Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Banjarmasin
Kasus: stunting
Tokoh Terkait
Capres-Cawapres Mulai Saling Sindir, Suasana Politik makin Panas, Pengamat: Itu Strategi Mereka
Ayobandung.com Jenis Media: Nasional
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Suasana politik Indonesia kini tengah memanas, menjelang debat Pilpres 2024. Capres Cawapres kini mulai saling sindir.
Dalam acara 'Desak Anies' di Banjarmasin, Anies Baswedan mengkritik cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo terkait program makan gratis untuk mengatasi stunting.
Anies juga secara halus menyindir Gibran setelah salah pengucapan asam folat jadi asam sulfat.
Kata Capres nomor urut 1 itu, penanganan stunting bukan pada usia sekolah, tapi sebelum ibu hamil. Jadi, kesehatan calon ibu itu sudah harus dipikirkan, kebutuhan zat besi, yodium dan asam folat.
Baca Juga: Tahun Depan Naik Gaji? Ini Daftar Nominal Gaji Guru PPPK per Golongan dan 5 Tunjangan Menggiurkan
Calon wakil presiden nomor 2 Gibran Rakabuming Raka juga terpantau menyindir calon presiden nomor 3 Ganjar Pranowo yang juga mantan Gubernur Jawa Tengah terkait SMK.
Gibran menyebut sarana komputer SMK di Jawa Tengah ketinggalan zaman, sementara Ganjar menyambut kritik tersebut dengan senang hati, menyatakan bahwa Gibran sudah siap debat.
Isu debat Pilpres 2024 juga mencuat, setelah KPU RI berencana membuat format baru. Aksi saling kritik ini melibatkan tidak hanya antar-paslon capres-cawapres, tetapi juga pihak yang merasa tersentil oleh kritik para peserta pemilu 2024.
Capres Cawapres Saling Sindir Jelang Pemilu adalah Hal Normal?
Cecep Hidayat, seorang pengamat politik dari UI, menjelaskan bahwa sindiran yang diutarakan oleh pasangan capres cawapres bertujuan sebagai salah satu strategi mereka.
Baca Juga: Minyak Goreng Tropical Terafiliasi Pro Israel Atau Tidak? Cek Faktanya di Sini!
Tujuannya adalah untuk mendapatkan respons positif dari publik terhadap isu yang mereka sampaikan, dengan harapan dampak positif pada dukungan elektoral mereka.
Menurut Hidayat, pasangan calon biasanya memperoleh masukan dari tim konsultan sebelum melontarkan sindiran, dan apa yang disampaikan ke publik telah melalui seleksi internal.
Hidayat menekankan pentingnya menjaga kendali atas strategi tersebut agar tidak merembes ke masyarakat umum, yang dapat berpotensi menciptakan konflik di tengah-tengah masyarakat.
Meskipun demikian, Nurlia Dian Paramita dari JPPR mencatat bahwa fenomena saling menyindir seharusnya tidak dianggap sebagai contoh perilaku elite yang baik.
Dia mengingatkan bahwa semua individu memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga lebih baik fokus pada kelebihan dan menyajikan narasi positif.
Baca Juga: Begini Alasan e-KTP Diganti IKD, Makin Canggih dan Praktis, Simak Cara Pembuatannya Hanya Lewat Handphone
Nurlia juga mengimbau kepada Bawaslu agar mengingatkan pasangan calon presiden agar menghindari kampanye saling menyindir, karena hal itu dapat memicu ujaran kebencian dan produksi hoaks.
Dia menekankan perlunya kampanye yang objektif dan narasi positif untuk memastikan bahwa masyarakat tetap dapat melihat sisi baik dari pasangan calon.
Di sisi lain, Ujang Komarudin, seorang pengamat politik dari IPR, melihat bahwa saling kritik dan sindir adalah fenomena umum dalam kontestasi pilpres.
Baginya, hal ini merupakan bagian dari dinamika demokrasi dan kontestasi politik. Namun, dia menegaskan bahwa kritik dan sindiran harus tetap dalam batas-batas yang wajar dan tidak boleh mencapai level fitnah atau hoaks yang dapat masuk dalam ranah pidana.
Demikian kabar terbaru dari Capres-Cawapres yang saat ini makin memanas dan mulai adanya saling sindir antar mereka, pengamat politik pun mengingatkan agar sindiran tak lewat batas.***
Sentimen: negatif (99.8%)