Pramugari KCIC Harus Bisa Bahasa Mandarin, Alvin Lie: Contoh Bisnis Berorientasi Selera Pemilik
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Komisioner Ombudsman RI Alvin Lie, memberikan reaksi terkait pegawai Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang diwajibkan mampu berbahasa Mandarin.
Dibeberkan Alvin, hal tersebut mencerminkan bisnis yang berorientasi pada selera pemilik atau penyelenggara layanan.
"Inilah contoh bisnis yang berorientasi pada selera Pemilik atau penyelenggara layanan," ujar Alvin dalam cuitan Twitternya (30/9/2023).
Blak-blakan, Alvin mengatakan orientasi KCIC hanya pada selera pemilik, bukan pada pelanggan atau penumpang kereta.
"Bukan berorientasi pada Pelanggan atau Konsumen (penumpang)," Alvin menuturkan.
Tambahnya, calon penumpang kereta cepat itu hampir 100 persen merupakan warga Indonesia yang tentunya hanya fasih berbahasa Indonesia.
"Konsumen Kereta Cepat hampir 100 persen warga Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia. Bukan bahasa Mandarin," ucapnya.
Dia pun mempertanyakan, seberapa banyak warga Indonesia yang fasih berbahasa Mandarin. Tanpa dijawab sekalipun pertanyaan itu telah terjawab dengan sendirinya.
"Berapa banyak warga kita yg fasih bahasa Mandarin?," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi menegaskan, bahasa China atau Mandarin bukan menjadi kriteria mutlak yang harus dimiliki pramugari Kereta Cepat Whoosh.
Dwiyana mengungkapkan, ada alasan lain mengapa pramugari harus bisa bahasa China, yakni persoalan kepemilikan saham.
Total pelamar pramugari KCJB mencapai sekitar 6.000 orang, sementara yang dipilih hanya 12 orang saja.
Dwiyana mengatakan, angka tersebut terus akan bertambah. Selain menguasai bahasa China, faktor penampilan juga jadi penilaian.
Seperti diketahui, salah satu persyaratan bagi calon pramugari Kereta Cepat Whoosh, adalah harus bisa berbahasa China atau Mandarin.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: positif (61.5%)