Sentimen
Negatif (99%)
13 Des 2023 : 00.46
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kasus: Tipikor, korupsi

Tokoh Terkait
Surya Darmadi

Surya Darmadi

Indeks korupsi Indonesia turun: Bukan berarti harus berhenti

13 Des 2023 : 07.46 Views 1

Alinea.id Alinea.id Jenis Media: News

Indeks korupsi Indonesia turun: Bukan berarti harus berhenti

Dia pun meyakini kalau pencegahan yang efektif dalam tindak pidana korupsi adalah penindakan yang konsisten dan menimbulkan efek jera. Dengan kata lain, pemberantasan tindak pidana korupsi harus menyentuh pada kasus big fish dengan nilai kerugian yang besar. Itulah sebabnya, Kejaksaan Agung terus mengungkapkan berbagai kasus dengan kerugian negara mencapai triliunan rupiah.

Salah satu contoh, ketika Kejaksaan Agung melakukan tindakan kepada bos PT Duta Palma Group Surya Darmadi (SD). Surya Darmadi merugikan negara sebesar Rp5,1 triliun. Tetapi di luar itu, dampak yang dirasakan oleh masyarakat dan negara akibat ulah Surya Darmadi selama 15 tahun mencapai Rp86 triliun. Sekaligus menjadikan penanganan kasus korupsi ini merupakan terbesar sepanjang di negara ini.

Untuk mengurangi tindak pidana korupsi, dia berharap agar segera mengesahkan UU Perampasan Aset, mengesahkan UU Pembatasan Penggunaan Uang Tunai dan melakukan transformasi digital di seluruh sektor pelayanan publik. Serta memperketat pengawasan terhadap lalu lintas uang asing di Indonesia, yang bertransaksi menggunakan mata uang asing tertentu dalam upaya tindak pidana korupsi.

Sedangkan Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan menyebut kalau indikasi kasus korupsi terjadi di semua kalangan pemerintahan. Mulai dari Menteri Pertanian, Menteri Sosial, bupati, Hakim MK, Hakim MA, Ketua DPR, Wakil Ketua DPR dan anggota DPR/DPRD. 

"Ini tidak pernah terjadi lagi di luar negeri. Makanya kami konsen betul dalam memberantas tindak pidana korupsi. Makanya, kami sangat berharap kepada generasi Z yang mempunyai 'otak berbeda'. Kalau perbaikan sistem, tampaknya masih butuh waktu lama. Jadi disituasi sekarang, kami antara bangga tetapi sedih," ucap dia.

Dia pun mengungkapkan jenis dan modus kasus korupsi pada pengeluaran keuangan negara. Di mana,
pengadaan barang dan jasa merupakan celah yang paling banyak dimanfaatkan dengan modus operandi yang telah ada dari mulai zaman Orde Baru. Mulai dari kickback-komisi, arisan tender, pengaturan peserta, pengaturan sejak perencanaan, hingga pengesahan anggaran.

Akibatnnya, pembangunan jalan yang seharusnya dalam lima tahun sudah bisa sepanjang 500 kilometer, namun akibat tindak pidana korupsi hanya bisa merealisasikan 250 kilometer. Atau bisa juga mampu merealisasikan 500 kilometer, tetapi dalam jangka waktu dua tahun sudah rusak.

"Makanya negara kita pembangunannya paling sibuk. Pantura itu contoh yang paling top. Sudah miskin, tetapi pembangunannya bulak-balik itu saja. Itu sampai sekarang masih ada. Jadi negara kita borosnya bukan main. Apalagi di pemda yang pendapatannya sangat tergantung pada transfer perimbangan daerah. Sampai masuk pendidikan perguruan tinggi saja sudah ada kasusnya. Jadi selesailah kita," papar dia.

Tetapi, dia menegaskan masih ada harapan untuk memberantas korupsi. Di antaranya dengan digitalisasi dan keberadaan orang-orang yang memiliki pola pikir berbeda seperti genarasi Z. Makanya, KPK berharap kepada generasi Z. Pertama mereka sangat fasih literasi digitalnya. Kedua, mereka akan memilih ke luar jika lingkungan kerjanya dinilai sudah tidak nyaman. Dan hal itu bukan hanya terjadi di perusahaan swasta tetapi juga di Kementerian Keuangan dan KPK.

Tentunya upaya pemberantasan korupsi tidak hanya bisa dilakukan penegak hukum. Perlu ada dukungan dari masyarakat sipil. Untuk itu, Wakil Sekretaris Jenderal FITRA Ervyn Kaffah mengatakan, anggaran dan pelayanan publik, adalah dua isu penting yang bisa dipahamani oleh masyarakat luas jika ingin menurunkan korupsi. Karena di situ ada korelasi langsung, di mana rakyat menjadi korban utama korupsi. Sehingga memungkinkan pelibatan publik untuk memberantas korupsi. Makanya, literasi anggaran harus terus diperkuat dengan juga memperkuat perspektif antikorupsinya.

Masyarakat sipil pun diharapkan tidak hanya fokus membongkar kasus-kasus besar. Karena hal itu sangat bergantung pada konstelasi penegakan hukum dan persaingan politik. Tetap juga fokus pada kerja bersama masyarakat dalam pemberantasan korupsi. 

"Harus ada yang mengambil peran sebagai pemandu, ada yang membongkar yang besar, ada yang mendidik dan menyatukan yang terserak. Enggak mungkin Anda mengerjakan semua itu. Cobalah berbagi beban atau peran. Jadi bersekutu itu jauh lebih baik," ucap dia dalam diskusi "Quo Vadis Pemberantasan Korupsi di Indonesia?" yang dipantau Minggu (11/12).

Sentimen: negatif (99.9%)