Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: BRI
Kab/Kota: Beijing, Malang, Tiongkok, Kairo
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Sulfikar Amir: Tiongkok Malas ke IKN! Indonesia Harus Bisa Lolos dari Hutang China
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Pesimisnya Tiongkok berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara setidaknya meloloskan Indonesia dari jebakan China. China lewat program Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) santer secara internasional disebut Jebakan Jalur Sutera.
“Beberapa negara telah terjebak utang China, seperti Mesir terkait proyek pemindahan ibu kota baru negara ini,” kata Sulfikar Amir, PhD, Guru besar Nanyang Technological University Singapura.
Dewan Pakar Timnas Pemenangan AMIN ini menambahkan, Belt and Road Initiative sendiri terus dilobi oleh Presiden Joko Widodo lewat pertemuan berulang kali dengan Presiden China, Xi Jin Ping di Beijing, Ibu Kota China. Hanya saja, upaya itu terus membawa hasil yang tidak signifikan.
“China melihat bahwa IKN Nusantara itu tidak menjanjikan, alias tidak menguntungkan, karena lokasinya terisolasi dari keramaian,” lanjut Sulfikar.
Ditambahkan, gelontoran utang dari China telah merambah ke banyak sektor, termasuk proyek kereta api cepat atau proyek jalan tol. Apalagi, lanjut Sulfikar, penduduk Indonesia yang sekitar 270 juta merupakan pangsa besar bagi produk-produk China.
“Tapi sayangnya China tidak tertarik untuk IKN, sekalipun Pak Joko Widodo baru saja mempromosikan ground breaking proyek-proyek baru di sana termasuk dari Pakuwon,” katanya.
Di Mesir sendiri, dalam catatan KBA News, sedang dibangun ibu kota negara yang baru, sekitar 45 kilometer di sebelah timur Kairo, ibu kota sekarang, dan berada di hamparan gurun yang luasnya setara dengan Singapura.
Adapun internasionalisasi Tiongkok, seperti tertuang dalam program-programnya semisal Belt and Road Initiative, bukanlah sekadar upaya mendapatkan pengaruh geopolitik. Namun juga, dalam beberapa hal, merupakan sebuah senjata.
Ketika suatu negara terbebani oleh pinjaman Tiongkok, maka nasibnya akan seperti penjudi malang yang meminjam dari Mafia: negara tersebut akan menjadi boneka Beijing, dan berada dalam bahaya kehilangan anggota tubuhnya.
Jejak ekonomi Tiongkok di Mesir telah berkembang pesat sejak dimulainya BRI. Lebih dari 1.500 perusahaan Tiongkok terdaftar di Mesir, lebih dari 140 di antaranya telah melakukan investasi. Perusahaan-perusahaan Tiongkok ini mencakup beberapa BUMN besar.
Bahkan, beberapa BUMN ini adalah yang terbesar dan paling berpengalaman. Di antaranya, CITIC Group, China State Construction Engineering Company (CSCEC), China Railway Group, Hutchison Ports, China State Shipbuilding, PowerChina, Sinoma Engineering, Sinopec, dan Perusahaan Konstruksi & Rekayasa Negara China (CSCEC).
Dilansir dari Aljazeera, 5 Juli 2021, setelah pulih dari pandemi virus corona, perekonomian Mesir terpukul parah akibat dampak perang di Ukraina.
Sampai saat ini, pendekatan Tiongkok dalam menangani tekanan utang adalah dengan menjadwal ulang pinjaman, bukan menuliskannya; untuk memberikan pinjaman darurat. Ini dilakukan tanpa mendesak peminjam untuk memulihkan disiplin kebijakan ekonomi; dan mengikuti jalur independen, dibandingkan berkoordinasi dengan kreditor lain dan IMF.
Media resmi Tiongkok, yang melaporkan kunjungan Menteri Luar Negeri Qin Gang ke Kairo pada Januari 2023, mengutip pernyataannya yang mengatakan bahwa Beijing siap untuk “mempercepat promosi proyek kerja sama besar, yang bertentangan dengan ketentuan IMF bahwa Kairo memperlambat pembangunan publik. Investasi. (Zs/Kba)
Sentimen: negatif (88.6%)