Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Gunung, Cilacap, New York
Kasus: kekerasan seksual
Tokoh Terkait
Fenomena Gunung Es Kekerasan Seksual, Komnas Perempuan Terima 50.000 Laporan dalam 10 Tahun
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Kekerasan seksual terhadap perempuan ibarat fenomena gunung es. Dari sekian banyak pengaduan yang masuk ke pihak berwenang, jumlah kasus yang tidak dilaporkan bisa saja lebih besar.
Berkaca dari hal tersebut, upaya-upaya untuk melindungi sekaligus mendorong korban kekerasan seksual agar berani bersuara perlu dilakukan. Komisioner Komnas Perempuan, Veryanto Sitohang, mengatakan hal tersebut saat menyampaikan sambutan di konferensi pers pertunjukan monolog dari Regina Art di Jakarta, Selasa, 26 September 2023.
Veryanto mengatakan, pihaknya selama ini menerima banyak pengaduan mengenai kasus kekerasan seksual. “Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, kami menerima pengaduan lebih dari 50 ribu kasus kekerasan seksual. Sebagaimana fenomena gunung es, kasus kekerasan seksual bisa jadi lebih besar daripada yang dilaporkan,” katanya.
Berita baiknya, kata dia, Indonesia telah memiliki UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. UU itu merupakan payung hukum untuk mencegah kekerasan seksual serta melindungi dan memulihkan korban kekerasan seksual. Meski begitu, ia tidak menampik bila tantangan untuk mengimplementasikannya masih banyak.
Baca Juga: Warga Bersorak Lihat Perundung Siswa SMP Cilacap Diringkus Polisi: Jagoan nih!
Berani bersuaraJoane Win melakukan monolog bertemakan kekerasan seksual terhadap perempuan di Jakarta, Selasa, 26 September 2023.
Dalam kesempatan yang sama, Produser Regina Art, Joane Win, memberikan perhatian terhadap fenomena kasus kekerasan terhadap perempuan melalui pertunjukan monolog berjudul “Cotton Candy”.
Joane Win adalah produser sekaligus pemeran dalam proyek monolog tersebut. Monolog karya E.D. Jenura itu berkisah tentang Lisa, seorang perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.
Joane mengaku memiliki perhatian terhadap isu kekerasan seksual terhadap perempuan karena hal tersebut dinilainya dapat memberikan efek trauma yang berat bagi korban. Dan trauma tersebut dipandangnya tidak serta merta bisa berakhir begitu saja, meski korban sudah direhabilitasi.
“Dari pementasan yang kami lakukan ini, kami berharap kita semua bisa memberikan dukungan terhadap korban kekerasan seksual dan kami berharap korban (kekerasan seksual) juga lebih berani bersuara,” katanya.
Baca Juga: Capres 2024 Jangan Terjebak Populisme, Makanan dan Sekolah Gratis Tak Akan Selesaikan Kemiskinan
Joane akan melakukan pertunjukan monolog di lima negara di Eropa, yakni Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda dan Perancis. Pertunjukan tersebut akan berlangsung mulai awal Oktober hingga awal November 2023.
Dalam pertunjukan monolog di Eropa, Joane juga akan didampingi oleh Wawan Sofwan. Namun, berbeda dengan Joane, Wawan akan menampilkan monolog tentang Bung Karno berjudul “Besok Atau Tidak Sama Sekali”. Monolog tersebut mengisahkan tentang perjuangan batin Soekarno sesaat sebelum proklamasi.
Pentas di luar negeri ini menjadi yang kedua kalinya dilakukan oleh Joane dan Wawan di bawah payung Regina Art. Sebelummya mereka pernah pentas di Meksiko dan beberapa kota di Amerika Serikat, seperti New York, Seattle, dan Chicago.
Baca Juga: Profil Nadin Amizah, Penyanyi yang Mengalami Pelecehan Usai Manggung di Ciwalk Bandung
Joane mengharapkan pementasan yang akan segera digelar itu bisa membuat penonton mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. “Diharapkan kita bisa bersama-sama menghargai para pendahulu bangsa, meningkatkan empati dan kesadaran, serts ikut berpartisipasi dalam melawan tindakan kekerasan seksual, dan turut serta membela hak asasi manusia,” katanya.
Joane mengatakan, pementasan monolog yana akan dilakukan itu mengandung misi budaya dan sejarah. “Bagi saya ini langkah luar biasa ya, dan semoga dua monolog bisa mengenalkan sejarah Indonesia,” katanya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengharapkan, upaya-upaya penyampaian pesan sebagaimana yang dilakukan Regina Art melalui monolognya bisa menyadarkan banyak orang tentang pentingnya kebebasan, keadilan, perlindungan dan perdamaian.***
Sentimen: negatif (100%)