Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Hyundai
Kab/Kota: Washington, Serang, London, Tel Aviv
Tokoh Terkait
Laut Merah Makin Membara, Kapal Perang AS-Inggris Turun Lawan Houthi
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Eskalasi masih terus terjadi di Laut Merah. Kali ini, kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Inggris mulai dikerahkan untuk menangkis serangan-serangan yang dilemparkan milisi Yaman, Houthi.
Selasa malam hingga Rabu (10/1/2024) pagi waktu setempat, Houthi dilaporkan menembakkan roket dan drone ke kapal-kapal dagang yang melintas di wilayah itu. Sekitar 50 kapal dagang berada di daerah tersebut pada saat serangan terjadi.
Dalam laporan AFP, kapal perusak Inggris, HMS Diamond, dan kapal perang AS telah menembak jatuh lebih dari 20 drone dan rudal yang diluncurkan oleh Houthi di Laut Merah. London mengatakan serangan tersebut sebagai "serangan terbesar" yang dilakukan oleh pemberontak yang didukung Iran itu.
"Semalam, HMS Diamond, bersama dengan kapal perang AS, berhasil menangkis serangan terbesar kelompok Houthi yang didukung Iran di Laut Merah hingga saat ini," kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.
"Inggris bersama sekutunya sebelumnya telah menjelaskan bahwa serangan ilegal ini benar-benar tidak dapat diterima," tambahnya.
"Jika dilanjutkan maka Houthi akan menanggung konsekuensinya dan kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi nyawa orang yang tidak bersalah dan perekonomian global," janjinya.
Serangan Houthi terjadi seminggu setelah 12 negara yang dipimpin oleh AS, tergabung dalam Operation Prosperity Guardian. Negara-negara itu berjanji membalas Houthi jika serangan terus dilakukan di Laut Meran.
Sementara itu, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan Houthi telah melancarkan serangan kompleks dengan menggunakan drone buatan Iran. Houthi juga menembakkan rudal jelajah anti-kapal dan rudal balistik anti-kapal dari wilayah Yaman.
"Mereka ditembak jatuh oleh kombinasi pesawat tempur F/A-18, yang beroperasi dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower, tiga kapal perusak Amerika dan kapal angkatan laut Inggris," kata CENTCOM.
Houthi melancarkan serangan ke beberapa kapal dagang yang diduga memiliki kaitan dengan Israel yang melintasi Laut Merah. Ini merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dalam pertempuran antara milisi penguasa Gaza, Hamas, dengan Tel Aviv.
AS diketahui bergegas memberikan bantuan militer ke Israel pasca perang pecah pada 7 Oktober lalu. Diketahui, serangan Israel ke Gaza hingga saat ini telah menewaskan sedikitnya 23.210 orang, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas.
Ancaman Perang Gaza MeluasJumlah kematian warga sipil yang besar ini telah memicu kemarahan yang meluas di Timur Tengah. Ini juga mendorong terjadinya serangan oleh kelompok bersenjata di seluruh wilayah yang menentang Israel.
Pasukan AS di Irak dan Suriah telah berulang kali mendapatkan serangan pesawat tak berawak dan roket yang menurut Washington dilakukan oleh kelompok bersenjata yang didukung Iran.
Pekan lalu, AS melakukan serangan di Baghdad yang menewaskan seorang komandan pro-Iran yang dikatakan terlibat dalam serangan terhadap pasukan Amerika. Tindakan tersebut telah membuat pemerintah Irak marah.
Dari front lainnya, ketegangan juga mulai memuncak antara Israel dengan milisi pro-Iran yang merupakan sekutu dari Hamas, Hizbullah. Saling serang antara Hizbullah dan Israel pun kerap terjadi, dengan Tel Aviv memutuskan evakuasi warga sipil di kota Kiryat Shmona yang dekat dengan Lebanon.
Harga Barang Makin Mahal hingga Minyak Naik 100%
Situasi ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan efek global. Ini disebabkan strategisnya Dunia Arab itu di panggung perdagangan internasional global dan menjadi pusat produksi migas dunia.
Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah, yang mengakomodir 15% perdagangan dunia, akibat serangan Houthi. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika, meski waktu tempuh bertambah yang juga ikut meningkatkan ongkos pelayaran.
Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Situasi ini pun telah membawa dunia dalam ancaman keterlambatan dan akhirnya berdampak pada sistem rantai pasok global. Selain itu, inflasi juga mengintai akibat lonjakan harga pengiriman ini.
"Tekanan rantai pasokan yang menyebabkan inflasi bersifat 'sementara' pada tahun 2022 mungkin akan kembali terjadi jika masalah di Laut Merah dan Samudera Hindia terus berlanjut," kata Larry Lindsey, kepala eksekutif firma penasihat ekonomi global Lindsey Group, kepada CNBC International.
Di sisi lain, harga minyak juga berpotensi melonjak akibat ketegangan ini. Kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, mengatakan harga minyak dunia dapat melonjak 20% hingga 100% jika konflik ini meluas ke Selat Hormuz.
Diketahui, Selat Hormuz merupakan perairan sempit yang menghubungkan Laut Arab dan Teluk Persia. Jalur pelayaran ini juga merupakan pintu masuk bagi kapal-kapal Iran menuju Samudera Hindia dan ke arah Laut Merah.
"Laut Merah adalah jalur transit dan gangguan berkepanjangan di sana, harga minyak bisa tiga atau empat dolar lebih tinggi," pungkasnya dikutip Oil Price.
"Namun jika terjadi gangguan di Selat Hormuz selama sebulan, harga (minyak) akan naik sebesar 20% dan bahkan bisa berlipat ganda jika gangguan di sana berlangsung lebih lama," tambahnya.
[-]
-
Kelompok Houthi Ngamuk di Laut Merah, Dunia Kena Imbasnya!(sef/sef)
Sentimen: negatif (100%)