Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: New York
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Presiden Korsel Tegaskan Kerjasama Militer Korut-Rusia Ilegal
Jurnas.com Jenis Media: News
Olivia | Selasa, 19/09/2023 10:01 WIB
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol ( Foto : VOA Indonesia )
Jakarta, Jurnas.com - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyatakan komunitas internasional akan bersatu lebih erat untuk mengatasi pendalaman kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara.
Hal itu diutarakannya saat pertemuan dengan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB, belum lama ini.
Kekhawatiran mengenai hubungan Rusia-Korea Utara telah berkobar sejak pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan perjalanan ke Rusia pekan lalu untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden Vladimir Putin yang mengunjungi sejumlah situs militer teknologi terkenal.
Para ahli asing berspekulasi bahwa Kim dapat mengisi kembali persediaan amunisi Rusia yang terkuras dalam perang 18 bulan dengan Ukraina dengan imbalan bantuan ekonomi beserta teknologi untuk memodernisasi sistem persenjataannya yang menargetkan Korea Selatan dan Amerika.
“Kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia adalah ilegal dan tidak adil karena bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan berbagai sanksi internasional lainnya,” kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam tanggapan tertulis atas pertanyaan dari The Associated Press sebelum keberangkatannya ke New York untuk menghadiri Majelis Umum PBB, dikutip Selasa (19/9).
“Komunitas internasional akan bersatu lebih erat dalam menanggapi langkah tersebut,” ungkapnya.
Dalam pidatonya, Yoon berbicara tentang penilaiannya terhadap tindakan Rusia-Korea Utara. Kata dia, pihaknya sedang mendiskusikan tindakan balasan dengan Amerika Serikat, Jepang dan mitra lainnya.
Meskipun kerja sama Rusia-Korea Utara dikhawatirkan akan memicu upaya perang Rusia di Ukraina, hal ini juga memicu kegelisahan keamanan di Korea Selatan, yang di mana banyak orang berpikir bahwa transfer teknologi senjata canggih Rusia akan membantu Korea Utara dengan memperoleh satelit mata-mata yang berfungsi, yakni satelit bertenaga nuklir , kapal selam dan rudal yang lebih kuat.
Kendati demikian, beberapa ahli masih mengatakan Korea Utara pada akhirnya akan menerima makanan dan uang tunai sebagai imbalan atas pasokan amunisi dan peluru karena Rusia sangat menjaga teknologi senjata berteknologi tinggi yang dimilikinya.
Selain itu, kemajuan persenjataan nuklir Korea Utara telah menjadi sumber utama ketegangan di kawasan itu, dimana Korea Utara juga secara terbuka mengancam akan menggunakan senjata nuklir dalam potensi konflik dengan negara-negara pesaingnya serta akan melakukan serangkaian uji coba rudal seperti pada tahun lalu.
Sebagai tanggapan, Yoon bersama Presiden AS Joe Biden pada bulan April sepakat untuk memperluas latihan militer bersama, untuk meningkatkan pengerahan sementara aset-aset strategis AS, dan meluncurkan kelompok konsultasi nuklir bilateral.
“Kedua negara kami (Korea Selatan dan AS) menegaskan kembali bahwa setiap serangan nuklir oleh Korea Utara akan ditanggapi dengan respons yang cepat, luar biasa, dan tegas yang akan mengakhiri rezim tersebut,” imbuh Yoon.
“Ke depannya, pencegahan yang diperluas (Korea Selatan)-AS akan berkembang menjadi sistem bersama di mana kedua negara berdiskusi, memutuskan, dan bertindak bersama,” paparnya.
Pihaknya juga akan meningkatkan kemampuan untuk mencegah dan merespons ancaman nuklir atau rudal apa pun dari Korea Utara.
Beberapa warga Korea Selatan juga menyerukan kepada pemerintah mereka untuk mempertimbangkan penyediaan senjata mematikan ke Ukraina sebagai pembalasan terhadap kemungkinan transfer teknologi senjata oleh Rusia.
Namun Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan kebijakannya untuk tidak memasok senjata ke negara-negara yang berperang tetap tidak berubah.
Diakuinya , Hoon baru-baru ini mengumumkan Korea Selatan akan memberikan tambahan $300 juta kepada Ukraina tahun depan, di luar $150 juta yang dijanjikan tahun ini.
Pihaknya mengatakan Korea Selatan akan mempersiapkan paket dukungan jangka menengah dan panjang senilai lebih dari $2 miliar.
Selanjutnya, Korea Selatan telah memberi Ukraina peralatan penghapusan ranjau, kendaraan evakuasi darurat, truk pickup, pasokan medis, PC tablet, dan barang-barang lainnya. Pada tahun mendatang Korea Selatan akan terus berkomunikasi erat dengan Ukraina untuk mengirimkan apa yang benar-benar dibutuhkan.
TAGS : Korea Selatan Ukraina Rusia Nuklir
Sentimen: positif (88.8%)