Sentimen
Positif (100%)
17 Sep 2023 : 07.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya, Timika

Tokoh Terkait

Paradoks Bandara 'Hantu', Berpacu Melawan Waktu

17 Sep 2023 : 07.05 Views 2

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

Paradoks Bandara 'Hantu', Berpacu Melawan Waktu
Jakarta -

Dalam beberapa artikel berita, istilah bandara 'hantu' disematkan bagi bandara-bandara yang memiliki jumlah penerbangan minim. Artinya, tidak setiap hari ada jadwal penerbangan tidak pula jadwal penuh dalam satu hari operasional. Biasanya, fasilitas ini hanya melayani penerbangan penumpang dari kota besar terdekat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pilihan transportasi kepada masyarakat, meski tidak banyak peminatnya, bandara jenis ini perlu tetap ada.

Bicara soal bandara 'hantu', ada sudut pandang lain yang ditawarkan oleh Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Menurutnya, keberadaan bandara-bandara ini perlu dilihat sebagai usaha negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah fasilitas penerbangan itu berada. Sebab menurutnya, dengan dimunculkannnya tambahan pilihan transportasi, warga bisa mengembangkan dan memperluas celah ekonomi yang mereka miliki.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menyebutkan, bandara yang terbangun tidak serta-merta digunakan sebagai sarana transportasi manusia. Mobilitas logistik juga menjadi salah satu alasan mengapa bandar udara dibangun di wilayah-wilayah strategis. Ia menyebutkan bahwa pada akhirnya sistem transportasi diibaratkan sebagai sistem terpusat kemudian dijalarkan ke wilayah-wilayah penghubung hingga tujuan.

"Logistik itu tidak terbatas pada laut saja, tetapi udara juga. (Contohnya) kita pakai laut dari Surabaya ke beebrapa kota seperti Timika. Dari Timika kita naikkan pakai angkutan udara. Jadi tol itu ada yang namanya tol laut juga tol udara," katanya dalam program Sudut Pandang detikcom, Minggu (17/9).

Dalam lawatannya ke bandara Rokot Mentawai, Budi menjelaskan bahwa infrastruktur transportasi merupakan sarana yang bisa mendukung pengembangan daerah wisata. Jarak yang jauh bisa ditempuh dengan durasi yang lebih singkat. Dengan demikian, para pelancong bisa lebih banyak menghabiskan waktu di kawasan wisata.

Menyoal jumlah keterisian penumpang, Budi mengatakan bahwa hal ini memerlukan kolaborasi dari otorita bandara setempat dengan pemerintah daerah. Ia meyakini, berbagai stimulus yang dilakukan bisa mendongkrak jumlah penumpang serta mendorong berbagai maskapai untuk membuka jalur penerbangan di kawasan-kawasan potensial. Untuk itu, ada strategi dalam memilih lokasi-lokasi untuk pembangunan bandara baru.

"Bisa kita identifikasi, satu karena destinasi wisatanya. (Di Mentawai) terbaik untuk surfing jadi kita harus dukung dengan aksesibilitas. Yang kedua karena (Mentawai) adalah kawasan bencana maka kalau dibutuhkan adanya pertolongan yang sifatnya sederhana atau signifikan, kalau tidak ada bandara akan sulit," jelasnya.

Dari puluhan bandara baru yang terbangun di masa kerjanya, Budi menyebutkan alasan penting di balik itu semua. Terkait momentum pembangunan fasilitas penerbangan hanya perkara waktu antara masyarakat yang meminta atau pemerintah yang menyediakan dahulu. Sebab, ia mengatakan bahwa pemerataan pembangunan dan kemajuan ekonomi harus dimulai dari terciptanya kelancaran dan kemudahan transportasi.

"Kita kan musti adil, jangan Cuma orang Jawa saja yang punya. Kalau soal bandara 'hantu', ya saya pikir kita itu harus berusaha memberikan kemudahan bagi saudara-saudara kita yang ada di kepulauan,"

"dan ada rasa kebersamaan bahwa kita memastikan bahwa bukan hanya di Jawa, Sumatra, atau kota besar saja yang kita layani," tutupnya.

(vys/vys)

Sentimen: positif (100%)