Sentimen
Negatif (100%)
22 Okt 2023 : 12.12
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Kairo, London

Kasus: mayat

Partai Terkait

Israel Ubah Gaza Jadi 'Neraka', Korban Tewas Hampir 6.000

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

22 Okt 2023 : 12.12
Israel Ubah Gaza Jadi 'Neraka', Korban Tewas Hampir 6.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Israel mengumumkan pihaknya meningkatkan pengeboman terhadap Gaza yang dikuasai Hamas pada Sabtu (21/10/2023), hanya beberapa jam setelah truk bantuan pertama tiba dari Mesir membawa bantuan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil di wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.

Militer mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi pasukannya ketika mereka memasuki Gaza dalam fase berikutnya dari perang yang dilancarkan terhadap Hamas setelah kelompok militan tersebut melakukan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel pada 7 Oktober.

Militan Hamas membunuh sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil yang ditembak, dimutilasi atau dibakar sampai mati, dan menyandera lebih dari 200 orang, menurut pejabat Israel.

-

-

Israel membalas dengan kampanye pengeboman tanpa henti yang telah menewaskan lebih dari 4.300 warga Palestina di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Pengepungan Israel telah memutus pasokan makanan, air, listrik dan bahan bakar ke wilayah padat penduduk berpenduduk 2,4 juta orang, sehingga memicu peringatan akan terjadinya bencana kemanusiaan.

Puluhan ribu tentara Israel telah dikerahkan ke perbatasan Gaza menjelang serangan darat yang menurut para pejabat akan dimulai "segera".

"Mulai hari ini, kami meningkatkan serangan dan meminimalkan bahaya," kata juru bicara militer Laksamana Daniel Hagari, dilansir AFP.

"Kita harus memasuki fase perang berikutnya dalam kondisi terbaik, bukan berdasarkan apa yang orang lain katakan kepada kita."

Pada kunjungan ke brigade infanteri garis depan, kepala staf Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan pasukan siap menghadapi kejutan apa pun yang Hamas siapkan untuk mereka di Gaza.

"Gaza berpenduduk padat, musuh sedang mempersiapkan banyak hal di sana - tapi kami juga bersiap menghadapinya," kata Halevi.

Bantuan Minim

Jurnalis AFP melihat 20 truk dari Bulan Sabit Merah Mesir melewati perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza pada hari Sabtu.

Penyeberangan tersebut - satu-satunya jalan menuju Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel - ditutup kembali setelah truk-truk tersebut melintas.

Truk-truk tersebut telah menunggu berhari-hari di pihak Mesir setelah Israel menyetujui permintaan dari sekutu utamanya Amerika Serikat untuk mengizinkan bantuan masuk.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan 20 truk tersebut masih jauh dari apa yang dibutuhkan warga Gaza, dan mengatakan pada pertemuan puncak perdamaian di Mesir bahwa "lebih banyak" bantuan harus dikirim.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambut baik bantuan tersebut dan mendesak "semua pihak" untuk menjaga penyeberangan Rafah tetap terbuka.

Namun, juru bicara Hamas mengatakan "bahkan puluhan" konvoi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan Gaza, terutama karena tidak ada bahan bakar yang diperbolehkan masuk untuk membantu mendistribusikan pasokan kepada mereka yang membutuhkan.

Lebih dari satu juta warga Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza utara, menjelang serangan Israel yang diperkirakan akan terjadi.

Situasi kemanusiaan di sana adalah "bencana besar," kata lima badan PBB termasuk UNICEF dan WHO. "Dunia harus berbuat lebih banyak."

Mimpi Buruk yang Mengerikan

Di Kairo, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian yang dihadiri oleh para pemimpin regional dan beberapa pemimpin Barat.

"Waktunya telah tiba bagi tindakan untuk mengakhiri mimpi buruk yang mengerikan ini," kata Guterres pada pertemuan puncak tersebut, sambil menyerukan "gencatan senjata kemanusiaan".

"Keluhan rakyat Palestina adalah hal yang sah dan panjang" setelah "56 tahun pendudukan tanpa terlihat akhir", tambahnya.

"Tidak ada yang bisa membenarkan serangan tercela Hamas yang meneror warga sipil Israel," tegasnya.

Namun dia menambahkan: "Serangan-serangan keji itu tidak akan pernah bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina."

Para diplomat Arab yang berbicara kepada AFP tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan pertemuan puncak itu bubar tanpa pernyataan bersama, menyoroti jurang pemisah antara negara-negara Arab dan Barat mengenai cara terbaik untuk mewujudkan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.

Delegasi Barat menuntut "kecaman yang jelas dan menempatkan tanggung jawab atas eskalasi tersebut pada Hamas" namun para pemimpin Arab menolak, kata para diplomat.

Sebaliknya, tuan rumah Mesir mengeluarkan pernyataan - yang dirancang dengan persetujuan delegasi Arab - yang mengkritik para pemimpin dunia karena berusaha "menangani konflik dan tidak mengakhirinya secara permanen".

"Solusi sementara dan pengobatan paliatif... tidak memenuhi aspirasi paling rendah sekalipun" dari rakyat Palestina, kata pernyataan itu.

Israel mengeluhkan kurangnya kecaman atas serangan Hamas pada 7 Oktober.

"Sangat disayangkan bahkan ketika dihadapkan pada kekejaman yang mengerikan tersebut, ada beberapa orang yang mengalami kesulitan untuk mengutuk terorisme atau mengakui bahayanya," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri.

Secercah Harapan

Serangan darat besar-besaran Israel di Gaza membawa banyak risiko, termasuk warga yang disandera Hamas, yang nasibnya diselimuti ketidakpastian.

Jadi pembebasan dua orang Amerika di antara para sandera - ibu dan putrinya Judith dan Natalie Raanan - menawarkan "secercah harapan" yang langka, kata Mirjana Spoljaric, presiden Komite Internasional Palang Merah.

Presiden AS Joe Biden berterima kasih kepada Qatar, yang menjadi tuan rumah biro politik Hamas, atas mediasinya dalam menjamin pembebasan tersebut.

Dia bekerja "sepanjang waktu" untuk memenangkan kembali warga Amerika lainnya yang ditahan, katanya.

Saudara tiri Natalie Raanan, Ben, mengatakan kepada BBC bahwa dia merasakan "kegembiraan yang luar biasa" atas pembebasan tersebut setelah "cobaan yang paling mengerikan".

Hamas mengatakan Mesir dan Qatar telah merundingkan pembebasan tersebut dan bahwa mereka "bekerja dengan semua mediator untuk melaksanakan keputusan gerakan tersebut untuk menutup berkas warga sipil (sandera) jika kondisi keamanan memungkinkan".

Kehancuran

Hampir separuh penduduk Gaza telah mengungsi, dan setidaknya 30% dari seluruh perumahan di wilayah tersebut telah hancur atau rusak, kata PBB.

Ribuan orang mengungsi di sebuah kamp yang didirikan di kota Khan Yunis di Gaza selatan.

Fadwa al-Najjar mengatakan dia dan ketujuh anaknya berjalan selama 10 jam untuk mencapai kamp, di beberapa titik mereka terpaksa berlari ketika rudal menghantam mereka.

"Kami melihat mayat dan anggota badan terkoyak dan kami mulai berdoa, mengira kami akan mati," katanya kepada AFP.

Dalam baku tembak baru di perbatasan Israel dengan Lebanon pada Sabtu, Hizbullah melaporkan hilangnya empat pejuangnya sementara kelompok militan Palestina Jihad Islam melaporkan satu pejuang tewas.

Kekerasan juga berkobar di Tepi Barat, di mana 84 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan.

Ribuan orang melakukan unjuk rasa pada hari Sabtu untuk mendukung warga Palestina di kota-kota di Perancis, Italia, Spanyol dan Inggris, termasuk hampir 100.000 orang di London.


[-]

-

Ada Iran di Balik Serangan Hamas ke Israel? Ini Faktanya
(luc/luc)

Sentimen: negatif (100%)