Sentimen
Negatif (100%)
22 Sep 2023 : 05.10
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Senayan

Kasus: Kemacetan

Tokoh Terkait
Salim Said

Salim Said

Jenderal Nasution

Jenderal Nasution

Surat Rahasia Suparjo yang Gagal Diselundupkan ke Penjara Omar Dhani, Ungkap Fakta Penting G30S PKI

22 Sep 2023 : 05.10 Views 1

TVOneNews.com TVOneNews.com Jenis Media: News

Surat Rahasia Suparjo yang Gagal Diselundupkan ke Penjara Omar Dhani, Ungkap Fakta Penting G30S PKI

tvOnenews.com - Brigjen Suparjo, salah satu dari konspirator G30S PKI, sekitar penghujung November 1966, mencoba mengirim sebuah surat rahasia kepada Marsekal Omar Dhani yang ditahan di penjara militer.

Brigjen Suparjo dan Marsekal Omar Dhani adalah dua dari sejumlah perwira militer yang didakwa sebagai aktor dibalik peristiwa kelam pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965.

Seharusnya surat itu sampai ke tangan Marsekal Omar Dhani, namun penjagaan di penjara militer yang ketat membuat surat Suparjo itu tak pernah sampai karena disita petugas penjara.

Surat tersebut adalah dokumen otokritik Suparjo, tentang bagaimana operasi militer dalam Gerakan 30 September 1965 yang mereka rencanakan dengan susah payah itu, dipatahkan hanya dalam hitungan jam oleh duet Jenderal Nasution dan Mayjen Soeharto.

Foto: Brigjen Suparjo (kiri) dan Marsekal Omar Dhani (kanan)- (Dok.Wikipedia)

Surat yang diberi judul "Beberapa Pendapat yang Mempengaruhi Gagalnya G30S Dipandang dari Sudut Militer" diperoleh peneliti asal Amerika Serikat, Victor M. Fic dari Letkol D. Soegondo dalam wawancara di kantor TEPERPU, Jakarta, 29 April 1971, yang kemudian ia tuangkan dalam bukunya "Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi Tentang Konspirasi".

"Kawan Pimpinan, Kami berada di Gerakan 30 September selama satu hari sebelum peristiwa, pada waktu peristiwa berlangsung dan satu hari setelah peristiwa berlangsung," tulis Suparjo memulai suratnya.

Menurut Suparjo, mereka memulai operasi militer G30S PKI dalam kondisi yang sangat letih. Bahkan Letkol Untung disebut Suparjo kurang tidur selama tiga hari saat operasi dimulai.

"Kami jumpai kawan-kawan kelompok pimpinan militer pada malam sebelum aksi dimulai, dalam keadaan sangat letih disebabkan kurang tidur. Misalnya kawan Untung, 3 hari berturut-turut mengikuti rapat-rapat Bung Karno di Senayan dalam tugas pengamanan." ungkap Suparjo.

Persiapan jelang operasi G30S PKI menurut Suparjo terbilang tidak jelas, khususnya mengenai bagaimana rencana aksi akan dijalankan. 

Selain itu banyak lini pasukan yang ternyata belum siap, tapi justru dilaporkan oleh bawahan "sudah beres", agar tidak dicecar oleh pimpinan operasi. 

Kondisi itu pula yang membuat salah seorang dari perwira Angkatan Darat yang seharusnya masuk dalam jajaran pimpinan operasi, pada jam-jam terakhir mengundurkan diri.

Foto: Brigjen Suparjo (kiri) dan Letkol Untung (kanan) - Wikipedia

Suparjo juga mengkritik tentang sistem komando operasi yang berantakan dan tumpang tindih, karena tidak terpusat pada satu orang yang paham dengan operasi militer yang terbilang rumit dan berbahaya itu.

 

Komando Operasi Militer G30S PKI yang Kacau

Suparjo berpendapat, gagalnya operasi militer G30S PKI disebabkan karena staf pimpinan operasi terbagi tiga, yaitu Kelompok Ketua, Kelompok Sjam CS, dan Kelompok Untung CS. Menurut Suparjo, seharusnya komando operasi berada di satu tangan. 

"Karena yang menonjol pada ketika itu adalah gerakan militer, maka sebaiknya komando pertempuran diserahkan saja kepada kawan Untung dan kawan Sjam bertindak sebagai komisaris politik. Atau sebaliknya, kawan Sjam memegang komando tunggal sepenuhnya." jelasnya.

Baca Juga: Sosok Misterius Sjam Kamaruzaman, Pria dengan Banyak Nama Samaran yang Disebut Pemimpin Sesungguhnya G30S PKI

Sistem komando dibagi bersaf-saf, ternyata pula terlalu banyak diskusi-diskusi yang memakan waktu sangat lama, sedangkan pada moment tersebut dibutuhkan pengambilan keputusan yang cepat.

"Karena persoalan setiap menit berganti-ganti, susul-menyusul dan tiap-tiap taraf persoalan harus satu persatu secepat mungkin ditanggulangi." ungkapnya. 

Foto: Sjam Kamaruzaman (Dok.Salim Said - Dari Gestapu ke Reformasi)

Rencana operasi G30S PKI dalam analisa militer Suparjo ternyata tidak jelas dan terlalu dangkal, karena titik berat operasi hanya pada pengambilan 7 jendral Angkatan Darat saja. 

Tidak ada rencana yang jelas bagaimana bila operasi berhasil, atau bagaimana kalau gagal. Termasuk rencana bila kemudian terjadi serangan balik. 

Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang populer dengan sebutan G30S PKI, akhirnya gagal total hanya dalam tempo hitungan jam. 

Suparjo menjelaskan, berita pertama yang mereka terima bahwa Jendral Nasution telah disergap, tetapi berhasil meloloskan diri. 

Kemudian tim pimpinan kelihatan agak bingung dan tidak memberikan perintah-perintah selanjutnya.

"Ketika masuk berita bahwa Nasution tidak kena dan melarikan diri, kelompok pimpinan menjadi terperanjat, kehilangan akal dan tidak berbuat apa-apa. Meskipun ada advis untuk segera melakukan offensif lagi, hanja dijawab: Ya, tetapi tidak ada pelaksanaannya." jelas Suparjo.

Foto: Jenderal AH Nasution saat pemakaman 6 jenderal Angkatan Darat dalam peristiwa G30S PKI (Dok.Film Pengkhianatan G30S PKI)

Tak lama setelah itu menyusul berita bahwa Jendral Nasution bergabung dengan Jendral Soeharto dan Jendral Umar di Kostrad. Berita ini pun, tidak membuat pimpinan operasi mengambil sikap tertentu.

"Masuk berita lagi bahwa pasukan sendiri dari Batalyon Jateng dan Jatim tidak mendapat makanan, kemudian menyusul berita bahwa Batalyon Jatim minta makan ke Kostrad. Pendjagaan RRI ditinggalkan tanpa adanja instruksi" beber Suparjo. 

Kemacetan pergerakan pasukan pendukung G30S PKI dari Batalyon Jawa Tengah dan Jawa Timur disebabkan karena para prajurit kelaparan, belum makan sejak pagi.

"Semua kemacetan gerakan pasukan disebabkan diantaranya tidak makan. Mereka tidak makan semenjak pagi, siang dan malam, hal ini baru diketahui pada malam hari ketika ada gagasan untuk dikerahkan menyerbu ke dalam kota" ungkap Suparjo.(buz)

Sentimen: negatif (100%)