Sentimen
Positif (84%)
27 Okt 2023 : 18.31
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen, Hindu

Kab/Kota: Senayan, Manado

Tiga Pemuka Lintas Agama Bicara Keberagaman di #DemiIndonesia

27 Okt 2023 : 18.31 Views 1

Detik.com Detik.com Jenis Media: Metropolitan

Tiga Pemuka Lintas Agama Bicara Keberagaman di #DemiIndonesia

Jakarta -

Tiga pemuka lintas agama berorasi di acara #DemiIndonesia. Ketiganya berbicara mengenai keberagaman dalam beragama di Indonesia.

Orasi para pemuka lintas agama itu merupakan bagian dari sesi I acara #DemiIndonesia berjudul 'Beda Server Satu Bahasa' yang diadakan detikcom di The Hall, Senayan City, Jakarta, Jumat (27/11/2023). Ketiga pemuka agama tersebut terdiri dari Gus Miftah yang mewakili Islam, Bhante Dhira mewakili Buddha, dan Pendeta Gideon Simanjuntak mewakili Kristen.

Gus Miftah mengawali sesi orasi. Dia mengatakan, kalau Indonesia ingin maju, semua pihak harus menghormati agama yang berbeda.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konsepnya sebenarnya sederhana, kalau Indonesia ini pengen maju, kalau kamu pengen agamamu tidak dihina, ya jangan menghina agama orang lain," kata Gus Miftah di acara#DemiIndonesia, Jumat (27/10/2023).

Gus Miftah kemudian menggambarkan Indonesia yang memiliki keragaman agama. Dia mengistilahkan setiap agama yang ada memiliki kamarnya masing-masing.

"Saya menggambarkan Indonesia itu rumah besar, yang di rumah besar ini ada 6 kamar, ada kamar Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu. Saya punya keyakinan kalau orang Indonesia ini kembali ke kamarnya masing-masing maka tidak akan pernah terjadi masalah," ucap Gus Miftah.

Menurut Gus Miftah, untuk menjaga kerukunan antarumat beragama, setiap agama harus memiliki ruang tamunya masing-masing. Ruang tamu ini merupakan istilah untuk ruang berbincang yang memfasilitasi orang dari berbagai agama untuk berbincang bersama sehingga tidak saling menghina satu sama lain.

"Bagaimana kemudian supaya kita tidak masuk ke wilayah kamar orang lain? Caranya gampang dan sederhana, menciptakan banyak ruang tamu sehingga kemudian ketika kita pengen ngobrol, nggak perlu datang ke kamarnya orang lain kecuali kita diundang dengan cara menciptakan ruang tamu," ujar Gus Miftah.

Selanjutnya, giliran Banthe Dira yang berorasi. Dia menceritakan banyak anak muda yang masih belum mengetahui pilihan hidupnya. Menurutnya, banyak anak muda yang takut untuk menyuarakan persatuan lintas agama.

"Banyak teman-teman saya, anak-anak muda, yang mungkin masih belum tahu pilihannya mau ke mana, mau melangkah ke mana. Kadang kala, kita bergerak di lintas agama berjuang, eh, dicaci maki, eh, banyak komentari dan akhirnya takut," tutur Banthe Dira.

Banthe Dira juga menyerukan persatuan bangsa Indonesia. Bagi dia, akar persatuan adalah kedamaian dan keharmonisan.

"Jadi, Indonesia ini perbedaan sangat banyak maka untuk membersihkan Indonesia dari pemikiran-pemikiran yang mungkin menghambat perkembangan kita sebagai pemuda-pemuda toleransi. Saya ibaratkan seperti sapu lidi, sapu lidi hanya satu, kita tidak bisa membersihkan halaman rumah, tetapi kalau beberapa lidi kita gabungkan menjadi satu jadilah sapu lidi," terang Banthe Dira.

"Ketika sudah menjadi sapu lidi, di situ kita bisa membersihkan pikiran-pikiran negatif, pemikiran-pemikiran yang masih penuh dengan kebencian karena kedamaian dan keharmonisan bisa terwujud," lanjutnya.

Orasi terakhir di sesi I diisi oleh Pendeta Gideon. Dia berbicara mengenai cinta Tuhan. Hal ini adalah kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar.

"Beberapa waktu lalu presiden kita Presiden Jokowi bilang bangsa Indonesia 96% itu beragama alias cinta tuhan, saya percaya itu bukan kelemahan, tapi itu kekuatan bisa bayangin kalau semua orang berdoa kepada tuhan maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Oleh karena itu, apa pun perbedaan kita menjadi satu, apa pun perbedaan kita" ucap Pendeta Gideon.

Adanya Pancasila, menurut Pendeta Gideon, merupakan dasar pemersatu. Founding fathers Indonesia menempatkan Pancasila untuk mempersatukan seluruh elemen bangsa.

"Saya hormat kepada para founding fathers (Indonesia). Mereka memilih untuk menaruh Pancasila sebagai dasar yang dapat mempererat, mempersatukan seluruh agama," tuturnya.

"Mereka bisa memaksakan kehendak mereka, tapi mereka memilih untuk menaruh Pancasila, karena kalau satu agama ditaruh menjadi dasar maka Bali akan memisahkan diri, maka Papua akan memisahkan diri, maka Manado akan memisahkan diri, tetapi para founding fathers, walaupun mereka mayoritas, tapi mereka memilih untuk menaruh Pancasila," tambahnya.

(knv/imk)

Sentimen: positif (84.2%)