Sentimen
Rizal Ramli Bilang Banyak Pejabat Ngaku NKRI Harga Mati: Ujung-ujungnya Jual Pulau ke Singapura
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Hari ini KPU tetapkan Capres dan Cawapres Pilpres 2024, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari membacakan putusan secara langsung. Dari hasil rapat pleno yang diselenggarakan secara tertutup dan ketiga pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) telah memenuhi syarat untuk mengikuti jalannya Pilpres 2024.
Kemudian, adanya hasil survei terbaru mengenai ketiga pasangan Capres dan Cawapres ini yang menyebutkan bahwa pendukung Prabowo Subianto berbelok ke Ganjar Pranowo.
Hal ini disebabkan sejak Prabowo Subianto mendeklarasikan pasangannya yaitu putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam sudah mengingatkan mengenai pengaruh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap elektabilitas pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Akan berdampak negatif pada elektabilitas Prabowo-Gibran,” ungkap Khoirul Umam dalam keterangannya di Jakarta.
Sementara itu, seorang pengamat ekonomi, Rizal Ramli tidak ingin mengikuti perkembangan mengenai drama Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024.
Sebelumnya, Rizal Ramli pada video dalam kanal YouTube Refly Harun, berpendapat bahwa drama Capres dan Cawapres ini tidak bermutu dan memiliki unsur kecurangan.
Bahkan ia melihat rancangannya ini lebih dahsyat daripada Pemilu pada tahun 2019, dimana terdapat persaingan antara Prabowo dan Jokowi.
Untuk menjadi pemimpin, masyarakat tidak perlu menjadi bagian keluarga dari Presiden. Sebab negara ini merupakan negara yang demokratis.
Pakar tersebut juga mengatakan dalam sistem demokrasi seperti di Indonesia, berbeda dengan sistem komunis.
“Sistem demokrasi negara kapitalis, kompetitif dan amanah. maksudnya ada hukum kamu pakai uang buat pribadi masuk penjara,” ujar Rizal Ramli dalam video pada kanal YouTube Refly Harun.
”Sehingga pemimpin di negara demokrasi itu banyak yang bagus-bagus Walikota sampai presiden. sistem komunis kita enggak suka, tapi seleksi kepemimpinannya sangat-sangat kompetitif,” sambungnya.
Meski begitu, Rizal Ramli berpendapat teori tersebut berbeda dengan kenyataannya. Pancasila dan NKRI tidak berjalan seperti semestinya.
“Kita ngaku Pancasila, ngaku NKRI, kita tidak punya sistem pemilihan pemimpin yang amanah dan kompetitif. makanya Pancasila enggak jalan-jalan, Pancasila NKRI Hanya Jadi dagangan doang,” sindirnya.
“NKRI sampai mati, habis itu jual pasir ke Singapura. tanah kita bolong pulaunya nanti keropos. itu ngakunya NKRI, NKRI Pancasila hanya dijadiin barang dagangan, hanya dijadikan slogan. itu yang harus kita ubah,” lanjutnya.
Rizal pun berharap dan percaya pada anak-anak muda Indonesia dapat mengubah bangsa ini menjadi lebih baik lagi. (Zs/GLR)Sentimen: positif (98.1%)