Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Gajah
Kab/Kota: Surabaya, Jember, Banyuwangi
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Dengarkan Masukan Publik, Bupati Jember Tunda Rencana Jalan Protokol Satu Jalur
Beritajatim.com Jenis Media: Politik
Jember (beritajatim.com) – Bupati Hendy Siswanto menunda pelaksanaan rencana penerapan jalan protokol satu jalur sepanjang Mangli hingga alun-alun di Kabupaten Jember, Jawa Timur, setelah mendengarkan masukan dari masyarakat. Dia menyerap semua masukan dari masyarakat sebagai bentuk partisipasi terhadap pembangunan.
“Ada masyarakat yang setuju dan kurang setuju. Saya berpikir, karena ada yang belum sepakat, kami tunda dulu sampai nanti kita lihat perkembangan Jember berikutnya,” kata Hendy kepada beritajatim.com, Senin (18/10/2021).
Hendy melemparkan wacana tersebut ke publik, Senin (28/9/2021). Jika jadi, perubahan arus itu akan meliputi Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada, dan Jalan Sultan Agung yang merupakan jalur utama dari Surabaya ke Kabupaten Banyuwangi via Kabupaten Jember.
Berdasarkan Google Map, panjang jalan dari perempatan Mangli hingga alun-alun sekitar enam hingga tujuh kilometer. Selama ini jalan nasional tersebut memiliki lajur dua arah, ke barat dan ke timur. Lajur satu arah ke barat baru dimulai di Jalan Gajah Mada setelah Lippo Plaza.
Percobaan sebenarnya akan dimulai pada jalur perempatan Argopuro hingga alun-alun. Pro dan kontra pun terjadi, terutama di media sosial. Partai Kebangkitan Bangsa mengingatkan, agar rencana itu dipikirkan baik-baik. “Jangan sampai setelah kebijakan itu diterapkan, justru akan menghambat program pembangunan bupati ke depan, yang akhirnya energinya tersita untuk memikirkan hal itu,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang PKB Jember Ayub Junaidi.
Hendy mengatakan, pihaknya terbuka terhadap masukan dari masyarakat. “Kami butuh masukan dari masyarakat, kira-kira solusi apa kalau ini tidak bisa dilaksanakan. Tentunya kami berharap masyarakat bisa memberi masukan. Jalan raya adalah jantung kota kita. Bagaimana keinginan masyarakat bisa terakomodasi, saya juga perlu masukan masyarakat,” katanya.
Hendy tidak ingin mengulangi kesalahan pembangunan asrama haji yang kemudian justru mangkrak. “Mending saya diberi nasihat, dikritik teman-teman, tapi tolong dikasih solusinya. Jember harus dipikirkan bersama. Saya tidak mungkin memikirkan sendiri tanpa mengakomodir masyarakat,” katanya.
Tapi terlepas dari penundaan, sebenarnya bagaimana konsep jalur satu arah dan apa yang diinginkan dari rencana itu? “Saya melihat perkembangan kota Jember cukup lama stagnan, hususnya sistem manajemen transportasi jalan. Esensi jalan adalah menjadi jalur distribusi semua kegiatan masyarakat setiap hari. Lebih dalam dari itu, esensi jalan adalah tulang punggung pergerakan perekonomian di Jember,” kata Hendy.
Jika sistem manajemen transportasi tidak diperbarui, menurut Hendy, maka perkembangan ekonomi hanya akan berkembang di satu kawasan di Jember dan tidak terjadi perkembangan serupa di kawasan lainnya. “Jalan-jalan yang seharusnya ramai, tidak ramai, tidak ada kendaraan yang lewat, dan ini memiliki multiplier effect terhadap perekonomian di wilayah tersebut tidak akan berkembang. Negatifnya yang lain, berkumpulnya aktivitas masyarakat di satu titik sehingga mematikan titik-titik lain,” kata Hendy.
Hendy mencontohkan Jalan Cendrawasih. “Itu jalan nasional, lebar, tapi jam enam malam sudah sepi sekali,” katanya. Padahal jaraknya dengan jantung kota sangat dekat.
“Ini berarti perlu ada kebijakan baru. Pemikiran saya: jawabannya sederhana, bikin one way satu jalur dari Mangli hingga alun-alun, karena itu jalan poros dari barat ke timur. Jalur Mangli ke alun-alun kurang ramah lingkungan, kurang ramah anak, kurang ramah difabel. Di sana lebar trotoar cuma dua meter dan ditempati saudara-saudara kita yang berdagang, dan itu jadi tradisi mulai zaman dulu sampai hari ini. Padahal ke depan kita harus melihat perkembangan Jember ke depan dan semakin banyak populasinya,” kata Hendy.
Dengan rencana satu jalur, Hendy juga ingin memfasilitasi pedagang kaki lima sepanjang Mangli hingga alun-alun. “Kita harus kolaborasikan. UMKM kita bisa tetap memanfaatkan lahan tapi dengan konsep kota modern,” katanya.
Hendy menyadari persiapan saran dan prasarana rencana satu jalur itu butuh biaya besar. “Makanya kami coba dulu dari perempatan Argopuro ke alun-alun. Sebagian Jalan Gajah Mada ke Sultan Agung sudah satu arah,” katanya. Tinggal ada tambahan 400 meter lagi jalur satu arah.
Selain itu, lanjut Hendy, akan ada pelebaran trotoar jalan tujuh meter dan akan ada pembukaan lapangan parkir di kiri dan kanan jalan. “Nanti itu akan ramah lingkungan. Kita tata rapi, dan masyarakat bisa membudayakan jalan kaki, berolahraga, dan ramah anak. Berjalan-jalan dengan anak, karena trotoar cukup lebar. Difabel juga (bisa berjalan dengan nyaman),” katanya.
“Dengan konsep pelebaran trotoar tujuh meter kiri dan kanan jalan, pedagang kaki lima akan kami fasilitasi, kami bikinkan ruang. Dari tujuh meter, kami ambil dua meter di tengah. Setiap (jalan sepanjang) 200 meter ada UMKM, kami bikinkan tenant yang tertutup tapi bagus. Mereka terklaster di titik-titik itu,” kata Hendy.
Hendy ingin memberi solusi untuk para pedagang di trotoar. “Tidak mungkin kita usir begitu saja. Kita mau merapikan ini dengan tidak mengurangi hak masyarakat,” katanya.
“Apapun yang kami programkan, perlu masukan. Saya perlu dapat masukan. Menunda bukan berarti membatalkan. Kami akan lakukan nanti, tapi kapan tepatnya, tentunya ukurannya sesuai kesepakatan kita. Pro dan kontra biasa. Tapi bagaimana meminimalisasi pro dan kontra. Memang kewajiban masyarakat untuk memberi penilaian. Tentunya satu kegiatan ada risiko, kita juga ambil risiko, tapi yang paling kecil dan tidak merugikan masyarakat,” kata Hendy. [wir/kun]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks
Post navigation
Sentimen: positif (94%)