudian kedua tim bertemu lagi. Negeri Kanguru kembali berjaya. Kali ini dengan skor 1-0.
Sementara rekor pertemuan Timnas Indonesia dan Australia telah terjadi sebanyak 15 kali. Dari jumlah tersebut, Indonesia hanya mampu meraih satu kemenangan, tiga kali bermain imbang, sementara sebanyak 11 pertemuan berakhir dengan kekalahan. Ini menjadi catatan yang mencerminkan betapa sulitnya menghadapi tim kuat asal Negeri Kanguru.
Namun, tak hanya jumlah kemenangan yang menjadi sorotan, tetapi juga jumlah gol yang dibobolkan oleh Indonesia. Timnas Indonesia harus menelan pil pahit sebanyak 32 kali dari seluruh pertemuan tersebut. Jumlah kebobolan yang signifikan ini menjadi tantangan besar bagi pertahanan Garuda, yang harus menemukan cara untuk meredam serangan Australia.
Sementara pencapaian gol Timnas Indonesia terhadap Australia juga menjadi sorotan. Dari 15 pertemuan, Indonesia baru mampu mencetak gol sebanyak enam kali.
Selain itu, kemenangan terakhir Indonesia atas Australia terjadi di Stadion Gelora 10 November Surabaya pada 30 Agustus 1981. Indonesia menang berkat gol Herry Risdianto saat menang 1-0. Sejak saat itu, Garuda belum mampu menciptakan keberhasilan serupa selama 43 tahun.
Meskipun rekor pertemuan yang menunjukkan dominasi Australia, Timnas Indonesia tetap optimistis dan siap memberikan perlawanan sengit di Piala Asia 2023. Tantangan berat menanti, namun waktu normal 2×45 menit memberikan kesempatan bagi Garuda untuk mengubah sejarah. Pelatih Shin Tae-yong diyakini telah mempersiapkan strategi ideal guna membawa skuadnya terbang semakin tinggi di kompetisi ini.
Namun, ketidakmampuan Indonesia meraih kemenangan atas Australia selama 43 tahun terakhir menjadi catatan yang memberikan beban tersendiri. Meski menghadapi tantangan besar, Garuda diharapkan mampu mengatasi tekanan tersebut dan memberikan pertunjukan terbaiknya di lapangan. Keinginan untuk mengakhiri paceklik kemenangan atas Australia tentu menjadi motivasi ekstra bagi pemain dan tim pelatih.
Shin Tae-yong, sang pelatih Timnas Indonesia, menjadi kunci dalam menghadapi Australia. Dengan segala pengalaman dan kepiawaian taktiknya, Shin Tae-yong diyakini telah merancang strategi ideal untuk mengatasi kelemahan lawan dan memaksimalkan potensi skuad Garuda. Pemain-pemain Indonesia diharapkan mampu menjalankan strategi dengan disiplin dan semangat pantang menyerah.
Bek Timnas Indonesia, Jordi Amat mengaku bakal berjuang maksimal bersama seluruh pemain di babak 16 besar Piala Asia 2023 (2024) demi Timnas Indonesia. “Kita berjuang bersama-sama. Tim ini adalah keluarga besar, semua pemain mengerahkan segalanya untuk kostum ini,” kata Jordi dalam keterangan resmi PSSI, Jumat (26/1).
Jordi mengajak masyarakat Indonesia untuk turut merayakan pencapaian bersejarah Timnas Indonesia. Ia juga berjanji bakal berusaha maksimal lawan Australia. “Kita harus bangga dengan momen ini, mari berjuang dan kami akan melakukan segalanya di babak berikutnya. Saya percaya kami bisa menghadirkan pertandingan yang baik,” ujarnya. (bbs/adz)
Sentimen: positif (99.2%)