Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Tesla
Sosok Ini Dulu Andalan Jokowi, Sekarang Jadi Lawan
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Thomas Trikasih Lembong atau yang akrab dipanggil Tom Lembong melambung usai debat Cawapres putaran keempat, Minggu (21/1/2024). Dia merupakan mantan menteri perdagangan dan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Nama Tom Lembong kerap disebut calon wakil presiden nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka saat terlibat debat dengan calon wakil presiden nomor urut 01 Muhaimin Iskandar dalam Debat Keempat Cawapres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum di Jakarta Convention Center.
Tom Lembong, disebut oleh Gibran kerap menggaungkan istilah baterai kendaraan listrik jenis LFP atau lithium ferrophosphate ketimbang baterai berbasis nikel. Tom Lembong memang pernah mengatakan bahwa Tesla, produsen electric vehicle asal AS, tidak lagi mengandalkan nikel sebagai bahan baku baterai listrik kendaraannya.
"Gus Muhaimin, Paslon nomor 1 dan timsesnya sering menggaungkan LFP, LFP, saya gak tau ini pasangan 1 ini anti nikel atau gimana? mohon dijelaskan?" tanya Gibran ke Cak Imin dalam Debat Cawapres.
Sayangnya, Cak Imin tidak memahami perihal LFP tersebut. Gibran pun menyebut orang yang menjadi bagian dari tim sukses capres dan cawapres nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu kerap membuat kebohongan publik karena menyebut Tesla tidak menggunakan nikel untuk kendaraan berbasis baterai listriknya.
"Saya nggak tahu ya Pak Tom Lembong dan Timses sering nggak diskusi sama Cawapresnya? masak Cawapres gak paham? aneh loh. Saya jelaskan sekali lagi, lithium fero fosfat itu adalah alternatif dari nikel, intinya ada negara yang gak mau pakai nikel, itu lho Gus yang saya maksud. Apakah Gus juga anti-nikel?" tukas Gibran.
Dari kejadian ini, nama Tom Lembong menjadi sorotan. Lantas, siapa sebenarnya Tom Lembong dan bagaimana sepak terjangnya?
Tom Lembong pernah membantu Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan pada 2015-2016 dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016-2019. Selama menjadi pembantu presiden, Tom Lembong menjadi sosok andalan, terutama ketika menyusun pidato hingga membantu menjawab pertanyaan dalam bahasa asing.
Dalam Your Money Your Vote, Tom Lembong menuturkan bahwa dirinya mengapresiasi namanya disebut Gibran. Menurutnya, Gibran tampaknya rindu dengan sosoknya yang selama ini membantu ayahnya. Tom Lembong pun mengaku pernah membantu Jokowi soal pidato dan menjawab pertanyaan saat menjadi menteri.
"Tentunya selama 7 tahun membuat contekan, menulis pidato dan berbicara bagi ayahnya, pak presiden (Joko Widodo), saya bisa mendeteksi rasa rindu bahwa saya tidak lagi di situ," ujarnya.
Tak hanya itu, dalam satu forum, Tom Lembong pun pernah membantu Presiden untuk menjawab pertanyaan. Sayangnya, Tom Lembong kini berada di dalam posisi yang berseberangan. Tom Lembong adalah Co-Captain Timnas AMIN atau Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Tom Lembong pun menceritakan pandangannya selepas menjadi menteri Jokowi.
Dia menilai, ada kesalahan besar yang dilakukan Jokowi pada periode kedua pemerintahan. Tadinya, periode pertama fokus pemerintah adalah pembangunan infrastruktur dan kedua bergeser ke sumber daya manusia.
"Rencana awal sebenarnya fokus ke infrastruktur, periode kedua kita geser ke yang namanya software atau perangkat lunak, yaitu SDM, kesehatan, pendidikan, dan kelembagaan," kata dia dalam program Your Money Your Vote bertajuk "Jurus Ekonomi Capres-Cawapres di Tengah Perang dan Ketidakpastian Global", dikutip Selasa (23/1/2024).
Menurutnya, rencana awal pemerintahan Jokowi itu kemudian meleset. Fokus pembangunan infrastruktur di periode pertama, kata dia, malah dilanjutkan di periode kedua pemerintahan Jokowi. "Yang terjadi malah fokus periode pertama diteruskan. Kesehatan, pendidikan terbengkalai," kata dia.
Dia mengatakan kesalahan inilah yang akan diperbaiki oleh pasangan Anies-Muhaimin lewat 'slepetnomics'. Dia mengatakan lewat jargon itu, Anies-Muhaimin ingin menggeser fokus pembangunan Indonesia dari infrastruktur ke pembangunan yang bersifat perangkat lunak, yakni sumber daya manusia.
Tom Lembong menilai SDM merupakan masalah utama Indonesia yang membuat ekonomi sulit berkembang. Dia menekankan solusi untuk masalah ini bukanlah investasi di infrastruktur maupun industri berbasis sumber daya alam, melainkan investasi kepada SDM berupa pendidikan dan kesehatan.
Dia melihat sudah banyak contoh ketika negara kaya dengan sumber daya alam, justru miskin secara ekonomi. Sebaliknya, negara yang miskin alamnya, justru menjadi negara maju karena kualitas manusianya.
Selain itu, dia mengungkapkan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini masih fokus pada hilirisasi sumber daya alam (SDA). Adapun, hilirisasi mencakup penciptaan industri manufaktur yang padat modal, namun berbasis komoditas, seperti produk pertambangan dan pengolahannya yang di antaranya adalah industri smelter nikel. Padahal, menurut Tom Lembong, harga-harga produksi di sektor itu kini tengah melemah.
"Contoh tahun ini harga nikel sudah turun 50%, dengan melemahnya ekonomi global tahun depan pasti harga-harga komoditas akan turun lagi. Jadi kita mulai dengan realita bahwa kita tidak lagi bisa mengandalkan ekspor dan komoditas," papar Lembong.
Dia pun menyayangkan pemerintahan Presiden Jokowi yang saat ini masih terfokuskan pada hilirisasi sumber daya alam (SDA). Di mana ada penciptaan industri manufaktur yang padat modal, namun berbasis komoditas, seperti produk pertambangan dan pengolahannya yang di antaranya adalah industri smelter nikel. Padahal, harga-harga produksi di sektor itu kini tengah melemah.
"Contoh tahun ini harga nikel sudah turun 50%, dengan melemahnya ekonomi global tahun depan pasti harga-harga komoditas akan turun lagi. Jadi kita mulai dengan realita bahwa kita tidak lagi bisa mengandalkan ekspor dan komoditas," kata Lembong.
Sayangnya, pemerintah belakangan ini sangat fokus pada industri nikel, industri baterai, industri mobil listrik karena dianggap masa depan, dianggap high tech, yang dianggap sangat seksi.
Terlalu fokusnya pemerintah untuk memasukkan industri padat modal itu pun menurut Lembong sangat berlainan dengan sentimen investor global. Akibat konflik geopolitik, termasuk di China akibat perang perdagangan dengan Amerika Serikat, sebetulnya investor yang kini cenderung ingin berinvestasi di Indonesia untuk relokasi industri berasal dari industri manufaktur padat karya, seperti tekstil, barang dari tekstil, furnitur, hingga elektronika.
"Saya kasih contoh satu merek busana yang cukup terkemuka asal AS yang pekerjakan 700 ribu pekerja di Indonesia melalui 11 mitra manufaktur, mereka komplain ke saya, Pak Tom, pemerintah tidak punya perhatian bagi kami sama sekali di industri tekstil, sepatu, karena dianggap kuno, sunset industry, mereka hanya ngomong baterai mobil listrik," ungkap Lembong.
[-]
-
Mengenal Tom Lembong, yang Viral Disebut Gibran di Debat Cawapres(haa/haa)
Sentimen: negatif (96.9%)