Sentimen
Negatif (80%)
18 Nov 2023 : 17.02
Informasi Tambahan

Institusi: UGM, Nanyang Technological University (NTU) Singapura

Kab/Kota: Washington, Yogyakarta, California, Sleman

Kasus: Kemacetan

Paparkan Kehebatan Jakarta di Yogyakarta, Pendukung Anies Sebut IKN Nusantara Proyek Cacat Perhitungan

18 Nov 2023 : 17.02 Views 3

Gatra.com Gatra.com Jenis Media: Nasional

Paparkan Kehebatan Jakarta di Yogyakarta, Pendukung Anies Sebut IKN Nusantara Proyek Cacat Perhitungan

Sleman, Gatra.com – Kepemimpinan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, disebut mampu menciptakan Jakarta sebagai kota paling kolaboratif sehingga membuat pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tidak relevan. Pemindahan ibu kota disebut proyek cacat perhitungan.

Hal ini mengemuka dalam Indonesian "Future Stadium Generale: Finding Justice Development Path for the Future of Indonesia : Promoting Jakarta Kota Kolaborasi as a Pioneer of Global Sharing City" di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (17/11) siang.dan dari Rujak Urban Studies, Elisa Sutanudjaya.

Pakar sosiologi perkotaan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir, menyatakan pemerataan pembangunan bukan ditentukan oleh lokasi ibu kota negara. Dirinya mencontohkan Washington DC, ibu kota Amerika Serikat, yang berada di pantai timur kalah dengan California yang menjadi negara bagian paling kaya.

“Sementara negara bagian yang paling miskin justru dekat dengan ibu kota, yaitu West Virginia, yang berjarak dua jam dari Washington DC. Jadi tujuan pemerintah membangun IKN dengan tujuan pemerataan pembangunan adalah kekeliruan cara berpikir,” katanya.

Dalam kajiannya, Sulfikar menekankan pemindahan ibu kota atas nama pemerataan adalah proyek yang tak punya basis teknokratik dan cacat perhitungan. Alasan pemindahan ibu kota karena tak terbendungnya beban sosial-ekonomi Jakarta justru tidak relevan.

Pasalnya, kata dia, Jakarta masih bisa dibenahi dengan pendekatan dan tata kelola kolaborasi. "Jakarta mengalami perubahan signifikan 10-15 tahun terakhir, terutama di bawah kepemimpinan Anies Baswedan. Artinya masalah Jakarta bisa diselesaikan," kata dia.

Menurut dia, Jakarta memberi optimisme bahwa kota-kota Indonesia bisa dibenahi. "Pemerataan pembangunan mestinya yang dibangun bukan 1 kota, tapi 18 kota besar di seluruh Indonesia," ucap Sulfikar.

Direktur RUJAK Centre for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja, menyebut IKN tidak mencerminkan kebutuhan kota-kota masa depan. Baginya konsep yang dikembangkan di sana hanyalah sekumpulan bangunan tanpa manusia.

“Ini seperti mengulang kesalahan lama pembangunan urban di Indonesia berdekade-dekade lamanya. IKN tidak bisa menjadi kota yang dapat dicontoh kota-kota lain di Indonesia," kata Elisa.

Hadir secara daring, Co-Captain Tim Nasional Anies - Muhaimin, Thomas Trikasih Lembong, menyebut periode kepemimpinan Anies sebagai Gubernur Jakarta berhasil menciptakan ruang ketiga yang egaliter bagi masyarakat sebagai salah satu wujud kota kolaboratif.

“Bagaimana membangun tempat ketiga setelah rumah, kantor, dan ruang publik yang egaliter ini aspek penting semangat kolaborasi, kebersamaan dan keikutsertaan. Sharing ekonomi ini mengikutsertakan warga, mempromosikan kebersamaan, meski sudah banyak terobosan tapi harus didorong lagi," jelasnya.

Melalui kerjasama dengan sponsor swasta korporasi, menurut dia, pemerintah Jakarta mampu membantu dan mendanai warga untuk mengurangi kemacetan serta polusi kendaraan pribadi.

“Ini konsep sharing city. Masukan warga, pendapat masyarakat, peneliti, akademisi, sangat penting dan memoroti kegiatan. Diperlukan keseimbangan serta kolaborasi top down dan bottom up. Ini diterapkan Pak Anies saat berada di Jakarta,” ujar mantan Menteri Perdagangan ini.

Dalam kesempatan tersebut, Lembong juga menyebut bahwa pendekatan kolaboratif sangat perlu dilakukan untuk menciptakan ekonomi adil merata. Pendekatan kolaboratif dinilai paling optimal guna menghadirkan perekonomian adil dan merata.

“Bagaimana berpapasan dan bergaul di tempat ketiga, apakah trotoar, taman, gerbong MRT, bus. Ada kultur keterbukaan masukan dari pemangku kepentingan. Masyarakat, peneliti, media dengan keterbukaannya berkolaborasi," papar Lembong.

73

Sentimen: negatif (80%)