Sentimen
Positif (66%)
10 Jan 2024 : 16.07
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Event: Pilkada Serentak, Pilkada 2017

Institusi: UGM

Kasus: pengangguran

Partai Terkait

Analisis Rebranding Prabowo: dari Jenderal Angkuh Jadi Kakek Rapuh

10 Jan 2024 : 23.07 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Analisis Rebranding Prabowo: dari Jenderal Angkuh Jadi Kakek Rapuh

PIKIRAN RAKYAT - Media Amerika Serikat (AS), The Guardian mengulik sosok Prabowo Subianto yang kembali mencalonkan diri sebagai Presiden untuk ketiga kalinya. Mereka menganalisis bagaimana Capres Nomor Urut 2 itu kini melakukan rebranding terhadap citranya.

"Dia (Prabowo) adalah mantan jenderal yang dipecat dari militer, di tengah tuduhan dia terlibat dalam penculikan dan penyiksaan. Namun hari ini, Prabowo Subianto, kandidat terdepan dalam pemilihan umum Indonesia, memproyeksikan citra yang sangat berbeda: seorang kakek imut dengan gerakan tarian canggung dan sisi yang lebih lembut," kata The Guardian, Selasa 9 Januari 2024.

Media AS itu menyoroti bagaimana Prabowo Subianto yang kini berusia 72 tahun, kerap menggoyangkan pinggul dan melambaikan tangan pada acara-acara kampanye. Aksinya itu pun terekam kamera dan disebarkan di media sosial.

Kini, Prabowo Subianto dijuluki 'gemoy' yang berarti imut oleh netizen, terutama setelah videonya viral di TikTok. Sedangkan di Instagram, akunnya menunjukkan dia meringkuk dan mencium kucingnya, serta berpose dengan tangannya dalam pose cinta. Bahkan, para pendukung mengenakan hoodie dengan versi kartun politisi yang tampak manis.

"Ini cukup mengubah citra untuk Prabowo, mantan menantu mendiang diktator Soeharto, yang dituduh terlibat dalam penculikan dan penyiksaan aktivis pro-demokrasi pada akhir 1990-an, serta pelanggaran hak asasi di Papua dan Timor Timur," ujar The Guardian.

"Prabowo dilarang bepergian ke AS, meskipun ini dibatalkan setelah ia menjadi menteri pertahanan pada 2019. Dia selalu membantah melakukan kesalahan dan tidak pernah didakwa sehubungan dengan tuduhan tersebut," ucapnya menambahkan.

Elektabilitas Tinggi Meski Penuh Kontroversi

Terlepas dari masa lalunya yang kontroversial, Prabowo Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, memimpin dalam survei elektabilitas menjelang pemungutan suara bulan depan di Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Sebuah jajak pendapat Indikator baru-baru ini menunjukkan bahwa dia berhasil meraih dukungan dari pemilih muda, yang akan sangat penting dalam menentukan hasil pemungutan suara pada 14 Februari 2024. Masyarakat berusia antara 17 sampai 40 tahun akan mencapai lebih dari 50 persen pemilih.

Para analis mengatakan, pemilu 2024 bisa menandai semakin mengakarnya sistem dinasti politik lama. Mereka mengatakan, media sosial akan menyediakan medan pertempuran penting bagi para kandidat.

TKN Prabowo-Gibran Manfaatkan Media Sosial

Senior Fellow Program Indonesia di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, Dr. Alexander R. Arifianto mengungkapkan bagaimana Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran kini berusaha mengubah citra sang Capres menjadi 'Kakek yang rapuh'.

"TKN Prabowo berusaha untuk menggambarkan mantan jenderal itu sebagai 'hanya kakek yang tidak berbahaya'. Terutama (ketika menyasar) anak muda yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang siapa itu Prabowo... apa yang diduga dilakukannya di masa lalu," katanya.

Senada, dosen di Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Mada Sukmajati menilai anak muda lebih mungkin dibandingkan generasi yang lebih tua untuk menjadi swing voters, yang pikirannya dapat diubah.

Dalam percakapan dengan mahasiswa, dia telah menemukan bahwa pemilih muda kurang peduli tentang isu-isu seperti demokrasi atau pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu.

"Mereka menjawab bahwa masalah semacam ini adalah 'masalah Anda', ini adalah masalah generasi yang lebih tua. Kita sebagai generasi muda memiliki masalah kita sendiri, pengangguran dan lowongan pekerjaan," tutur Dr. Mada Sukmajati.

Menurut Survei oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), lowongan kerja dan pengangguran adalah perhatian utama bagi kaum muda. Selain itu, ada juga kekhawatiran yang berkembang tentang perubahan iklim dan lingkungan.

Prabowo Subianto mencalonkan diri bersama Gibran Rakabuming Raka. Meski ada kontroversi mengenai 'perjodohan' keduanya, karena Gibran hanya dapat mencalonkan diri setelah putusan oleh mahkamah konstitusi (MK), yang dipimpin oleh pamannya, Anwar Usman. Putusan itu menciptakan pengecualian untuk pembatasan usia bagi kandidat.

Akan tetapi, kekhawatiran tentang dinasti politik Jokowi tampaknya tidak merusak kinerja mereka dalam survei elektabilitas.

"Ada persepsi di antara beberapa anak muda bahwa praktik semacam ini sebenarnya umum, ini bukan kasus khusus," ucap Dr. Mada Sukmajati.

Jokowi di Antara para Capres

Sebaliknya, hubungan Prabowo dengan Jokowi yang masa pemerintahannya akan segera berakhir tapi tetap populer, telah meningkatkan prospeknya sebagai Capres. 

"Kekuatan Prabowo terletak pada komitmen publiknya yang tak tergoyahkan untuk mengikuti lintasan Jokowi," ujar peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional, Edbert Gani Suryahudaya.

Prabowo Subianto berjanji untuk melanjutkan kebijakan Jokowi, termasuk pembangunan Nusantara, ibu kota baru di Kalimantan Timur. Dia juga menjanjikan makan siang dan susu gratis untuk anak-anak sekolah dari prasekolah hingga sekolah menengah atas dan untuk wanita hamil. Dia juga berjanji memberantas kemiskinan ekstrem dalam dua tahun.

Sedangkan dua lawannya adalah mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan dan mantan gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Anies juga berusaha untuk berbagi sentuhan pribadi di media sosial, dengan memiliki akun Instagram yang didedikasikan untuk kucing-kucingnya yang disebut "keluarga Pawswedan". Di saat Ganjar berasal dari partai yang berkuasa, Anies lebih mampu memposisikan dirinya sebagai kandidat oposisi.

Dia telah berjanji untuk membatalkan rencana Jokowi memindahkan ibu kota administratif negara dari Jakarta ke Nusantara, dan justru mengatakan akan berinvestasi lebih merata dalam pembangunan di seluruh negeri.

Akan tetapi, beberapa pemilih merasa dikhianati oleh taktik kampanye yang dia gunakan selama Pilkada 2017 untuk menjadi gubernur Jakarta. Mereka menuduhnya menjadi kaki tangan Islamis untuk mengalahkan saingannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang seorang Kristen dari minoritas etnis China. Namun, Anies membantah hal itu.

Sedangkan Ganjar merupakan kandidat dari partai yang berkuasa, PDIP. Dia telah berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai orang yang rendah hati dan merakyat saat berkampanye.

Dia berjanji untuk mengevaluasi undang-undang cipta kerja yang kontroversial yang disahkan di bawah Jokowi, yang dikritik karena merusak hak-hak pekerja dan lingkungan. Namun sebaliknya, tidak mengkritik kebijakan ekonomi presiden.

Ganjar Pranowo juga telah menghadapi kontroversi dalam perannya sebagai gubernur Jawa Tengah. Termasuk atas pengembangan tambang di Desa Wadas yang menuai kritik dari penduduk desa dan aktivis.

Bagi Sebagian Pemilih, Stabilitas Itu Penting

"(Kebijakan Jokowi) harus dilanjutkan. Kalau tidak, begitu pemimpin berubah, akan ada aturan baru lagi," ucap Riyanto (41).

Ayah empat anak itu bekerja sebagai sopir taksi dan tinggal di provinsi Banten, dekat Jakarta. Dia masih tidak yakin siapa yang akan dipilih pada Pilpres 2024, tetapi mengatakan condong ke Prabowo atau Ganjar.

"Saya sering menonton Pak Ganjar di YouTube... (dia) sering turun ke lapangan," ujar Riyanto.

Dia mengaku kurang tahu tentang rekam jejak Prabowo, tetapi menggambarkan gayanya sebagai 'tegas'. "Siapa pun yang menjadi pemimpin: yang penting perhatikan kelas menengah ke bawah," kata Riyanto.

Puji Wijaya (33) yang bekerja untuk sebuah bisnis di Jakarta, mengatakan bahwa dia juga belum memutuskan kandidat. "Tiga (pasangan calon) tidak tepat untuk saya," katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian.***

Sentimen: positif (66.7%)