Prabowo Terus Umbar Umpatan, Tokoh Melayu: Citra Gemoy Terbukti Palsu
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Citra gemoy, istilah yang kerap digunakan anak muda untuk menggambarkan tingkah laku seseorang yang menggemaskan atau menggelitik, yang menjadi branding Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 mulai pudar. Karena penampilannya belakangan ini menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
“Bertolak belakang (dengan citra gemoy). Berarti ada kepalsuan,” jelas Sekjen Perhimpunan Masyarakat Melayu Baru Indonesia (MABIN) Syarifuddin Siba.
Tokoh Sumatera Utara ini menyatakan demikian terkait perilaku kontroversial Prabowo yang kerap menuai sorotan. Usai gelaran debat capres pertama misalnya, dalam sebuah acara internal Gerindra, Prabowo mengeluarkan kata-kata “ndasmu etik” saat menyinggung persoalan etika yang muncul dalam debat.
Bahkan setelah debat kedua, dia lagi-lagi menyampaikan kata-kata yang tidak pantas saat berkampanye. Ketua Umum Gerindra ini misalnya mengumbar berbagai umpatan seperti “goblok” dan “tolol” saat kembali menyinggung materi yang mencuat dalam debat.
Syarifuddin Siba khawatir perilaku yang tidak patut itu sudah menjadi karakter capres yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka tersebut. Karena itu, dia menegaskan Prabowo tidak layak menjadi pemimpin negeri ini.
“Mungkin sudah itu karakternya. Kalau itu sudah karakternya, tidak mungkin bisa menjadi pemimpin. Hindari,” ucapnya.
Tokoh Melayu ini mengingatkan yang diharapkan lahir dari Pilpres 2024 ini bukan sekadar pejabat, tapi pemimpin. Dia membandingkan calon yang mengejar jabatan akan melanggar berbagai norma dan etika demi meraih tujuan.
“Kalau pemimpin itu orientasinya kejuangan. Yang diperjuangkan adalah kerakyatan. Jadi tak mungkin dilawan etika rakyat. Makanya ditempuh dengan cara-cara penuh etika,” ucapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan Indonesia sebagai bangsa telah memiliki nilai-nilai yang tumbuh dari akar-akar budaya berbagai suku-bangsa di negeri ini yang harus dipatuhi.
“Seperti jangan mempermalukan orang, jangan menyakiti orang. Harus sopan, santun. Itulah yang disebut grundnorm (basic norm). Itu sebenarnya hukum-hukum dasar yang tak tertulis yang harus dipatuhi. Itu lebih hebat dari hukum tertulis,” tandasnya. (Zs/Kba)
Sentimen: negatif (99.4%)