Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Institusi: Telkom University
Kab/Kota: bandung, Karanganyar
Tokoh Terkait
Si Soil, Alat Pendukung Efisiensi Biaya Produksi dan Peningkatan Produktivitas Tani
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Pemberian pupuk berlebihan menyebabkan biaya produksi meningkat, juga berisiko mencemari tanah. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara tim peneliti dari Telkom University, sejumlah petani mengaku tak memiliki patokan jelas perihal dosis maupun waktu pemberian pupuk. Membantu petani menggapai efisiensi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas tani, tim peneliti Telkom University mengembangkan alat berikut sistem informasi bernama Si Soil.
Rektor Telkom University Prof Dr Adiwijaya menyampaikan, Si Soil merupakan alat dan sistem informasi untuk mendeteksi unsur hara dan kondisi air di dalam tanah. Si Soil merupakan hasil riset Telkom University dengan pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Uji coba Si Soil dilaksanakan pada lahan kedelai di Kabupaten Karanganyar. Sesuai amanat Presiden untuk mewujudkan ketahanan pangan, kami ingin kehadiran Si Soil meningkatkan produktivitas pertanian secara umum," ucap Adiwijaya saat peluncuran Si Soil bersamaan dengan Konferensi Nasional ke-9 Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsiblity di Gedung Damar Telkom University, Jalan Telekomunikasi, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin, 11 September 2023.
Pengembangan Si Soil, ucap Adiwijaya, semenjak 2021. Biaya pengembangannya memerlukan Rp4,4 miliar. Sementara ini, implementasinya pada lahan pertanian kedelai di Kabupaten Karanganyar. Pihaknya meminta kepada tim peneliti agar meluaskan penggunaan Si Soil pada lahan-lahan pertanian di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Jangan Langsung Buang Sampah Sisa Makanan Agar Tak Menggunung, Dapat Dibuat Pupuk Kompos Berikut Caranya
Pihaknya berharap, kampus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat -terutama petani- melalui kehadiran Si Soil maupun produk riset lainnya. "Si Soil merupakan produk ketiga atas kerja sama riset dengan pembiayaan LPDP. Sebelumnya, hadir lampu pintar bernama Hestia dan sistem jaringan monitoring untuk mitigasi dan penanggulangan bencana bernama Patriot-Net," ucap Adiwijaya.
Ketua tim peneliti dari Telkom University untuk Si Soil, Dr Doan Perdana ST, MT menambahkan, penggunaan alat yang terintegrasi dengan aplikasi dan terhubung dengan internet of things (IoT) tersebut praktis. Petani tinggal menancapkan alat yang ringkas ke tanah. Sekira 30 detik kemudian, muncul informasi atas kondisi tanah pada layar alat. Sebelumnya, untuk mengetahui kondisi tanah, petani perlu melakukan uji laboratorium yang memerlukan waktu dua pekan sampai satu bulan.
Pendeteksian dengan Si Soil, ucap Doan, bisa mencapai radius satu hektare dari titik penancapan alat. Hal itu berlaku pada lahan yang rata. Untuk yang terasering, alat menjangkau bidang lahan di level titik penancapan alat.
"Alat menunjukkan unsur hara, derajat keasaman (pH) dan kelembaban tanah. Informasi yang muncul realtime atau waktu nyata. Selain informasi-informasi itu, alat memberi data analisis berikut rekomendasi kepada petani perihal waktu dan dosis pemupukan," ucap Doan.
Baca Juga: Pupuk Subsidi Tumpuan Ketahanan Pangan
Saat mengimplementasikan Si Soil, pihaknya sempat mewawancarai sejumlah petani kedelai di Kabupaten Karanganyar. Sejumlah petani mengaku, tak punya patokan jelas perihal waktu maupun dosis pemberian pupuk.
Uji coba Si Soil, ucap Doan, telah melalui satu kali siklus panen kedelai. Hasilnya, produktivitas kedelai di lahan itu meningkat 30 persen ketimbang saat petani setempat tak menggunakan Si Soil.
Perihal harga, Doan mengatakan, Si Soil jauh lebih murah ketimbang produk sejenis. "Harganya di antara Rp8-10 juta. Itu jauh lebih murah ketimbang produk sejenis. Sistem pengisian daya dengan panel surya, dapat terus menyala sepanjang waktu, mengingat penerapannya di ruang terbuka," ucap dia.
Asisten Daerah II Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar Titis Sri Jawoto menyaksikan, keberadaan Si Soil mengifisienkan biaya produksi petani kedelai di lokasi uji coba. Petani menjadi mengetahui tepat kebutuhan lahan tanam.
Baca Juga: Cara Mudah dan Cepat Membuat Pupuk Kompos dengan Sampah Sisa Makanan di Rumah
"Sejauh ini, waktu dosis dan pemberian pupuk berlandaskan perkiraan. Jangan-jangan kadar nitrogen pada lahan itu sudah berlebih, tapi petani terus menebarkan pupuk dengan kadar nitrogen bersamaan dengan fosfor dan kalium. Saat menggunakan alat, petani cukup menebarkan pupuk sesuai kebutuhan lahan tanam. Alhasil, itu mengifisienkan biaya produksi petani," tutur dia.
Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ir Wisnu Sardjono mendukung penuh penelitian. Harapanya, penyaluran dana betul-betul memberi manfaat besar bagi masyarakat, tak sebatas berakhir berupa laporan.
"Banyak penelitian yang berakhir sebatas laporan. Untuk Si Soil dengan penyaluran dana Rp4,4 miliar perlu segera diterapkan pada pertanian di Indonesia. Bersamaan dengan meluaskan penerapan Si Soil, perlu berjalan edukasi digitalisasi kepada para petani," ucap Wisnu.***
Sentimen: positif (93.4%)