Sentimen
Negatif (100%)
12 Des 2023 : 06.00
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Washington, Tel Aviv, Doha

Kasus: Teroris

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Itamar Ben-Gvir

Itamar Ben-Gvir

Israel Sulit Menang-Korban Hampir 20.000

12 Des 2023 : 06.00 Views 10

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Israel Sulit Menang-Korban Hampir 20.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan masih terus terjadi di wilayah Gaza, Palestina. Ini disebabkan serangan Israel ke wilayah itu untuk menghancurkan milisi Hamas yang menyerbu Negeri Yahudi itu 7 Oktober lalu.

Jumlah korban pun terus bertambah, terutama di kalangan sipil yang mencakup wanita dan anak-anak.

Berikut perkembangan terbarunya dikutip dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Selasa (12/12/2023):

-

-

1. Korban Jiwa

Pertempuran sengit di perkotaan terjadi Senin dalam perang paling berdarah yang pernah terjadi di Gaza, dengan korban jiwa mencapai 18.205 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan wanita, dan 104 tentara Israel dilaporkan tewas di tengah krisis kemanusiaan yang meningkat.

Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan dan menyebabkan puluhan sandera diseret kembali ke Gaza.

Mereka memperingatkan 137 sandera yang tersisa tidak akan selamat kecuali Israel memenuhi tuntutannya dan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina.

Pertempuran brutal pun berlanjut di Gaza, dengan militan Jihad Islam mengatakan mereka meledakkan sebuah rumah di kota Khan Yunis di Gaza selatan di mana tentara Israel sedang mencari terowongan.

Sementara itu, roket yang ditembakkan dari Gaza menghantam Holon di tepi Tel Aviv, melukai seorang warga sipil dan meninggalkan lubang di jalan perumahan.

2. Arab-China Buka Suara Veto AS soal Gaza di PBB

Negara-negara Arab buka suara soal manuver Amerika Serikat (AS) yang memveto rancangan resolusi soal gencatan senjata Gaza di forum Dewan Keamanan (DK) PBB. Mereka menyatakan pertentangannya terkait manuver Washington itu.

Sebelumnya, AS memveto usulan Uni Emirat Arab (UEA) terkait gencatan senjata pada pekan lalu. Washington mengatakan alasannya untuk memveto resolusi tersebut adalah bahwa gencatan senjata tidak akan efektif.

"Gencatan hanya akan menjadi benih perang berikutnya karena Hamas tidak memiliki keinginan untuk melihat perdamaian yang bertahan lama", menurut Robert Wood, wakil duta besar AS untuk PBB.

Hal ini sontak mendapatkan reaksi dari Arab. Selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken, Komite Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab-Islam menegaskan kembali seruan agar AS memikul tanggung jawabnya dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mendorong Israel menuju gencatan senjata segera.

Para Menlu juga memperbarui penolakan mereka terhadap agresi Israel terhadap warga Palestina di Gaza, menegaskan kembali perlunya mengakhiri permusuhan, melindungi warga sipil dan mencabut pengepungan yang menghambat akses bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.

"Mereka menyuarakan penolakan terhadap upaya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, dan menekankan pada menciptakan iklim politik nyata yang mengarah pada solusi dua negara," menurut pernyataan media Saudi, SPA,yang dikutip Arab News.

Sementara itu, Perwakilan tetap China untuk PBB, Zhang Jun, menyebutkan pertempuran selama dua bulan di Gaza telah menyebabkan jumlah kematian dan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kami menyatakan kekecewaan dan penyesalan yang besar bahwa rancangan tersebut telah diveto oleh AS. Gencatan senjata segera adalah prasyarat utama," ujar Zhang.

3. Resolusi 377A (V)

Mesir dan Mauritania telah secara resmi meminta pertemuan dengan menggunakan Resolusi Majelis Umum PBB 377A (V) "Bersatu untuk Perdamaian".

Surat tersebut menekankan perlunya pertemuan kembali setelah "Anggota Tetap Dewan Keamanan (DK)" memveto resolusi gencatan senjata Dewan Keamanan di Gaza. Ini mengacu pada manuver Amerika Serikat (AS) yang memveto resolusi gencatan senjata yang diajukan Uni Emirat Arab (UEA) pekan lalu dalam forum itu.

Resolusi 377A (V) memungkinkan badan PBB untuk mengambil tindakan kapan pun ada indikasi bahwa DK PBB gagal melaksanakan tanggung jawab utamanya untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Resolusi tersebut pertama kali diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1950.

Langkah ini dilakukan setelah AS pada hari Jumat memveto permintaan Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Washington mengatakan alasannya untuk memveto resolusi tersebut adalah bahwa gencatan senjata tidak akan efektif.

4. Negara Arab Ini Sebut Israel Mustahil Menang

Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengklaim Israel tidak dapat mencapai kemenangan militer di Gaza dan telah menderita kekalahan strategis dengan mengasingkan seluruh wilayah.

Berbicara pada hari Minggu di Forum Doha, Safadi mengatakan tujuan operasi Israel melawan Hamas adalah untuk mengusir penduduk Palestina, bukan untuk mengalahkan kelompok militan tersebut.

"Kehancuran di Gaza dalam dua bulan terakhir merupakan indikasi kebijakan Israel yang tampaknya bertekad untuk mengusir penduduk di daerah kantong tersebut," katanya dikutip Russia Today.

"Para pejabat tinggi Israel, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, cukup berterus terang tentang niat itu."

Safadi juga mengemukakan pemungutan suara pada hari Jumat di Dewan Keamanan PBB, di mana Amerika Serikat (AS) memveto proposal negara-negara Arab yang mendesak gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Ia mencatat bahwa meskipun ada veto, Washington secara terbuka menyerukan Israel untuk mengubah taktik militernya.

"Sederhananya, Israel menentang semua orang, sekutunya, hukum internasional, dan PBB," tuturnya.

Lebih lanjut, Safadi menyalahkan pendudukan Israel di wilayah Palestina dan hambatan sistematis terhadap pembentukan negara Palestina sebagai akar penyebab permusuhan.

"Israel telah menciptakan sejumlah kebencian yang akan menghantui kawasan ini dan akan menentukan generasi mendatang. Hal ini merugikan rakyatnya sama besarnya dengan dampaknya terhadap semua orang di kawasan ini."

5. Hubungan Rusia-Hamas

Rusia menyatakan pihaknya berkorespondensi dengan cabang milisi Gaza, Hamas, di Qatar. Ini terjadi saat kelompok itu berperang dengan Israel, yang memicu serangan Tel Aviv yang menghancurkan wilayah kantong Palestina itu.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan telah membahas hal-hal terkait perang dengan cabang Hamas di Gaza, termasuk terkait pembebasan warga Israel yang disandera kelompok itu.

"Hamas melancarkan serangan teroris pada 7 Oktober, dan kami langsung mengutuknya. Hamas memiliki cabang politik yang beroperasi di Doha, dan kami memiliki hubungan dengan cabang politik tersebut, dan kami segera menghubungi masyarakat di Doha untuk membahas nasib orang-orang yang disandera," jelas Lavrov kepada hadirin di forum online di Doha pada hari Minggu (10/12/2023) dikutip Russia Today.

6. Prancis Mau Sanksi Israel

Prancis sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi nasional terhadap mereka yang terlibat dalam permukiman ilegal Israel di Tepi Barat, kata Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, menjelang pertemuan Uni Eropa pada hari Senin.

"Situasi di Tepi Barat mengkhawatirkan kami, khususnya karena terlalu banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ekstremis," kata Colonna dalam laporan Reuters.

Langkah ini sendiri sebelumnya dilakukan AS. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken mengatakan pihaknya akan memberlakukan pembatasan visa terhadap pemukim Israel yang terlibat dalam merusak perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat yang diduduki.

"Saat ini, Departemen Luar Negeri sedang menerapkan kebijakan pembatasan visa baru yang menargetkan individu yang diyakini terlibat dalam merusak perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat, termasuk melakukan tindakan kekerasan atau mengambil tindakan lain yang terlalu membatasi akses warga sipil terhadap kebutuhan penting. layanan dan kebutuhan dasar," kata Blinken dikutip Al Jazeera.

7. PBB Teriak

Seorang pejabat tinggi kemanusiaan PBB pada hari Minggu memberikan penilaian suram atas perang Israel melawan Hamas ketika dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional.

Dalam sebuah pernyataan, Koordinator Kemanusiaan PBB di Wilayah Pendudukan Palestina Lynn Hastings mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel namun mengatakan tanggapan Israel di Gaza tidak proporsional.

"Hari ini bisa menjadi perayaan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang lahir dari kekejaman dua perang dunia," kata Hastings.

"Sebaliknya, hak asasi manusia diserang di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina. Pelanggaran yang dilakukan terhadap kedua kelompok penduduk tersebut tidak akan membawa perdamaian atau keamanan bagi kedua negara tersebut."

Aktor bersenjata non-negara seperti Hamas memiliki kewajiban berdasarkan hukum internasional, kata Hastings, seraya menambahkan bahwa para pelaku serangan 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan lebih dari 240 lainnya disandera harus dimintai pertanggungjawaban.

8. Gaza Kelaparan

Warga salah satu kota Gaza Khan Younis, Ahmad Naseem, pada hari Minggu mengatakan kepada CNN bahwa dia melihat sebuah peluru menghantam rumah tetangganya, menewaskan lima orang dan melukai banyak lainnya.

Karena kotanya di Gaza selatan telah menjadi fokus utama operasi darat Israel, pria berusia 38 tahun ini mengatakan bahwa ia telah memindahkan istri dan putranya yang berusia 18 bulan ke apartemen tetangganya di lantai dasar agar merasa sedikit lebih aman.

"Namun menemukan makanan penting dan air minum masih menjadi tantangan besar," katanya kepada CNN melalui panggilan telepon.

"Harga bahan-bahan pokok seperti tepung telah naik delapan kali lipat sejak awal konflik, dan gas untuk memasak, khususnya, pasokannya sangat terbatas."

9. Israel Usir Warga Gaza

Rekaman video yang diperoleh kantor berita Reuters menunjukkan bom asap yang dilemparkan ke kamp pengungsi Jabaliya menimbulkan kepanikan warga.

Beberapa orang terlihat terbatuk-batuk dan berteriak, sementara yang lain berusaha menutupi atau mengeluarkan bom dari tenda tempat orang-orang berlindung.

Kamp Jabaliya, salah satu kamp terbesar di Gaza, telah berulang kali menjadi sasaran serangan udara Israel sejak perang dimulai. Puluhan warga Palestina tewas dan banyak rumah hancur.

10. Prancis-Italia-Jerman Usulkan Sanksi Hamas

Para menteri luar negeri ketiga negara tersebut telah meminta Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi ad hoc terhadap Hamas dan pendukungnya.

"Kami menyatakan dukungan penuh kami terhadap... proposal untuk menciptakan rezim sanksi ad hoc terhadap Hamas dan para pendukungnya," bunyi surat yang ditulis kepada kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang dilihat oleh Reuters.

"Penerapan cepat sanksi ini akan memungkinkan kami mengirimkan pesan politik yang kuat tentang komitmen Uni Eropa terhadap Hamas dan solidaritas kami dengan Israel," tambahnya.

11. Masjid Kuno Gaza Hancur

Masjid Omari abad pertengahan di Gaza telah dibom dan dijadikan puing-puing. Reporter Al Jazeera, Jihad Abu Shanab, mengunjungi lokasi tersebut untuk melihat skala kehancuran.

"Tempat ibadah ini telah dirusak oleh pasukan Israel," katanya.

Masjid ini dibangun pada periode pra-Islam, berdiri di situs kuil Filistin kuno.

Pada abad kelima, sebuah gereja Bizantium dibangun di situs tersebut, sebelum dipugar oleh Ayyubiyah. Pada tahun 1260 masjid dihancurkan oleh bangsa Mongol dan kemudian dibangun kembali.

Pada akhir abad tersebut, kota tersebut hancur akibat gempa bumi. Namun 300 tahun kemudian, Ottoman memulihkannya.

"Masjid Agung Omari adalah salah satu landmark bersejarah dan keagamaan paling menonjol di Gaza. Dulunya merupakan rumah bagi manuskrip tradisional dan perkamen kuno," kata Abu Shanab.

"Masjid Itu memiliki perpustakaan besar yang berisi banyak buku berharga. Ada juga tempat pengajian."


[-]

-

Detik-Detik Pasukan Israel Siap Masuki Gaza, Keadaan Mencekam
(luc/luc)

Sentimen: negatif (100%)