Salurkan Kredit, Jangan Taruh di SBN!
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta perbankan untuk semakin gencar menyalurkan kredit, meskipun BI menaikkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6%.
Sebab, ia menegaskan, kenaikan suku bunga acuan itu diiringi dengan berbagai kebijakan BI yang mendorong banjirnya likuditas di perbankan, seperti melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (K LM) dan penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).
"Tapi janji loh para bankir untuk salurkan kredit loh, jangan ditaruh di SBN," ucap Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (19/10/2023).
Menurut Perry, KLM yang telah diberlakukan sejak 1 Oktober 2023, akan menambah likuiditas di perbankan sebesar Rp 50 triliun. Hingga saat ini, Pada awal implementasinya per 5 Oktober 2023, KLM telah memberikan tambahan likuiditas pada 120 bank sebesar Rp 28,79 triliun, dari Rp 108,15 triliun menjadi sebesar Rp 136,94 triliun.
"120 bank sudah memanfaatkan. Tambahannya Rp 28,79 triliun, tambah likuiditas dari sekitar Rp 50 triliun. Jadi masih ada Rp 20 triliun dimanfaatkan perbankan," ungkapnya.
Selain itu, untuk kebijakan penurunan rasio PLM yang berlaku sejak 1 Desember 2023 untuk mendorong kredit atau pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi nasional menurutnya akan menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun, karena selama ini kewajibannya adalah 6% harus di simpan di sekuritas berkualitas tinggi seperti SBN, namun kini hanya diwajibkan 1%.
"Sekarang DPK sekitar Rp 8.100 triliun, jadi kalau 1% itu sekitar tambahan likuiditas Rp 81 triliun. Lagi-lagi kami mohon para perbankan tambahan dari Rp 30 triliun KLM, Rp 81 triliun dari penurunan PLM," paparnya.
"Ayok kita dorong untuk kredit pembiayaan mendorong pertumbuhan ekonomi, sama-sama melindungi ekonomi kita dari dampak global yang tidak menentu ini," tegas Perry.
Selain dua kebijakan ini, Perry mengatakan BI juga memutuskan untuk mempertahankan Rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0% dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94%.
Di sisi lain, melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit/pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti, termasuk rumah tapak, rumah susun, dan ruko/rukan bagi bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF tertentu.
"Ini untuk mendorong pertumbuhan kredit sektor properti dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024," ungkap Perry.
BI juga memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran ketentuan uang muka kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru, untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif.
"Namun, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024," papar Perry.
Seluruh kebijakan ini ia pastikan akan mampu menjaga tren pertumbuhan ekonomi global, meskipun BI menaikkan suku bunga acuan saat ini setelah menahan sejak 19 Januari 2023 di level 5,75%. Perry memperkirakan, pertumbuhan ekonomi 2023 akan tetap terjaga di kisaran 4,5%-5,3%.
"Jadi makroprudensial betul-betul kita optimalkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kami meminta mengharapkan perbankan sama-sama menggunakan tambahan likuiditas ini untuk menyalurkan kredit tidak diputarkan bermain di aset keuangan," ucap Perry.
[-]
-
Tok! BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,75%
(mij/mij)
Sentimen: positif (99.8%)