Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Hewan: Anjing
Kab/Kota: Tangki, Tel Aviv
Kasus: mayat, Teroris
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Isaac Herzog
Yoav Gallant
Daniel Hagari
Cerita Ngeri Saksi Mata Saat Tentara Israel Serbu RS Al-Shifa di Gaza
Detik.com Jenis Media: News
Tentara Israel telah menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa, menurut keterangan saksi mata. Padahal ada ribuan orang berlindung di RS terbesar di Gaza tersebut.
"Tentara menembakkan bom asap yang menyebabkan orang-orang mati lemas," kata Khader Al-Zaanoun, seorang warga Gaza kepada wartawan BBC, Rushdi Abu Alouf.
"Saya melihat tentara memasuki bagian bedah khusus," kata Khader.
Beberapa saat kemudian Khader menambahkan keterangannya.
"Saya melihat enam tank di dalam rumah sakit dan lebih dari 100 tentara komando. Mereka memasuki unit gawat darurat utama, beberapa tentara mengenakan masker dan berteriak dalam bahasa Arab 'jangan bergerak, jangan bergerak'."
BBC belum dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, Ashraf al-Qidra, mengatakan Israel memberi tahu bahwa militer akan "menyerbu kompleks rumah sakit Al-Shifa dalam beberapa menit mendatang", sebagaimana dikutip jaringan berita Al Jazeera.
Ashraf al-Qidra mengatakan para pejabat di Gaza kemudian memberi tahu Palang Merah tentang peringatan Israel tersebut.
Hamas menegaskan bahwa Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, sepenuhnya "bertanggung jawab" atas serangan terhadap kompleks medis Al Shifa.
Hamas mengatakan Gedung Putih telah memberi "lampu hijau" bagi Israel untuk melancarkan "pembantaian brutal" terhadap RS Al-Shifa sekaligus "menghancurkan sistem perawatan kesehatan Gaza dan menggusur warga Palestina".
ReutersRS Al Shifa merupakan fasilitas kesehatan utama di Gaza.
Militer Israel mengatakan melakukan "operasi tepat sasaran terhadap Hamas" di Rumah Sakit Al-Shifa "berdasarkan informasi intelijen dan kebutuhan operasional".
Dalam sebuah pernyataan di media sosial, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukan mereka "mencakup tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan yang kompleks dan sensitif ini."
Militer Israel mengatakan tujuan penyerbuan adalah agar "tidak ada kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil yang digunakan oleh Hamas sebagai tameng hidup".
IDF melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka baru-baru ini mengatakan kepada pihak berwenang Gaza bahwa semua aktivitas militer di rumah sakit tersebut harus diakhiri, namun kenyataannya aktivitas yang dimaksud belum berakhir.
BBC tidak dapat segera memverifikasi laporan Israel tersebut.
Hamas membantah menggunakan rumah sakit tersebut untuk operasinya dan telah meminta komite internasional untuk turun tangan dan melakukan inspeksi.
.
Sebelumnya, AS mengatakan pihaknya memiliki informasi intelijen bahwa Hamas memiliki pusat komando di bawah RS Al-Shifa.
Juru bicara Keamanan Nasional, John Kirby, mengatakan Hamas juga menyimpan senjata di bawah RS Al-Shifa dan bersiap menghadapi serangan Israel.
Kirby mengatakan AS memiliki informasi intelijennya sendiri, yang diperoleh dari berbagai sumber, yang menunjukkan bahwa Hamas dan kelompok Jihad Islam menggunakan rumah sakit di Jalur Gaza dan terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan operasi militer dan menyandera tawanan.
ReutersPasukan Israel telah mengepung Kota Gaza, kata militer Israel.
Ini adalah pertama kalinya AS secara independen mendukung klaim sekutu dekatnya, Israel, bahwa Hamas menggunakan rumah sakit untuk menyembunyikan fasilitas militer.
Sebelumnya pemerintah AS hanya mengutip informasi intelijen sumber terbuka dan tidak mengonfirmasi bahwa mereka mempunyai sumber sendiri untuk hal ini.
"Hamas dan anggota Jihad Islam Palestina mengoperasikan pusat komando dan kendali dari Al-Shifa di Kota Gaza," ujar Kirby.
"Mereka telah menyimpan senjata di sana dan mereka siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas tersebut."
AFPJuru bicara WHO, Christian Lindmeier, mengatakan sekitar 600 orang masih berada di RS Al Shifa dan ada pula yang berlindung di lorong-lorong rumah sakit.
Kirby mengatakan hal ini menunjukkan betapa menantangnya operasi Israel karena "Hamas telah tertanam kuat di dalam masyarakat sipil".
"Untuk lebih jelasnya, kami tidak mendukung penyerangan ke rumah sakit dari udara dan kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang sakit yang hanya berusaha untuk mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan, malah terjebak dalam baku tembak. Rumah sakit dan pasien harus dilindungi," ujarnya.
"Seperti yang telah kami jelaskan dalam beberapa kesempatan, tindakan Hamas tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza, dan ini jelas merupakan sesuatu yang akan kami diskusikan secara aktif dengan rekan-rekan kami."
RS Al-Shifa 'hampir seperti kuburan'
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut keadaan rumah sakit terbesar di Gaza "hampir seperti kuburan."
Rumah sakit Al-Shifa, yang terletak di Gaza utara, berada di garis depan pertempuran sengit selama beberapa hari terakhir antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas. Israel menuding Hamas mengoperasikan pusat komando dan kendali di terowongan di bawah rumah sakit, namun tudingan itu dibantah Hamas dan pihak rumah sakit.
Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, mengatakan sekitar 600 orang masih berada di RS Al Shifa dan ada pula yang berlindung di lorong-lorong rumah sakit.
"Di sekitar rumah sakit ada banyak jenazah yang tidak bisa ditangani, bahkan tidak dikuburkan atau dibawa ke kamar mayat," ujarnya. "Rumah sakit tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Rumah sakit ini hampir seperti kuburan," tambah Lindemeier.
Para dokter mengakui ada banyak jenazah bergelimpangan dan membusuk di rumah sakit.
AFPPara korban meninggal dunia akibat gempuran Israel tergeletak di depan RS Al Shifa, Gaza, mengingat rumah sakit tersebut tidak punya lagi kapasitas dan minim sumber daya listrik.
Dr Mohamed Abu Selmia, manajer Al-Shifa, mengatakan ada sekitar 150 jenazah yang membusuk dan "mengeluarkan bau tidak sedap".
Dia mengatakan kepada BBC bahwa pihak berwenang Israel masih belum memberikan izin bagi jenazah tersebut untuk dibawa dan dikuburkan. Menurutnya, anjing kini telah memasuki halaman rumah sakit dan mulai memakan jenazah tersebut.
Dr. Marwan Al-Barsh yang merupakan direktur jenderal Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan situasi ini diperburuk oleh kurangnya bahan bakar untuk listrik di kamar mayat.
"Listrik diputus oleh pasukan Israel yang menargetkan generator, yang menyebabkan pembusukan mayat-mayat karena kita melihat cacing keluar dari mereka," kata Al-Barsh kepada BBC Arabic.
Al-Bursh mengatakan pihaknya kesulitan untuk menguburkan jenazah karena ancaman militer Israel.
"Kami mencoba berkoordinasi dengan pasukan Israel agar kami diizinkan menguburkan jenazah di dalam rumah sakit, namun siapa pun yang mencoba keluar dari rumah sakit akan langsung ditembak," ujarnya.
Israel menuduh ada pusat komando Hamas di bawah RS Al-Shifa. Juru bicara militer Israel, Libby Weiss, mengatakan: "Kami mengetahui hal itu dengan pasti."
Akan tetapi Hamas dan pihak rumah sakit menepis tuduhan itu.
Bayi prematur meninggal karena RS Al Shifa kekurangan pasokan listrik
AFPDaerah sekitar Rumah Sakit Al-Shifa dipenuhi pengungsi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan "tembakan dan pengeboman terus-menerus" di daerah sekitar rumah sakit telah "memperburuk keadaan yang sudah kritis". Dia menyatakan Al-Shifa "tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit".
Kepala bagian bedah RS Al-Shifa, Dr Marwan Abu Saada, mengatakan kepada BBC bahwa sudah ada tiga bayi yang lahir prematur kemudian meninggal karena RS kekurangan pasokan listrik.
Puluhan bayi baru lahir lainnya saat ini tidak menerima perawatan yang diperlukan dan Dr Marwan mengatakan dirinya khawatir bahwa "kami akan kehilangan nyawa semua bayi".
Ketika diwawancarai BBC, Presiden Israel, Isaac Herzog, menuduh Hamas mempunyai markas besar di bawah bangunan RS Al-Shifa.
Dr Marwan menyebut tuduhan Israel sebagai "kebohongan besar" dan mengeluarkan "undangan terbuka" kepada pasukan Israel untuk datang dan memeriksa gedung tersebut.
Tidak ada satu pun "militan" di dalam Al-Shifa, kata kepala bagian bedah rumah sakit tersebut kepada BBC.
"Ini adalah undangan terbuka kepada komunitas internasional dan bahkan kepada Israel. Mereka berada di dekat rumah sakit Shifa. Mengapa tidak masuk ke Rumah Sakit Shifa dan melihatnya?
"Kami adalah warga sipil. Saya seorang dokter-ahli bedah. Kami memiliki staf medis, kami memiliki pasien, dan pengungsi. Tidak ada lagi," tegas Dr Marwan.
ReutersSejumlah bayi baru lahir ditempatkan di ranjang rumah sakit karena RS Al Shifa kehabisan BBM untuk menyalakan generator. Hal ini menyebabkan inkubator dan berbagai alat kesehatan yang memerlukan listrik tidak lagi berfungsi.
Dr Marwan Abu Saada, mengatakan Al-Shifa biasanya menggunakan 24.000 liter bahan bakar sehari untuk menjalankan generatornya.
Sekalipun hanya satu generator yang menyala, rumah sakit masih membutuhkan 9.000 hingga 10.000 liter, katanya.
"[300 liter] tidak ada artinya. Ini akan menyalakan generator kami hanya selama setengah jam," jelasnya kepada BBC.
Dr Abu Saada mengatakan unit perawatan intensif dan ruang bedah di rumah sakit tersebut kini sepenuhnya menggunakan tenaga surya.
Kurangnya listrik menyebabkan rumah sakit tidak mampu menyediakan hemodialisis kepada 45 pasiennya yang memerlukan perawatan ginjal selama dua hari karena kurangnya listrik.
Selama 30 hari terakhir, pekerja Al-Shifa harus menggali empat kuburan massal untuk pasien yang tidak diketahui identitasnya, sementara 100 mayat lainnya saat ini tergeletak di tempat terbuka di luar unit gawat darurat.
"Ini adalah sumber wabah dan infeksi," katanya. "Ini adalah bencana."
RS Indonesia di Gaza lumpuh
AFPRS Indonesia di Gaza.
Selain RS Al Shifa, Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza juga lumpuh setelah pasokan bahan bakar dan persediaan obat-obatan habis, kata Kepala Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad.
Sarbini mengatakan pasokan bahan bakar yaitu solar sudah habis. Begitu juga dengan persediaan obat-obatan, makanan, minuman menipis.
Para staf medis, kata Sarbini, terpaksa melakukan penghematan yang luar biasa.
Situasi seperti ini membuat rumah sakit lumpuh.
"Ya lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik tidak ada, obat ludes... tapi mereka tetap mencoba melakukan yang terbaik. Kalau tidak ada lampu, pakai senter atau dilakukan di siang hari."
.
Pada Kamis (09/11) malam, dilaporkan terjadi ledakan dekat RS Indonesia di Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan "sasaran roket adalah daerah Taliza'tar yang lokasinya sangat dekat RSI sehingga RSI mengalami sejumlah kerusakan fisik tambahan."
Menurutnya, terdapat tiga WNI relawan di ruang bawah tanah Rumah Sakit Indonesia saat terjadinya "serangan". Mereka "sudah bisa dihubungi dan dalam keadaan baik".
"Indonesia sekali lagi mengutuk serangan-serangan biadab terhadap warga dan obyek sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza," kata Lalu Muhammad Iqbal, tanpa merinci pihak mana yang melancarkan serangan roket.
BBC
Sebelumnya, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengeklaim bahwa Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia yang didanai oleh LSM asal Indonesia dan juga diresmikan pada tahun 2016, dibangun di atas fasilitas Hamas. Ada fasilitas teroris bawah tanah di sana sebelum rumah sakit itu dibangun, jelasnya.
Hagari memperlihatkan apa yang dia sebut landasan peluncuran roket terletak sekitar 75 meter dari RS Indonesia di Gaza.
"Hamas meluncurkan roket ke Israel 75 meter dari rumah sakit," katanya.
Hagari juga menuding Hamas mencuri bahan bakar dari rumah sakit tersebut untuk berperang melawan Israel.
BBC
Menanggapi pernyataan militer Israel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan: "RS Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun masyarakat Indonesia sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza."
Menurutnya, "RS Indonesia saat ini sudah dikelola sepenuhnya oleh otoritas Palestina di Gaza, meskipun dari waktu ke waktu selalu ada relawan Indonesia yang membantu."
Iqbal menambahkan, RS Indonesia justru merupakan satu dari segelintir fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Gaza di tengah jumlah korban serangan Israel yang terus bertambah setiap harinya.
"Rumah sakit ini saat ini merawat pasien dalam jumlah jauh melampaui kapasitasnya," tegasnya.
Mer-C: 'Israel melakukan kebohongan publik'
Kepala Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan Israel melakoni pembohongan publik terkait tuduhan bahwa RS Indonesia membuat bunker untuk solar.
"Israel mencoba untuk melakukan satu kebohongan publik yang seakan-akan bahwa RS Indonesia ada membuat seperti bunker untuk menyimpan solar," kata Sarbini dalam konferensi pers, Senin (6/11), sebagaimana dikutip detik.com.
.
Sarbini menegaskan pembangunan RS Indonesia dilakukan secara profesional.
"IDF [militer Israel] merilis bahwa RS Indonesia ada melakukan hal-hal yang menurut Israel ini sesuatu yang tidak tepat. Oleh sebab itu, kami membantah. Bahwa kita membangun RS ini dalam konteks yang profesional," ujar Sarbini.
Dia juga menuding Israel sengaja melontarkan tudingan itu sebagai dalih untuk menyerang RS Indonesia.
"Apa yang dituduhkan oleh Israel bisa jadi ini suatu prakondisi untuk melakukan serangan ke RS Indonesia di Gaza," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Tim Pembangunan RS Indonesia, Farid Thalib, juga membantah tuduhan Israel.
"Tidak benar tuduhan yang mereka (Israel) katakan terowongan itu bukan di RS Indonesia," kata Kepala Tim Pembangunan RS Indonesia, Farid Thalib, di Jakarta, dilansir kantor berita Antara, Senin (6/11).
"Ini kemarin juga videonya. Disebut tunnel (terowongan). Bukan, ini bukan RS Indonesia. Kelihatan dari marmernya," ujarnya menunjukkan video yang dirilis Israel.
Dia juga menjelaskan soal fungsi tangki solar. Tangki solar tersebut memang diperuntukkan buat suplai genset RS Indonesia.
"Tangki ini buat suplai untuk genset kita. Tangki solar. Kenapa kita taruh di bawah? Kan secara artistik lebih bagus. Itu juga kan mudah terbakar. Dan kalau terjadi keributan seperti peperangan sekarang, meledak jadinya," ungkapnya.
Israel klaim telah membelah Jalur Gaza
Militer Israel mengeklaim telah mengepung Kota Gaza dan membelah Jalur Gaza menjadi dua.
"Saat ini, ada Gaza Utara dan Gaza Selatan," kata juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, kepada wartawan pada Minggu (05/11).
Dia menyebut langkah tersebut sebagai "tahap penting" dalam perang Israel melawan Hamas.
Menurutnya, Israel masih "mengizinkan koridor" bagi para penduduk Jalur Gaza bagian utara dan Kota Gaza untuk menuju ke daerah selatan.
Israel, kata Hagari, "akan terus menyerang dengan kuat dan mengintensifkan operasi darat kami di Jalur Gaza utara dan Kota Gaza secara lebih luas".
BBC
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata sementara dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Tel Aviv.
Dalam pertemuan itu, Netanyahu dan Blinken membahas seruan AS agar Israel menyetujui jeda kemanusiaan dalam serangannya di Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan. Namun Netanyahu mengatakan sampai semua sandera dibebaskan, kesepakatan seperti itu tidak bisa diterapkan.
.
Israel gempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza
Sebelumnya, militer Israel membenarkan bahwa jet-jet tempurnya telah menggempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza. Israel mengeklaim serangan tersebut menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan menewaskan seorang komandan senior Hamas.
Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan gempuran Israel menyebabkan kawah besar dan sejumlah bangunan di sekitarnya ambruk. Beberapa foto lainnya menunjukkan korban tewas mencakup anak-anak.
.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 50 orang tewas, sedangkan Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 25 orang. Seorang dokter di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakitnya telah menerima 120 orang tewas.
Tamara Al-Rifai dari badan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa Jabalia adalah kamp pengungsi yang sangat miskin. Bahkan "sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan".
ReutersGempuran Israel ke kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza menimbulkan kawah.
Awalnya, Jabalia adalah sebuah kamp yang dilengkapi tenda, seperti yang terlihat pada foto-foto hitam-putih kuno. Namun seperti kebanyakan kamp yang didirikan pada tahun 1948, kamp-kamp tersebut perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang lebih mirip dengan kota-kota kumuh.
Al-Rifai mengatakan UNRWA mengenal kamp tersebut dengan sangat baik karena ini adalah kamp terbesar dari delapan kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan juga yang paling padat penduduknya.
Badan PBB tersebut memiliki 16 sekolah di kamp tersebut, kata Al-Rifai, "jadi saya berani mengatakan bahwa rekan-rekan saya di sekolah ini - para guru, pendidik - mengenal sebagian besar anak-anak di kamp ini sehingga ini adalah momen yang sangat sulit bagi mereka."
ReutersWarga mencari korban di bawah reruntuhan bangunan setelah Israel menggempur kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza.
Juru bicara militer Israel, Letkol Jonathan Conricus, mengeklaim serangan di kamp pengungsi Jabalia menewaskan Ibrahim Biari, seorang komandan batalyon Hamas. Conricus menyebut Biari sebagai "orang penting dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober".
Conricus mengatakan "puluhan" milisi Hamas telah terbunuh di "kompleks terowongan bawah tanah yang luas" tempat Biari mengarahkan operasinya.
Dia mengatakan militer Israel telah menyerang di antara bangunan, menargetkan kompleks terowongan di bawahnya. Runtuhnya terowongan tersebut, kata dia, menyebabkan bangunan di sekitarnya ambruk. Hal ini, katanya "tidak dapat dihindari".
Netanyahu: 'Ini waktunya untuk berperang'
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya menolak melakoni gencatan senjata dengan Hamas. Alih-alih berdamai, Netanyahu menyatakan "ini waktunya untuk berperang".
"Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober," papar Netanyahu.
"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme," ujarnya.
"Alkitab mengatakan 'ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang," cetus Netanyahu.
PM Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan operasi darat militer memasuki 'tahap kedua'. (JACQUELYN MARTIN/Getty Images)
Ketika ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas, Netanyahu menjawab: "Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan - bukan kepastian - untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan."
"Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera," tambah Netanyahu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada komite parlemen bahwa perang tersebut akan terdiri dari tiga tahap.
"Tahap pertama dari kampanye ini dimaksudkan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas untuk mengalahkan dan menghancurkan Hamas," kata Gallant.
Dia menggambarkan tahap kedua sebagai pertempuran lanjutan saat pasukan bekerja untuk "menghilangkan kantong-kantong perlawanan".
Dan tahap ketiga, kata Gallant, "akan membutuhkan penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza, dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel".
Israel peringatkan RS evakuasi pasien dan pengungsi
BBC
Ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).
Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang - banyak di antaranya dalam perawatan intensif - adalah hal yang mustahil.
.
Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil.
"Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit," kata White.
"Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan," ujarnya kemudian.
Dia kemudian berkata bahwa orang-orang yang kini berada di utara Gaza - tak hanya pasien - juga "tak bisa berpindah karena mereka tak memiliki moda transportasi".
Ledakan di RS Al-Ahli
Krisis kemanusiaan terus terjadi di Palestina.
Kelompok Hamas - pihak berwenang di Gaza - mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.
BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.
"Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor, dan beberapa di antaranya tanpa anestesi," kata juru bicara kementerian Dr Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada Rabu (18/10) pagi.
BBC
Dia menambahkan bahwa banyak dari korban adalah anak-anak dan perempuan, serta menambahkan bahwa banyak dari cedera yang diderita para korban "di luar kemampuan tim medis kami".
Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai "kejahatan perang", sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.
Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab.
Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.
BBC BBC BBC
(ita/ita)Sentimen: negatif (100%)