Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: serangan siber
Pembobolan data di KPU menunjukkan gagalnya unsur integritas
Alinea.id Jenis Media: News
Sehingga seharusnya, dalam menyebarkan data KPU harus berhati-hati agar tidak mudah dibocorkan oknum tertentu. Sehingga masyarakat tidak mempersoalkan integritas KPU. Di antaranya dengan menyusun regulasi berkaitan data akses dan data sharing untuk data-data pemilu. Hingga peningkatan kapasitas bagi seluruh penyelenggara pemilu terkait pentingnya pelindungan data pribadi dalam pemilu.
Apalagi kebocoran data DPT di KPU ditenggarai bukan sekali saja. Karena pada 2020, diduga juga terjadi kebocoran data DPT 2014. Hal itu disayangkan karena menandakan tidak ada perbaikan manajerial dan displin kerja di KPU.
"Kapan mau menyadari jika ada masalah. Ini sudah pernah terjadi. Mereka sepertinya enggak paham kalau data yang mereka kelola ini bahaya dan sensitif," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Rabu (29/11).
"Kita tidak bisa berandai-andai. Memang kebocoran data bisa terjadi di KPU atau tempat lain. Tetapi yang jelas kebocoran data bukan dari satu sisi saja. Misalnya dari hardware atau perangkat saja. Makanya harus diaudit secara menyeluruh," ucap dia.
Dia juga menyoroti UU Pemilu yang menjadi rujukan KPU untuk menyebarkan data DPT. Dia menyebut, undang-undang tersebut dibuat pada saat banyak pihak belum mengerti tentang kebocoran data. Oleh karena itu, dia mengusulkan agar sebaiknya aturan soal itu disempurnakan lagi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terulangnya penyebaran data pribadi secara ilegal.
Ditanya soal kekhawatiran pembobolan data pada saat penghitungan suara, dia menyebut, penyelenggara pemilu harus selalu mengecek ulang dalam setiap perhitungan dan tidak melulu mengandalkan otomatisasi. Karena dalam hal ini, peran manusia tetap menjadi penting untuk mencegah pembobolan data.
Sementara pengamat kejahatan siber Anton Setiyawan menyebut kalau pemilu adalah proses legitimasi bagi keberlanjutan kepemimpinan sebuah bangsa yang demokratis. Jadi, unsur integritas pada sistem pemilu menjadi poin penting yang harus dilindungi. Sehingga menjaga kepercayaan masyarakat terhadap proses dan hasil pemilu.
"Pembobolan data menunjukkan gagalnya perlindungan terhadap unsur integritas tersebut," kata dia yang juga mantan juru bicara BSSN ini.
KPU harus mengatur mekanisme saat menyebarkan data sehingga data tersebut tetap aman. Dan ada indikasi ini yang saat ini belum ada. Makanya, harus ada aturan yang menjamin penyebaran data secara aman dan memenuhi kaidah UU 27/2022 tentang Pelindungan Data Pribadi. Atau mengikuti saja Peraturan BSSN Nomor 8 Tahun 2020 tentang Sistem Pengamanan dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik
Dia pun mengungkapkan bahayanya serangan siber terhadap pelaksanaan pemilu. Di mana, merujuk pada beberapa pemilu sebelumnya di negara lain (US, Prancis, Inggris, dll), serangan siber pada pemilu dapat berupa illegal access, hacking, Denial of Services, dan hoax. Akibat yang ditimbulkan dapat meruntuhkan kepercayaan masyarakat, menimbulkan chaos karena saling gugat antarpartai politik, menurunkan minat investasi, bahkan mengancam keberlangsungan suksesi kepemimpinan
Di mana, target utama pelaku adalah menurunkan kredibilitas Pemerintah RI, mengganggu stabilitas politik, serta memengaruhi kebijakan dalam negeri. Kendati dari sisi pemerintah sudah dibentuk satgas. (Kemkominfo, Polri, dan BSSN). Tetapi, mereka hanya bertugas menjaga perimeter keamanan siber dari luar sistem. Mereka tidak bisa masuk ke sistem KPU karena dikhawatirkan mengganggu netralitas KPU. Untuk itu, perlu membentuk satgas dari internal KPU beserta unsur industri, praktisi, dan akademisi yang bisa membantu perkuatan sistem KPU dari dalam.
"Sebenarnya ini yang paling penting. Jangan sampai ada ilegal access pada sistem KPU pada proses penghitungan. Walapun penghitungan masih bersifat manual, tetapi prosesnya sudah digital. Harus dipastikan integritas data terjaga dan aman. Metoda yang mendasar adalah dengan enkripsi. Dan didukung dengan tata kelola Sistem Manajemen Keamanan Informasi yang baik sesuai amanat UU ITE," papar dia.
Sentimen: negatif (99.2%)