Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Sandiaga Uno Melempar Anies di Balas Lempar Jadi Ngambeg
Keuangan News Jenis Media: Nasional
Oleh : Damai Hari Lubis – Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212
KNews.id – Sandiaga Uno nyatanya saat ini bukan sebagai pasangan pilihan Prabowo lagi, selebihnya Sandiuno sudah notoire feiten ( bukti sepengetahuan umum ) sehingga tidak dapat disanggah olehnya, terkait ” Sandi pernah tinggalkan Aniesbaswedan “, maka karakteristik Sandi inkonsisten, Sandi menjadi cawapres 2017 hanya faktor keberuntungan, karena memiliki banyak modal uang. Dan catatan penting, ” bagi masyarakat kelompok 212, Sandi bukan rekomendasi ulama “.
Lalu sejarah belum lama, tahun ini, Sandiuno publis ” Anies berhutang saat Pilkada Gubernur 2017 ? ”
Kemudian, gayung dari Sandi disambut oleh Fahri Hamzah. Padahal mereka tidak pahami makna hukum dalam praktek terkait perjanjian bersyarat atau menggantung, sebuah transaksi halal, yang masih bersyarat ketergantungan sebuah kondisi kelak, atau setelahnya terhadap sebuah hasil peristiwa objek hukum, atau sebab utama utang dalam kaitan pada pokok perjanjian, dan kedua belah pihak menyetujui, sehingga termasuk dalam perbuatan yang halal menurut hukum.
Namun faktanya, kini 2023 Sandi bukan karakteristik laki – laki pilihan bagi Prabowo ( sebagai cawapres 2024 ), lalu kenapa kekecewaan dirinya dia tumpahkan kepada Anies, lalu hak apa melarang Anies menyampaikan perihal dirinya ( Sandi ) meninggalkan Anies dalam tugas sebagai Wagub DKi Jakarta, salah atau kelirunya Anies dimana ? Sementara Anies Baswedan, dipojokan dipropokasi oleh oknum – oknum kelompok tertentu, diblow up banyak pemberitaan media, dirinya menghianati Prabowo Subianto, termasuk propokasi dari Sandi lebih dulu, tentang hubungan utang – piutang !?
Sandiuno sekarang sudah berada di Kubu PPP. Mirip kutu loncat ( Walau hak ), hal ” kutu loncat ” ini bagi publik sebagai cerminan inkonsisten, sebagai wujud pendirian yang
labil.
Selanjutnya , agar diketahui oleh publik secara terang dan faktual, sebagai nara sumber pada artikel ini, sehingga historis merupakan saksi yang hadir saat ijtima ulama ke 1 & ke 2 pada tahun 2018, sedangkan sejarah sebagai bagian dari ilmu pengetahuan pastinya tidak boleh bohong dan tidak boleh mengandung unsur – unsur dusta. Karena membuat sesat sebuah kaum kelak.
Maka Sandi yang pahami kwalitas maupun ketokohan dirinya jauh dibawah Anies, lebih baik diam, dalam artian ” tidak melakukan manufer politik yang sia – sia justru implikasinya bisa membuat perpecahan, selain membuat buruk citra dirinya.
Andai pun realitanya, Sandi banyak tekor sehubungan pilpres 2019 dari sisi ” Politik Ekonomi, atau Ekonomi Politik ” Sandi lebih baik sadar diri, butuh introspeksi, jangan lupa dirinya selaku pejabat publik/ Menteri dan publik pigur tentunya.
Kenapa sejarah ijtima ulama ada dua (2) X ? Dikarenakan tidak boleh dilepaskan terhadap eksitensi kausalitas, yakni rekomendasi ulama ke- 1 dilanggar oleh prabowo termasuk ” subtansial sandiuno tentunya “, karena Prabowo tidak tranparansi dan tidak indahkan, bahwa salah seorang kandidat dari rekomendasi cawapres ijtima ulama, yakni Habib Salim Segaf Al-Jufri, M.A. (Kini Ketua Majelis Syura PKS). Sehingga seharusnya justru bukan Sandiaga Uno, yang tidak terdapat didalam daftar nama – nama rekomendasi ijtima ulama.
Maka segala narasi ini, dapat menjadi sebuah kejelasan bagi publik, karena faktor keterbukaan. Dalam konteks perspektif logika politik dan hukum di tahun 2018 terkait ijtima ulama dalam hubungannya Sandi menjadi Cawapres dari Capres Prabowo telah melahirkan diskursus politik dalam konteks subyantif, ” siapa yang menghianat dan siapa yang dihianati ? “, sudah terjawab.
Dan temtunya sah sah – saja jika publik menyimpulkan terhadap peristiwa politik in casu 2018 justru PS yang mengajak Sandiuno yang sedang bertugas menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu ( 2017 ), untuk menghianati Anies Baswedan Sang Gubernur DKI ( 2017 – 2022 ).
Semoga Sandi Uno yang Menteri Pariwisata, dan kawan – kawan, termasuk Prabowo, yang kini menjabat Menhan, dapat menjadi es pada suasana ” panas ” jelang pesta demokrasi pemilu pilpres 2024, bukan malah berlaku layaknya sebagai ” dua buah kompor “. (Zs/NRS)
Sentimen: positif (79%)