Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Katolik
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Singgung Albert Einstein, Pendukung Prabowo Gagal Paham Substansi Debat Capres Pertama
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Jakarta, Gatra.com- Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Indra Charismiadji menilai bahwa kubu paslon nomor urut 02 tidak paham substansi apa yang disampaikan Anies Baswedan dalam debat capres pertama.
Indra mengutip Albert Einstein yang menyebutkan ukuran kecerdasan adalah kemampuan membuat perubahan. Mereka tidak mampu membuat perubahan mungkin karena tingkat kecerdasan di bawah mereka yang mampu membuat perubahan.
Indra menjelaskan hal yang dipertanyakan Anies Baswedan dalam debat pertama soal Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) bukan menunjukkan Anies sebagai sosok yang suci dan selalu menjunjung etika dan tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, dalam debat tersebut substansi yang ditanyakan adalah sebuah kasus yang terang benderang dan menjadi polemik di masyarakat terkait kasus sidang MKMK yang mengatakan ada pelanggaran etik berat.
“Jadi itu jelas, faktanya ada pelanggaran etik (dalam penentuan batas usia cawapres). Jadi bukan mengatakan seorang Anies Baswedan itu paling suci enggak, tetapi fakta ini ada masalah bersama di level MKMK ada pelanggaran etik berat,” tegas Indra di Jakarta, 19/12.
Sementara terkait pertanyaan, bagaimana perasaan bapak yang dilontarkan Anies Baswedan terkait pelanggaran etik berat kepada capres Prabowo, menurut Indra untuk melihat ketegasan paslon nomor urut 02 apabila terpilih menjadi Presiden Indonesia.
“Apakah memperdulikan etika atau mengabaikannya. Ini bagian agar masyarakat lebih paham sosok Prabowo seperti apa itu ditanyakan Anies Baswedan,” ucapnya.
Indra juga menjelaskan kasus pelanggaran etik berat ini menjadi pertanyaan Anies merupakan hal wajar karena hal tersebut merupakan masalah bangsa. Untuk itu, Indra mengaku bingung dengan respons berlebihan dari kubu paslon nomor urut 02.
“Jadi saya dan kami (Timnas AMIN) bingung kenapa respons Prabowo dan timnya baper dan sensitif dan melebar kemana-mana hingga mengungkit apa yang terjadi di masa lampau sehingga ini menjadi tanda tanya,” ucapnya.
Kendati begitu, Indra menegaskan kondisi tersebut menunjukkan Prabowo dan timnya tidak memahami demokrasi karena masalah etik disangkutpautkan dengan utang budi pernah didukung dan dibiayai saat menjadi cagub. Padahal, kata Indra, tim Prabowo seharusnya menyadari kehadiran Anies Baswedan maupun Jokowi dalam kontestasi capres merupakan kehendak rakyat.
Indra juga menegaskan meski hasil survei menunjukkan elektabilitas AMIN rendah hanya 20%, namun hal tersebut menunjukkan ada 20% rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan dengan tokoh yang diinginkan mewakili mereka adalah Anies Baswedan.
Menurut Indra, apabila Anies dibungkam untuk tidak boleh maju dalam kontestasi capres 2024 karena berhutang budi pada Prabowo dan Gerindra tentu semakin membuktikan bahwa tidak paham demokrasi.
“Seberapapun keinginan rakyat harus diperjuangkan, misalnya saya ini sebagai Katolik dan umat Katolik di Indonesia hanya 3%. Jadi bukan karena minoritas aspirasi Katolik ini tidak diperjuangkan tapi harus diperjuangkan, urusan menang kita lihat nanti, jangan sampai urusan apapun aspirasi rakyat dibungkam dengan alasan tidak ada adab, tidak etis, dulu didukung, disponsori. Karena akan bahaya tokoh-tokoh nasional ingin membunuh demokrasi, jadi betul Freedom House mengatakan indeks demokrasi Indonesia turun karena ternyata banyak politisi yang tidak paham apa itu demokrasi,” pungkasnya.
71
Sentimen: positif (94.1%)