Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Tokoh Terkait
Suguhan Debat dengan Gaya Menyerang Dinilai Lebih Menarik dan Dinamis
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Debat ketiga calon presiden (capres) pada Minggu, 7 Januari 2024 kemarin dianggap sebagai suguhan menarik bagi pemilih muda. Terlebih, gaya komunikasi ketiga capres, Anies, Prabowo, Ganjar, yang saling memancing.
Pada momen Anies melancarkan pertanyaan kepada Prabowo terkait materi pertahanan, menjadi salah satu sesi menarik pada debat tersebut. Bukan hanya ketiga capres yang terpancing, bahkan, wargent yang didominasi kaum muda terpancing simpatinya.
Maka dari itu, debat dengan gaya menyerang gagasan lawan seperti itu yang berpotensi pemilih muda menentukan pilihannya.
Baca Juga: Mahfud MD Sempat Dikritik karena Berekspresi Datar: Sekarang Saya Menyesuaikan Lewat TikTok
"Kalau kita lihat generasi muda yang ada di kelompok perkotaan, yang biasa berbeda pendapat, yang terbiasa menyelesaikan atau menemukan solusi dengan perdebatan, debat adalah hal yang menarik," ujar Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan dikutip dari Antara pada Kamis, 11 Januari 2024.
Firman mengatakan, debat merupakan ajang untuk memancing persilangan atau adu pendapat dan gagasan antar kandidat.
Menurut dia, gaya berdebat yang membuat pihak lawan lebih terpancing mengungkapkan gagasan atau menimbulkan kegeraman akan lebih digemari oleh generasi muda.
"Gaya berdebat yang lebih memancing pihak lain untuk bisa lebih mengungkapkan gagasannya atau mungkin menimbulkan kegeraman, menimbulkan kemarahan, ini justru hal yang dinamis seperti itu akan digemari," kata dia.
Firman mengatakan gaya komunikasi dengan intensi menyerang pada debat merupakan hal yang wajar, selama yang diserang adalah gagasan, bukan personal.
Dia berpandangan bahwa gaya komunikasi yang dinamis dan saling beradu gagasan semacam itu lebih dapat diterima oleh generasi muda yang tinggal di perkotaan atau berpendidikan tinggi.
Kelompok generasi muda tersebut dinilai terbiasa mengutamakan kekuatan pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga cenderung lebih menyukai gaya debat yang dinamis.
Sementara kelompok generasi muda yang lebih konservatif dinilai tidak terlalu menyukai ajang debat semacam itu.
Menurut dia, mereka mungkin lebih menyukai debat yang bersifat lebih santun atau lembut. Namun, dia menilai bahwa debat yang terlalu santun mungkin tidak mampu mengungkapkan kemampuan atau cara berpikir yang sesungguhnya dari seorang kandidat.
"Jadi (debat dengan intensi menyerang) tidak masalah, karena kan yang diserang adalah gagasannya," kata Firman Kurniawan.***
Sentimen: negatif (66.6%)