Sentimen
Negatif (94%)
30 Nov 2023 : 02.57
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Vatican, Moskow, Yerusalem, Doha, Stockholm

AS 'Bela' Hamas-Pesan untuk Putin

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

30 Nov 2023 : 02.57
AS 'Bela' Hamas-Pesan untuk Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas, masih berlangsung. Meski begitu, kedua pihak sepakat untuk memperpanjang jeda pertempuran hingga Rabu (29/11/2023) dengan imbalan pembebasan sandera tambahan.

Kepastian apakah gencatan senjata akan kembali diperpanjang masih jadi pertanyaan.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia:

-

-

1. NATO teriak soal Gaza

Aliansi militer Barat, NATO, ikut buka suara soal situasi di Gaza, Palestina. Hal terbaru disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, Selasa (28/11/2023).

Dalam sebuah pernyataan pers di setelah pertemuan informal para menteri luar negeri NATO di Brussels, ia menegaskan keprihatinannya mengenai perang di Timur Tengah. Ia juga menyambut baik perpanjangan jeda permusuhan antara Israel dan Hamas dan berharap jeda tersebut akan diperpanjang.

"Jeda ini memungkinkan adanya bantuan yang sangat dibutuhkan" bagi masyarakat di Gaza, pembebasan lebih banyak sandera dan penyediaan lebih banyak bantuan kemanusiaan," kata pimpinan NATO itu dikutip Anadolu Agency.

Menanggapi pertanyaan tentang "peran NATO dalam konflik tersebut," Stoltenberg menegaskan kembali bahwa NATO sebagai aliansi tidak memainkan peran aktif dalam konflik Israel-Palestina.

"Beberapa sekutu aktif dengan cara yang berbeda. Namun organisasi NATO tidak terlibat langsung... salah satu pesan dari NATO adalah pentingnya konflik ini tidak meningkat menjadi konflik regional yang lebih besar," tambahnya.

"Kami juga membahas tantangan yang muncul dari lingkungan selatan kami. Saya telah menunjuk sekelompok ahli independen untuk mengatasi hal ini secara rinci. Mereka akan menyerahkan rekomendasi pada musim semi mendatang."

2. CIA-Mossad bertemu di Qatar

Kepala intelijen Amerika Serikat (AS) CIA, William Burns, dan kepala intelijen Israel Mossad, David Barnea, telah terbang ke Qatar untuk melakukan pembicaraan tentang cara memperpanjang gencatan senjata di Gaza dengan imbalan pembebasan lebih banyak sandera oleh Hamas.

Pertukaran sandera terbaru di Gaza dengan warga Palestina di penjara-penjara Israel selesai pada Selasa malam, dengan 10 warga negara Israel dan dua warga negara Thailand dipindahkan dari Gaza, dan 30 warga Palestina dibebaskan di Ramallah dan Yerusalem.

Kementerian luar negeri Qatar, yang menjadi penengah dalam kesepakatan tersebut, mengatakan para sandera yang dibebaskan termasuk sembilan perempuan dan satu anak di bawah umur. Beberapa di antaranya dibebaskan oleh Brigade Al Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina.

Klub Tahanan Palestina, sebuah LSM lokal, mengatakan warga Palestina yang dibebaskan terdiri dari 15 perempuan dan 15 remaja laki-laki.

Pertukaran lainnya diharapkan terjadi pada hari Rabu, dengan media Israel melaporkan bahwa kantor Benjamin Netanyahu telah menerima daftar nama sandera Israel yang ingin dibebaskan oleh Hamas.

Israel mengatakan gencatan senjata dapat diperpanjang lebih lanjut, asalkan Hamas terus membebaskan setidaknya 10 sandera Israel setiap hari dan media Mesir melaporkan bahwa kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata pada prinsipnya telah disepakati, dengan kondisi yang ada.

Gencatan senjata yang dimulai pada hari Jumat awalnya berlangsung selama empat hari dan memungkinkan pembebasan 50 sandera sebagai imbalan atas 150 tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. Sebuah kesepakatan dicapai pada hari Senin untuk memperpanjang kesepakatan tersebut selama dua hari lagi, hingga hari Rabu, dengan Hamas akan membebaskan 10 sandera untuk setiap hari tambahan.

Sejauh ini, semua yang dibebaskan adalah perempuan dan anak-anak. Diperkirakan bahwa untuk memperpanjang gencatan senjata setelah hari Rabu, Hamas harus mulai membebaskan beberapa sandera pria dewasa, yang dianggap berpotensi menjadi tentara.

Yang lebih rumit lagi bagi Israel, IDF mengungkapkan bahwa jasad tiga tentara yang tewas pada tanggal 7 Oktober kini ditahan oleh Hamas di Gaza. Secara historis, Israel mengupayakan pemulangan orang mati dengan komitmen yang sama seperti terhadap orang hidup.

"Direktur CIA Burns dan direktur Mossad Barnea berada di Doha untuk menghadiri serangkaian pertemuan yang diprakarsai oleh perdana menteri Qatar untuk membahas potensi kesepakatan di luar perpanjangan dua hari," kata seorang sumber yang mengetahui kunjungan tersebut, seraya menambahkan bahwa para pejabat Mesir juga sedang berada di Doha, dikutip The Guardian, Rabu (29/11/2023).

3. AS Bela Hamas

Amerika Serikat (AS) menyebut kelompok milisi Gaza Palestina, Hamas, tidak memanfaatkan warganya yang diculik untuk memanfaatkan negosiasi penyanderaan dengan Israel. Ini disampaikan oleh Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, Selasa (28/11/2023).

Dalam keterangannya, Kirby menekankan bahwa tidak ada tanda-tanda faksi militan Palestina bermaksud untuk "bermain-main" dengan para tawanan Amerika. Ia menambahkan bahwa pembicaraan penyanderaan sejauh ini terfokus pada perempuan dan anak-anak. .

"Tidak ada indikasi sama sekali bahwa Hamas mencoba menggunakan pengaruh atau sesuatu untuk mencegah orang Amerika keluar," kata Kirby dikutip Russia Today.

Juru bicara tersebut melanjutkan dengan menyatakan bahwa Hamas mungkin tidak memiliki "akses yang siap untuk menjangkau semua orang dalam waktu dekat". Ia menambahkan bahwa tidak mungkin semua warga negara AS ditahan di lokasi yang sama di Gaza.

"Jadi, tidak ada indikasi bahwa Hamas mencoba memainkan permainan tertentu di sini dalam kaitannya dengan Amerika," tambahnya, seraya menyebut masih ada sejumlah sandera AS yang berada di tangan milisi penguasa Gaza itu.

4. Stockholm Syndrome

Perang Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas, memasuki babak baru. Pertempuran antara keduanya mulai menemui gencatan setelah Hamas menyetujui pembebasan sandera Israel yang diculiknya pada 7 Oktober lalu.

Saat pembebasan dan pelepasan, terlihat para tawanan melambaikan tangan secara hangat dengan para milisi Hamas. Seorang sandera bahkan dilaporkan menulis surat untuk anggota Hamas yang menyanderanya.

Beberapa pihak sendiri menyebut para sandera itu telah terkena Stockholm Syndrome. Mengutip Cleveland Clinic, sindrom ini adalah kondisi psikologis seseorang korban penculikan, penyekapan, dan penyanderaan, yang justru menjadi simpatik pada pihak yang menawannya.

"Para tawanan sendiri mengembangkan perasaan positif terhadap penculik atau pelaku kekerasan seiring berjalannya waktu. Kondisi ini berlaku untuk situasi-situasi seperti kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap pelatih-atlet, kekerasan dalam hubungan, dan perdagangan seks," tulis situs itu dikutip Rabu (29/11/2023).

Selain situasi penculik-sandera yang asli, sindrom Stockholm kini mencakup jenis trauma lain di mana terdapat ikatan antara pelaku dan orang yang dianiaya. Banyak profesional medis yang menganggap perasaan positif korban terhadap pelaku kekerasan sebagai respons psikologis atau coping mechanism yang mereka gunakan untuk bertahan hidup selama disandera.

Kondisi ini mendapat namanya dari peristiwa perampokan bank tahun 1973 yang terjadi di Stockholm, Swedia. Selama enam hari konfrontasi dengan polisi, banyak pegawai bank yang ditawan menjadi bersimpati terhadap perampok bank.

"Setelah mereka dibebaskan, beberapa pegawai bank menolak memberikan kesaksian melawan perampok bank di pengadilan dan bahkan mengumpulkan uang untuk pembelaan mereka."

Seorang kriminolog dan psikiater yang menyelidiki peristiwa tersebut, Nils Bejerot, mengembangkan istilah Stockholm Syndrome untuk menggambarkan kedekatan yang ditunjukkan beberapa pegawai bank terhadap perampok bank.

5. Hamas beri pesan untuk Putin

Media Rusia, Tass melaporkan bahwa lebih banyak sandera Rusia diperkirakan akan dibebaskan pada hari ini. Hal ini digambarkan oleh Hamas sebagai tanda 'terima kasih' kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas sikap yang diambilnya dalam konflik di Gaza. Pernyataan tersebut mengutip pernyataan pejabat Hamas Mousa Abu Marzook.

"Kami belum membebaskan satu pun warga Israel yang berada di Gaza, kecuali Ron Krivoy dari Rusia, yang kami bebaskan sebagai tanda terima kasih gerakan tersebut terhadap posisi Presiden Rusia Putin. Hari ini, beberapa warga Rusia lainnya akan dibebaskan di luar kerangka perjanjian gencatan senjata," ujarnya.

Tass mencatat bahwa Abu Marzook baru-baru ini mengunjungi Moskow. Krivoy dibebaskan pada 26 November. Orang Rusia-Israel ini bekerja sebagai teknisi suara di festival musik Nova yang diserang oleh Hamas.

6. Israel mau akur dengan Qatar

Israel telah mengesampingkan perbedaan pendapatnya dengan mediator konflik Qatar untuk saat ini, namun akan "menyelesaikannya" setelah perang di Gaza berakhir, kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Israel.

Dalam sebuah wawancara di radio tentara Israel, Joshua Zarka, wakil direktur jenderal urusan strategis di Kementerian Luar Negeri Israel, mempertanyakan "peran Qatar dalam segala hal yang berkaitan dengan menjadi tuan rumah dan melegitimasi kegiatan Hamas".

"Saat ini kami membutuhkan mereka. Namun ketika hal ini sudah berlalu, kami akan menyelesaikan masalah dengan mereka," katanya.

Qatar, AS dan Mesir telah terlibat dalam negosiasi intensif untuk membangun dan memperpanjang gencatan senjata di Gaza dan melakukan pertukaran tawanan dalam beberapa hari terakhir. Negara Teluk ini juga menjadi tuan rumah kantor Hamas yang menurut mereka merupakan lembaga politik dan akan tetap buka selama dapat digunakan untuk perdamaian.

Pada hari Selasa, pimpinan CIA dan Mossad Israel bertemu dengan perdana menteri Qatar untuk membahas perpanjangan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

7. Pesan Paus soal Gaza

Paus Fransiskus telah menyerukan kelanjutan gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas, menurut Vatican News.

"Saya berharap gencatan senjata di Gaza dapat berlanjut sehingga semua sandera dapat dibebaskan, dan bantuan kemanusiaan yang diperlukan dapat masuk," kata Paus di akhir audiensi mingguannya pagi ini.

"Semoga kita terus berdoa untuk situasi serius di Israel dan Palestina," ujarnya. "Tolong damai, damai."

8. Israel hancurkan rumah di Jenin

Tentara Israel telah meledakkan dua rumah dan juga menghancurkan jalan-jalan dan saluran air, kata sumber-sumber lokal kepada Al Jazeera, ketika serangannya terhadap Jenin dan kamp pengungsinya berlanjut selama lebih dari 12 jam. Rumah-rumah tersebut terletak di lingkungan Ad Damj.

Lusinan kendaraan militer lapis baja dan setidaknya empat buldoser menyerbu Jenin, sebuah kota yang telah menjadi simbol perlawanan Palestina, pada hari Selasa pukul 20:30. Dalam perkembangan yang jarang terjadi, tentara Israel juga terlihat berjalan kaki di beberapa bagian Jenin.

Setidaknya 20 orang ditangkap, termasuk anggota keluarga warga Palestina yang digambarkan oleh Israel sebagai "buronan".

Pejabat medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya enam orang terluka, termasuk dua anak-anak. Selain itu, pasukan Israel memblokir pintu masuk dua rumah sakit utama dan menutup sementara pintu di rumah sakit ketiga.

9. Hamas undang Elon Musk ke Gaza

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengirimkan undangan tersebut pada hari Selasa.

"Kami mengundang beliau mengunjungi Gaza untuk melihat sejauh mana pembantaian dan kehancuran yang dilakukan terhadap masyarakat Gaza, sesuai dengan standar objektivitas dan kredibilitas," kata Hamdan dalam konferensi pers di Beirut.

"Dalam waktu 50 hari, Israel menjatuhkan lebih dari 40.000 ton bahan peledak ke rumah warga Gaza yang tidak berdaya," tambah pejabat itu.

Pada hari Senin, miliarder teknologi, yang memiliki platform media sosial X, mengunjungi sebuah kibbutz yang menjadi sasaran kelompok bersenjata Hamas selama serangan 7 Oktober dan menyatakan komitmennya untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran kebencian.


[-]

-

Presiden Rusia Putin Sebut Israel Ambil Tanah Asli Palestina
(luc/luc)

Sentimen: negatif (94.1%)