Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Dramaturgi Politik Prabowo - Anies
Kompas.com Jenis Media: Nasional
DEBAT ketiga Pilpres 2024 masih meninggalkan cerita. Menjadi dramaturgi politik antara calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Dramaturgi meminjam konsep dari sosiolog asal Kanada, Erving Goffman, yang dapat digunakan untuk mencermati dinamika dan citra atau presentasi diri yang tengah dibangun oleh kedua aktor politik itu.
Goffman menganalogikan dunia sosial seperti layaknya ‘panggung sandiwara’ yang mengharuskan manusia memainkan berbagai peran dalam kehidupan yang bisa berubah sesuai situasi.
Dua orang yang sebenarnya memiliki kedekatan politik luar biasa, pernah saling bahu-membahu dalam satu proses politik, kemudian sekarang berseteru, menjadi rival politik.
Setelah di-reshuffle dari kabinet oleh Presiden Jokowi pada 2016, dan tak lama berselang digelar Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies kemudian didukung penuh oleh Prabowo hingga kemudian terpilih sebagai gubernur.
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Sohibul Iman (kiri), Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kedua dari kiri), kandidat calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan (kedua dari kanan) dan kandidat calon wakil gubernur DKI Jakarta no urut 3, Sandiaga Uno (paling kanan) di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Rabu (19/4/2017). Di masa kampanye hingga dinyatakan sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta, Anies dan Prabowo terlihat begitu akrab. Banyak dokumentasi di media sosial yang menggambarkan hubungan atau kedekatan mereka.Laksana king maker, Prabowo semringah, karena bisa ikut hantarkan Anies kalahkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang merupakan petahana dan diusung oleh lebih banyak partai politik.
Sebagai salah satu partai pengusung, Partai Gerindra besutan Prabowo juga turut mengawal kepemimpinan Anies sebagai gubernur selama 5 tahun. Terutama dalam relasi politiknya dengan DPRD DKI Jakarta.
Boleh dikata, Prabowo dan Anies waktu itu tampil bagai satu kekuatan politik tersendiri yang digadang-gadang bakal bisa menjadi oposisi atau poros politik baru untuk menandingi kubu Jokowi.
Prediksi tepat, Anies bahkan tak tergoda untuk masuk dalam kontestasi Pilpres 2019. Prabowo kemudian mengambil Sandiaga Uno yang adalah Wakil Gubernur dari Anies sebagai cawapresnya tahun itu.
Pasangan ini kemudian menjadi penantang Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Sejarah kemudian mencatat, untuk kedua kalinya, Prabowo dikalahkan oleh Jokowi.
Kalah dalam pilpres edisi kedua ini, sebenarnya publik berharap, terutama dari kalangan pendukung Prabowo yang kecewa dengan kepemimpinan Jokowi, agar bekas Danjen Kopassus itu terus melanjutkan tradisi oposisi yang sudah dijalani sejak Gerindra berdiri.
Namun, Prabowo tiba-tiba berbalik arah, bersama Partai Gerindra dan juga cawapresnya Sandiaga Uno masuk koalisi pemerintah. Prabowo menjadi Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi.
Dalam situasi ini, lantas bagaimana dengan Anies? Sebagai ‘pecatan’ Jokowi, kemudian mencari jalan sendiri di luar fatsun Jokowi, hingga menjadi gubernur, dan sekalipun secara struktural adalah wakil pemerintah pusat di daerah, namun terkesan tak ‘senyawa’ dengan Jokowi yang adalah presiden.
Rivalitas itu berlangsung secara dingin, dan ada nuansa membanding-bandingkan antara kepemimpinan Jokowi ketika menjadi gubernur dengan Anies, yang mulai disebut-sebut sebagai Gubernur Indonesia, satu bentuk pengakuan atas kinerjanya.
Sentimen: positif (65.3%)