Sentimen
Positif (100%)
29 Nov 2023 : 17.59
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yerusalem, Riyadh

Hubungan Arab Saudi-Palestina

29 Nov 2023 : 17.59 Views 7

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

Hubungan Arab Saudi-Palestina

JAKARTA – Arab Saudi dan Palestina memiliki hubungan yang cukup dekat, dengan Riyadh menjadi salah satu pendukung terbesar pembentukan negara Palestina. Namun, meski Palestina memiliki kedutaan besar di Riyadh, Arab Saudi tidak memiliki kedutaan besar di Ramallah.

Pada Agustus, Duta Besar Nayef al-Sudairi, yang saat ini menjabat sebagai utusan Arab Saudi untuk Yordania, ditunjuk sebagai utusan non-redisen Palestina dan konsul jenderal di Yerusalem di Kedutaan Palestina di Amman.

Arab Saudi mendukung pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan sebelum 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Hal ini dinyatakan oleh Turki bin Faisal Al Saud, seorang Pangeran Saudi terkemuka yang dekat dengan Raja Salman.

Setelah terjadinya Perang Arab-Israel 1948, Arab Saudi menjauh dari konflik langsung dengan Israel dan melakukan pendekatan yang lebih ramah.

Pada masa pemerintahan Raja Faisal, penguasa liberal dan sangat mendukung Palestina, Arab Saudi telah menjalin hubungan yang lebih erat dan mendukung perjuangan Palestina hingga mencapai tingkat yang lebih tinggi setelah Perang Arab-Israel 1973.

Krisis minyak terjadi pada 1973. Pendapatan minyak baru memungkinkan Faisal untuk meningkatkan bantuan subsidi ke Suriah, Mesir, dan Organisasi Pembebasan Palestina. Peningkatan dimulai setelah Perang Enam Hari 1967.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Raja Faisal terbunuh dua tahun kemudian dan sebagai akibatnya hubungan Arab Saudi-Palestina kembali memburuk untuk kedua kalinya.

Ketegangan terjadi antara Arab Saudi-Palestina selama Perang Teluk 1991, dimana Yasser Arafat, pemimpin Palestina, secara terbuka mendukung pemimpin Irak Saddam Hussein yang menginvansi Kuwait, sekutu dekat Arab Saudi.

Hal ini memicu ketidakpercayaan Arab Saudi terhadap Palestina. Sejak saat itu, hubungan Arab Saudi-Palestina naik-turun, dengan tudingan Arab Saudi membantu Israel, menurunnya bantuan dari Arab Saudi, dan meningkatnya bantuan Iran ke Palestina. Perlu diketahui Iran adalah musuh bebuyutan Arab Saudi sejak 1979.

Meskipun Arab Saudi, terutama kalangan tua yang bersimpati terhadap Palestina, beberapa warga Palestina memandang Arab Saudi dengan tidak baik. Hal ini dikarenakan desas-desus Arab Saudi menormalkan hubungannya dengan Israel dan ketidakpercayaan terhadap para pejabat Saudi.

Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, menyatakan bahwa selama 40 tahun terakhir, Palestina telah melewatkan kesempatan dan menolak semua tawaran yang diberikan, menerima perdamaian atau 'tutup mulut dan berhenti mengeluh.' Perkataannya memicu protes dari warga Palestina.

Pangeran, yang kerap disebut sebagai MbS itu berusaha mengonfirmasi dukungannya terhadap Palestina dalam sebuah pertemuan dengan Mahmoud Abbas, Presiden Palestina. Sejak saat itu, MbS telah mengambil sikap pro-Palestina, yang dinyatakan pada konferensi Liga Arab 2023.

"Masalah Palestina telah dan terus menjadi masalah utama bagi negara-negara Arab, dan berada di urutan teratas dalam prioritas kerajaan," ujar MbS.

Dalam wawancara dengan Al Arabiya pada 2020, Mantan Sekretaris Jenderal Keamanan Nasional Arab Saudi Bandar bin Sultan Al Saud mengecam kepemimpinan Palestina dan menganggap perjuangannya adil, namun pendukungnya gagal. Ia menyatakan bahwa Arab Saudi selalu mendukung Palestina, meskipun melakukan kesalahan berulang.

Sentimen: positif (100%)