Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: mayat
Tokoh Terkait
Jenazah Opung Eva Tertimbun Tumpukan Batu
Sumutpos.co Jenis Media: News
HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Upaya pencarian para korban banjir bandang dan longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), membuahkan hasil. Di hari ketiga, satu satu dari 11 korban yang dinyatakan hilang akhirnya ditemukan. Jenazah berjenis perempuan tersebut, ditemukan terkubur material longsor di depan Hotel Senior, Senin (4/12) pagi sekitar pukul 10.00 WIB.
Camat Baktiraja Sanggam Lumbangaol membenarkan penemuan satu jenazah korban tersebut. “Korban itu bernama Tiamin Sinambela, berumur 78 tahun,” kata Sanggam ketika dikonfirmasi.
Sanggam menambahkan dengan ditemukannya satu orang lagi jenazah, maka tinggal 10 orang lagi masih hilang, dan dalam proses pencarian. “Jadi, dua orang jenazah sudah ditemukan, tinggal 10 lagi masih hilang, dan masih proses pencarian,” kata Sanggam.
Penemuan mayat seorang perempuan itu juga dibenarkan oleh, Kapolres Humbahas AKBP Hary Ardianto. “Benar, ada tambah satu korban. Jam 10 tadi,” kata Hary.
Hary menjelaskan, korban ditemukan di bawah tumpukan batu tepatnya di depan Senior Hotel oleh petugas saat sedang melakukan evakuasi sejumlah material batu besar. “Ditemukan di depan Hotel Senior, tidak terlalu jauh dari lokasi. Pas sekali di depan Hotel Senior,” sebutnya lagi.
Setelah dievakuasi oleh petugas Tim Basarnas, selanjutnya jenazah korban dibawa ke rumah sakit. “Korban bernama Tiamin Sinambela atau dipanggil Opung Eva, telah dibawa ke rumah sakit,” sambungnya.
Lebih lanjut, Hary menyampaikan, dengan ditemukannya kembali satu korban bencana banjir bandang-longsor di Desa Simangulampe, jumlah korban hilang tinggal 10 orang. “ Tinggal 10 orang lagi, karena sebelumnya ditemukan seorang perempuan bernama Dian Adelina Lubis berumur 19 tahun karyawan Senior Hotel,” ujar Hary.
Sementara, Polda Sumut menambah personel untuk melakukan pencarian terhadap korban musibah longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbanghasundutan (Humbahas). Saat ini, sebanyak 109 personel Polda Sumut dari Yon B dan Pasmob 1 sudah berada di lokasi bencana untuk melakukan pencarian para korban.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, hingga kemarin total ada tiga korban yang ditemukan. Satu dalam kondisi luka ringan, sedangkan dua lainnya ditemukan telah meninggal dunia. Ketiga korban longsor yang ditemukan itu, kata Hadi, di antaranya bernama Diana Sinaga (luka ringan), Dian Lubis (meninggal dunia), dan Tiamin Sinambela (meninggal dunia).
“Berdasarkan data yang ada, masih 10 korban lainnya belum ditemukan. Personel Polda Sumut, Polres Humbahas, TNI, SAR bersama pemerintah daerah akan terus bekerja melakukan pencarian korban lainnya,” kata Hadi kepada wartawan, Senin (4/12).
Sebelumnya, Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi bersama Pj Gubernur Sumut Hassanudin dan Kasdam I/BB, meninjau lokasi pencarian korban. “Kita masih fokus mencari para korban yang diidentifikasi berada di lokasi bencana dan saat ini belum ditemukan. Saat ini sejumlah alat berat masih melakukan pembersihan material longsor berupa batu berukuran besar yang membenam rumah warga dan akses jalan,” katanya.
Agung mengungkapkan, sebanyak 120 kepala keluarga telah diungsikan ke Balai Desa, Kecamatan Balaraja, berada di tempat yang lebih aman untuk sementara waktu, guna mengantisipasi terjadinya musibah longsor susulan. “Kita Polda Sumut, Kodam I Bukit Barisan, Pemprov Sumut, Polres Humbahas beserta Pemda telah memberikan bantuan kebutuhan hidup kepada masyarakat yang terdampak musibah longsor selama mengungsi,” ungkapnya.
Polda Sumut juga mendidirikan posko identifikasi antemortem dan postmortem. “Saya meminta agar agar manajemen disaster diterapkan dengan baik dengan membagi zona penanganan lokasi bencana, korban dan masyarakat terdampak,” pungkas mantan Asops Kapolri tersebut.
Selidiki Dugaan Perambahan Hutan
Sebelumnya, banjir bandang dan longsor terjadi di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara. Diduga ada indikasi perambahan hutan di sekitar bencana alam tersebut.
Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor berbagi video dalam akun instagramnya, memperlihatkan sebuah perbukitan di sekitar Danau Toba, terlihat gundul. Sehingga ia menilai, ada dugaan kejahatan lingkungan yang terjadi.
“Setelah saya melihat vidio ini, sepertinya ada kejahatan lingkungan luar biasa yang menyebabkan musibah bencana tanah dan batu-batuan yang longsor,” tulis Dosmar dikutip Sumut Pos melalui akun instagramnya @dosmarb, Senin (4/12).
Dosmar mengajak masyarakat, bersama-sama memerangi aktivitas kejahatan lingkungan, dapat merugikan alam dan masyarakat sekitarnya, karena dapat memicu terjadinya bencana alam. “Kepada semua elemen masyarakat yang mengetahui para pelaku ilegal ini untuk sama-sama kita memantau ini, agar para pihak terkait mengambil langkah yang dianggap perlu,” tulis Dosmar lagi.
Menyikapi ada dugaan Ilegal logging tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Sumut Hassanudin menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sumut untuk melakukan tindakan penyelidik bersama pihak kepolisian atas penyebab terjadi banjir bandang dan longsor tersebut.
“Terkait penyebab, memang kemarin saya sampaikan, coba dilihat diinvestigasi cari kemungkinan apa penyebabnya (banjir bandang dan longsor di Humbahas),” kata Hassanudin kepada wartawan di loby Kantor Gubernur Sumut, Kota Medan.
Hassanudin mengungkapkan, saat dirinya turun langsung bersama Kapolda Sumut, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi ke lokasi bencana alam tersebut, Minggu (3/12) kemarin. Ia mengatakan, kondisi lokasi banjir bandang dan longsor sangat memperhatikan.
“Karena dilihat dari dampaknya itu sangat sederhana sekali. Saya kira dari ketinggian, rupanya tidak dari ketinggian itu. Apakah ada gejala tektonik atau memang dampak dari informasi tadi (perambahan hutan),” jelas Hassanudin.
Hasanuddin meminta kepada Polda Sumut, juga turun melakukan penyelidikan dugaan perambahan hutan tersebut. Sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dikemudian hari, sehingga tidak terulang lagi bencana alam serupa. “Dalam hal kami sama sama dengan pak Kapolda Sumut dan bidang-bidang lain. Saya minta untuk mecari data dan informasi, apakah itu investigasi apa penyebabnya (banjir bandang dan longsor itu),” kata Hassanudin.
Hassanudin mengungkapkan melihat langsung proses evakuasi dan pencarian korban hilang itu, tim SAR gabungan terlihat mengalami kesulitan karena banyak material longsor seperti batu-batu besar bertumpuk di lokasi bencana tersebut. “Sampai sekarang ada dua yang ditemukan, saya lihat semalam, penanganan bagus pemberian bantuan bagus,” kata Hassanudin.
Dua korban berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia masing-masing bernama Dian Lubis berjenis kelamin laki-laki, warga warga Parsoburan, Kabupaten Toba dan Tiamin Boru Sinambela warga Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas.
Dian ditemukan di lokasi bencana pada Sabtu (2/12) siang, sekitar pukul 11.30 WIB. Sedangkan, Tiamin ditemukan pada Senin (4/12) pagi, sekitar pukul 10.07 WIB.
Untuk proses pencarian korban hilang berjumlah 10 orang. Tim SAR gabungan melibatkan, TNI/Polri, Basarnas Medan, BPBD Sumut, BPBD Humbahas, dan dibantu masyarakat sekitar.
Lanjut, Hassanudin mengungkapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut juga sudah menurunkan alat berat, untuk pencarian korban yang hilang, diduga tertimbun di material batu besar itu. “Sampai kemarin, sudah 10 alat berat. Bahkan butuh pemecah batu. Mengenai informasi tadi (perambahan hutan), semua kemungkinan bisa terjadi. Tapi saya belum bisa menyimpulkan dengan informasi itu, kita akan tindak lanjuti,” tegasnya.
Dalam penanganan bencana alam tersebut, Hassanudin menjelaskan, BNPB turun juga ke lokasi banjir bandang dan longsor itu. Untuk memberikan bantuan hingga memberikan bimbingan dalam proses pencarian korban hilang. “Pasti akan kita lakukan. Segalanya akan kita lakukan. Hari ini BNPB Pusat akan hadir memberikan bantuan dan penyelesaian termasuk mendalami penyebabnya (longsor dan banjir bandang itu),” jelas mantan Pangdam I Bukit Barisan itu.
Disinggung lokasi bencana alam itu berada di sekitar Danau Toba, Hasanuddin mengungkapkan, perlu menjadi perhatian pihaknya dan stekholder terkait. Sehingga harus ada langkah, upaya pelestarian lingkungan di danau terbesar di Asia Tenggara itu. “Betul sekali (harus ada pelestarian lingkungan). Jadi kita memandang sesuatu itu harus secara holistik tidak hanya asas pemanfaatan nya saya,” katanya.
Hasanuddin juga menjelaskan, tentunya dalam program ke depan, Pemprov Sumut akan melakukan secara konprehenshif pelestarian lingkungan dan akan melibatkan semua pihak. “Ini untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini, termasuk dampak lingkungan. Saya juga sudah berkeliling dan meliahat air terjun. Sedangkan ini, misalnya Kabupaten Dairi di atas, di bawahnya Samosir,” ujarnya.
Pj Gubsu juga menambahkan, pihaknya akan mendorong pembuatan peraturan daerah (Perda) tentang pelestarian lingkungan di kawasan Danau Toba. Kalau tidak diatur, keindahan alam Danau Toba akan hancur.
Sementara, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, mendorong upaya penanganan dampak banjir bandang serta longsor yang menimpa Desa Simangulampe, agar ditangani secara maksimal. Agar dapat berjalan maksimal, Politisi PDI Perjuangan itu mendorong agar penanganan bencana tersebut dapat ditangani secara lintas sektoral.
“Kita prihatin dan berbelasungkawa. Saya mendorong agar upaya penanganannya dilakukan secara lintas sektor. Para korban harus segera ditemukan dan masyarakat yang terkena dampak banjir bandang itu harus ditangani sebaik mungkin,” kata Baskami, Senin (4/12).
Baskami mengatakan, BPBD telah bekerja maksimal sejak hari pertama terjadinya bencana alam tersebut. Kendati demikian, menurut Baskami, pemerintah harus terus berupaya agar dampak bencana tersebut ditangani maksimal. “Sebanyak 35 rumah rusak, 12 rumah di antaranya rusak berat karena tertimbun batu besar. Ada 200 orang mengungsi akibat banjir bandang itu,” ujarnya.
Baskami juga meminta Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, maupun pihak terkait lainnya untuk memastikan ketersediaan pangan, pakaian dan obat-obatan yang dibutuhkan. “Juga persoalan infrastruktur, drainase, air bersih yang harus ditangani. Maka upaya penanganan serta penanggulangan ini harus lintas sektor,” katanya.
Menurutnya, perlu dicari penyebab pasti terjadinya banjir bandang di Humbahas. Baskami mempersoalkan, kerusakan hutan dan hilangnya daerah tangkapan (penahan air) di areal sekitar DanauToba. “Saya berkali-kali berdiskusi dengan pemerhati lingkungan, aktivis, warga masyarakat, mahasiswa tentang masalah ini. Harus ada upaya kongkrit dari kita menyelamatkan alam sekitar DanauToba itu,” tuturnya.
Bagi Baskami, dalam beberapa waktu terakhir, banjir bandang Humbahas merupakan rentetan peristiwa banjir yang semakin sering terjadi di kawasan Danau Toba. “Maka harus ada kepedulian dan aksi konkrit baik pemda, pemprov dan pemerintah pusat mengenai kerusakan-kerusahan hutan ini. Adakan upaya reboisasi, penghijauan agar tidak mudah terjadi longsor dan banjir,” pungkasnya. (des/dwi/gus/map/adz)
Sentimen: negatif (100%)