Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Paspampres
Kab/Kota: Gunung
Kasus: kecelakaan
Tokoh Terkait
Cristiano Ronaldo Airport Jadi Bandara dengan Landasan Tersulit di Dunia
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, JAKARTA—Meskipun pilot dilatih untuk menerbangkan pesawat dalam setiap situasi yang mungkin terjadi selama operasi penerbangan sehari-hari, ada beberapa bandara di dunia yang tidak dapat didarati oleh setiap pilot.
Hal ini terutama disebabkan oleh medan yang mengelilingi bandara, panjang landasan pacu yang sangat pendek, dan bahkan ketinggiannya yang membuat pesawat sulit untuk mendarat.
Dilansir dari laman Simple Flying, Minggu (10/9/2023), berikut adalah 6 bandara dengan landasan tersulit di dunia.1. Bandara Paro (Bhutan)
Karena dikelilingi oleh pegunungan setinggi 18.000 kaki dan medan lain yang menghalangi pandangan ke landasan pacu hingga beberapa saat sebelum mendarat serta tidak ada layanan radar untuk pesawat, penerbangan hanya bisa lepas landas atau mendarat di Bandara Internasional Paro (PBH) pada siang hari.
BACA JUGA : Soal ASPD Tak Terbaca, Puluhan Orang Tua Siswa Mengeluh
Oleh karena itu, pilot yang mengoperasikan penerbangan ke PBH harus terbang secara manual dengan menggunakan serangkaian penanda untuk navigasi, dan awak pesawat harus akurat dalam menjaga ketinggian dan kecepatan pesawat.
Pilot juga harus melakukan manuver pesawat dengan cermat dan menerbangkan pesawat dengan sudut 45 derajat sebelum turun dengan cepat ke landasan pacu.
2. Bandara Lukla (Nepal)
Bandara Lukla di Nepal terletak dekat dengan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest. Seperti yang dicatat oleh Forbes, bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Everest, Lukla adalah bandara utama yang biasanya menjadi tujuan para pengunjung.
Namun, medan yang mengelilingi bandara dan landasan pacu yang pendek membuat pendaratan di sini menjadi rumit dan berbahaya. Bandara ini terletak di ketinggian lebih dari 9.000 kaki dan berada di antara dua gunung.
Data dari FlightRadar24.com menunjukkan bahwa bandara ini hanya memiliki satu penerbangan terjadwal, yang dioperasikan oleh Yeti Airlines. Penerbangan ini menghubungkan Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu (KTM) ke Lukla setiap hari dengan menggunakan pesawat de Havilland Twin Otter.
3. Bandara Courchevel (Prancis)
Meskipun bandara ini memiliki ketinggian lebih dari 6.500 kaki, namun yang membuat penerbangan ke Courchevel menjadi berbahaya adalah landasan pacunya.
Dengan panjang landasan pacu yang hanya 1.700 kaki dan kemiringan ke bawah sebesar 18,5% (10,48 derajat), para pilot harus berhati-hati dalam mengemudikan pesawat dan harus mendarat dalam percobaan pertama.
Selain itu, bandara ini tidak memiliki lampu atau alat bantu instrumen yang dapat digunakan oleh pesawat, sehingga tidak memungkinkan untuk mendarat dalam kondisi cuaca yang kurang baik, yang mana hal ini sangat umum terjadi mengingat ketinggian bandara dan lokasinya yang berada di sekitar pegunungan.
4. Bandara Cristiano Ronaldo Funchal (Portugal)
Bandara pesisir di Madeira, Portugal, yang dinamai sesuai dengan nama legenda sepak bola Portugal, Cristiano Ronaldo ini selalu berada di bawah pengaruh hembusan angin kencang karena lokasinya.
Seperti yang dicatat oleh Travel Noire, landasan pacu bandara yang sejajar dengan garis pantai membuat pesawat yang mendarat atau lepas landas dari bandara ini mengalami angin silang karena siklus harian angin laut dan angin darat. Oleh karena itu, pilot diharuskan memiliki pelatihan khusus untuk beroperasi di bandara ini.
Bahaya lain yang berpotensi dihadapi oleh pilot adalah gelombang gunung yang juga memengaruhi operasi di bandara karena medan pegunungan yang dekat dengan bandara. Gelombang ini merupakan sumber turbulensi yang besar, sehingga menyulitkan prosedur pendaratan yang harus dilakukan.
BACA JUGA : 10 Negara di Dunia yang Paling Jarang Dikunjungi, Namanya Pun Asing
Selama bertahun-tahun, bandara ini telah mengalami beberapa kali perluasan dan peningkatan fasilitas, termasuk perluasan landasan pacu yang membuat landasan pacu diperpanjang hingga ke laut dengan dukungan 180 pilar setinggi lebih dari 50 meter. Namun demikian, bandara ini masih tetap menjadi bandara Kategori C.
5. Bandara Saba (Karibia Belanda)
Dikenal memiliki landasan pacu terpendek yang dapat digunakan secara komersial di dunia, landasan pacu tunggal bandara ini hanya sepanjang 1.312 kaki (400 meter).
Namun, karena ambang batas landasan pacu yang bergeser di kedua sisinya, total panjang landasan pacu yang dapat digunakan untuk operasi pesawat hanya 1.263 kaki (385 meter).
Selain landasan pacu yang sangat pendek, pilot yang beroperasi dari dan ke bandara ini juga harus menghadapi angin kencang karena lokasi bandara yang dekat dengan laut.
Namun terlepas dari tantangan yang ada, bandara yang telah beroperasi sejak tahun 1963 ini tidak pernah mencatat adanya insiden atau kecelakaan di bandara.
6. Bandara Narsarsuaq (Greenland)
Terletak di selatan Greenland, bandara ini memiliki ketinggian lebih dari 100 kaki dan terletak di antara banyak fjord (teluk atau pegunungan yang berada di tepi laut). Hal ini membuat bandara ini terkena hembusan angin kencang dari berbagai arah.
Selain angin, aktivitas cuaca seperti formasi kabut tingkat rendah juga memengaruhi jarak pandang operasional, yang merupakan tantangan lain yang sering dihadapi pilot.
Bandara ini juga berada di bawah pengaruh peristiwa alam lainnya, seperti suhu yang sangat rendah karena lokasi geografisnya. Hal ini tak jarang membuat landasan pacu membeku atau tertutup salju, yang keduanya merupakan ancaman bagi pesawat.
Selain itu, aktivitas gunung berapi di dekatnya, yang dapat menyebabkan terbentuknya awan abu tidak hanya memengaruhi jarak pandang pilot, tetapi juga partikel abu dapat merusak pesawat dan mesinnya.
BACA JUGA: Panglima TNI Minta Anggota Paspampres Penyiksa Warga Dihukum Mati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Sentimen: positif (88.9%)