Sentimen
Negatif (64%)
10 Sep 2023 : 03.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tiongkok, Senayan, Ancol, Ambon, Kelapa Gading, Pontianak, Singkawang, Kepulauan Seribu

Kasus: Narkoba

Partai Terkait

Gurita Bisnis Tomy Winata, Sosok di Balik PT MEG Investor di Kawasan Pulau Rempang Batam

10 Sep 2023 : 10.37 Views 1

Gelora.co Gelora.co Jenis Media: News

Gurita Bisnis Tomy Winata, Sosok di Balik PT MEG Investor di Kawasan Pulau Rempang Batam


GELORA.CO - Perusahaan yang dimiliki Tomy Winata dikabarkan akan mengembangkan kawasan Pulau Rempang Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini kawasan itu sedang tidak kondusif, karena ada bentrok antara warga dan aparat keamanan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara terkait bentrokan antara warga dan aparat keamanan di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (7/9/2023) kemarin.

Ia menjelaskan bahwa sebenarnya tanah yang dipermasalahkan itu adalah mikik investor yang sudah memiliki surat-surat yang sah.

Akan tetapi saat kembali mengecek di lapangan sudah ditempati oleh pihak lain.

"Proses pengosongan tanah ini yang jadi sumber keributan, karena itu sudah lama orang tinggal di situ," ujar Mahfud MD saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/9/2023).

Sementara itu, Mahfud meminta pada pihak keamanan untuk menangani hal ini secara baik dan berperikemanusiaan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh bangkapos.com, sosok di balik investasi di kawasan itu adalah Tomy Winada.

Tomy Winata adalah taipan Indonesia yang kerap dikaitkan dengan 9 naga Indonesia dan kini kembangkan Pulau Rempang, Batam.

Nama Tomy Winata kini jadi sorotan karena dikait-kaitkan dengan pengembang Pulau Rempang, Batam yang saat ini pembangunannya sedang rusuh.

Ya, terjadi bentrokan antara aparat gabungan yang terdiri dari Kepolisian, TNI, Satpol PP, dan Badan Pengusahaan (BP) Batam dengan warga di Pulau Rempang, Batam, Kepualauan Riau.

Musababnya warga menolak upaya BP Batam yang melakukan proses pengukuran dan pematokan lahan untuk pengembangan kawasan Rempang Eco City.

Mengutip Tribun batam, kawasan Rempang Eco City diketahui dikembangkan oleh PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Arta Graha milik Tomy Winata.

Seperti disebutkan di atas, Tomy Winata atau biasa disingkat TW adalah pengusaha kelas kakap dan konglomerat Indonesia.

Namanya kerap disebut masuk sebagai anggota 9 Naga Indonesia.

Sebutan 9 naga ini disebut merujuk pada sembilan pengusaha kaya dan sukses pemilik dari konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia.

Istilah ini disematkan kepada para pengusaha yang konon memiliki pengaruh besar dalam perekonomian di Tanah Air.

Tomy Winata bahkan disebut sebagai kawan Aguan atau Sugianto Kusuma, bos Agung Sedayu yang kini ikut mengembangkan Ibu Kota Negara (IKN)

Sejumlah sumber menyebut, kekayaan Tomy Winata mencapai Rp12 Triliun.

Bagaimana sepak terjangnya?

Sepak Terjang dan Gurita Bisnis Tomy Winata

Selain dikenal sebagai bos Artha Graha Group, Tomy Winata juga dikenal sebagai pemilik SCBD (Sudirman Central Business District).

Sudirman Central Business District (SCBD) atau Kawasan Niaga Terpadu Sudirman adalah sebuah kawasan bisnis yang terletak di Jakarta Selatan, Indonesia, yang terdiri dari kondominium, gedung perkantoran, hotel, serta pusat perbelanjaan dan hiburan.

Dalam mencapai kesuksesannya, pemilik SCBD Tomy Winata mengalami banyak rintangan dan cobaan hingga akhirnya ia bisa masuk ke jajaran nama besar pebisnis Indonesia yakni 9 naga.

Tak hanya bisnis di bidang properti, Tomy juga memiliki sederet usaha di bidang bank, retail electronik, hingga asuransi.

Tomy Winata merupakan seorang pengusaha Tanah Air yang terkenal memiliki gurita bisnis di berbagai lini, mulai dari bisnis properti, perbankan, perkebunan, hingga infrastruktur

Tomy Winata adalah pengusaha keturunan Tionghoa ternama dari Indonesia.

Melansir Tribunnewswiki.com, nama Tionghoa Tomy Winata adalah Oe Suat Hong.

Tomy Winata dikenal sebagai bos atau pemilik Artha Graha Network.

Tomy Winata yang biasa dipanggil TW ini lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 23 Juli 1958. 

Sejak kecil, Tomy Winata adalah seorang anak yatim piatu.

Ia dikenal sebagai seorang anak yang lahir di tengah keluarga serba kekurangan secara materi.

Saat ini, diketahui ia memiliki lima orang anak, dua diantaranya adalah Panji Winata dan Andi Winata.

Pada 1972, ketika usianya baru 15 tahun, Tomy Winata dikenalkan dengan seorang pejabat militer di Singkawang.

Setelah perkenalan itu, Tomy Winata kemudian mendapat proyek untuk membangun kantor Koramil di Singkawang.

Selain itu, Tomy Winata juga menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia.

Tomy Winata pernah mendapat proyek dari militer di Papua, Makassar, dan Ambon.

Di Papua, Tomy Winata berkenalan dengan Yorrys Raweyai.

Mengutip Tribunnews.com, Tomy Winata juga dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan kalangan militer, dua diantaranya adalah Letjen TNI (Purn) Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edy Sudrajat.

Tomy Winata juga akrab dengan beberapa jenderal lain.

Pada 1988, Tomy Winata bersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan sebuah Bank Propelat.

Bank yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi ini hanya memiliki aset sebesar Rp 8 miliar.

Namun setelah diambil alih dan diubah namanya menjadi Bank Artha Graha, hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun bank itu sehat kembali.

Saat masa krisis 1998, Tomy Winata juga menyelamatkan Arta Pusara yang kemudian diganti namanya menjadi Artha Pratama.

Pada 1989, Tomy Winata kemudian mendirikan PT Danayasa Arthatama.

Tomy kemudian ikut serta dalam proyek raksasa senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business Distric (SCBD) yang memiliki luas 45 hektar di jantung DKI Jakarta.

Tomy Winata juga telah mengambil alih Bank Inter-Pacific pada 2003.

Pada 2005, Bank Inter-Pacific melalui Pasar Modal kemudian mengambil alih kepemilikan Bank Artha Graha melalui Pasar Modal.

Namanya kemudian menjadi Bank Artha Graha Internasional.

Tidak hanya itu, Tomy Winata juga memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT Jakarta Internasional Hotels and Development. 

Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam membangun Bukit Golf Mediterania, Kelapa Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square, Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, dan Senayan Golf Residence.

Selain itu, sejumlah kapal pesiar yang dimili Tomy Winata dan usaha pariwisata yang dikelolanya di Pulau Perantara dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu turut mengokohkan dirinya sebagai konglomerat sukses.

Tidak hanya itu, lewat PT Sumber Alam Sutera, anak perusahaan Grup Artha Graha, Tomy Winata pun menggarap bisnis benih padi hibrida dengan menggandeng perusahaan Tiongkok, Guo Hao Seed Industry Co Ltd. sebagai mitra dan menjalin kerjasama dengan Badan Penelitian Padi Departemen Pertanian.

Pusat Studi Padi Hibrida (Hybrid Rice Research Center) pun dibangun dengan dana investasi sebesar US$ 5 juta. 

Tomy Winata juga memiliki yayasan sosial yang bernama Artha Graha Peduli. 

Dituduh sebagai Mafia

Dalam dunia politik Indonesia, Tomy Winata selalu dikaitkan dengan pengusaha yang dekat dengan para politisi.

Ia pernah buka suara soal tuduhan yang menyebutnya sebagai mafia.

Ada stigma dari nama Tomy Winata.

Padahal melalui Artha Graha Peduli, Tomy Winata mengaku sangat rutin menyumbang dan membantu masyarakat.

Mulai dari bencana alam hingga gelaran pasar murah jelang hari-hari raya.

"Bencana alam, lebaran pun ada pasar murah sembako murah yang merangsang Pak Tomy selalu berbuat begitu," kata Karni Ilyas ke Tomy Winata dikutip TribunnewsBogor.com dari akun YouTube Karni Ilyas Club.

Tomy Winata menerangkan moto yang ia kedepankan ialah kepedulian.

"motonya adalah kepedulian jadi kita berbagi dan peduli, jadi dengan satu wadah kelompok Artha Graha Grup kita sama-sama selalu bekerjasama selalu melaksanakan CSR. dan dimana masyarakat memerlukan kami berpatner dengan pemerintah dari tingkat kecamatan kami berperan serta, kami punya relawan AGP yang selalu full time menangani program CSSR itu sebagai bagian komponen modal kerja kita bukan cosh," terang Tomy Winata.

Dengan begitu kata Tomy Winata, keterlebitannya dalam membantu masyarakat menjadi sebuah kewajiban bagi dirinya.

"jadi dengan begitu keterlibatan kami dalam program kerja untuk bantu masyarakat sudah menjadi bagian dari kepedulian, menurut saya mewajibkan berperan aktif termasuk saat lebaran, puasa natal, imlek,murni hanya untuk kami aktif maju membantu masyarakat," kata Tomy Winata.

Meski begitu, kata Karni Ilyas, hingga kini banyak masyarakat memiliki persepsi berbeda soal Tomy Winata.

Tomy Winata masih lekat dikaitkan dengan mafia.

"kalau lihat cerita Artha Graha Peduli dan ketika bencana terjadi dan yang sayaa saksikan sendiri,

kok agak terbalik dengan persepsi banyak orang terhadap Pak Tomy bawha Pak Tomy dituduh macam macam, mafia ini lah, mafia ini, bahkan mafia narkoba, ini gimana pak Tomy ngehadepinnya," tanya Karni Ilyas ke Tomy Winata.

Tomy Winata mengaku justru menikmati tuduhan tersebut.

Tomy Winata menganggap bila diisukan berarti ia masih diingatkan.

Pun bila dijelek-jelekan Tomy Winata mengatakn itu berarti dirinya diperhitungkan.

"ya saya hanya apapun yang orang tuduhknan saya hanya menikmati kita diperhitungkan, saking diperhitungkannya, maka segala macam hal yang bisa ditempelin ke kita tempelin aja pak, dan saya pikir itu semua harus saya hadapi dengan tegar karena saya selalu menikmati kalau masih diisukan berarti masih diingat, kalau dijelkin berarti diperhitungkan, " lata Tomy Winata.

"coba bayangin, kalau TW tidak pernah dijelekin mungkin saya hari ini gak sematang ini, kalau tw gak pernah digebukin mungkin juga gak sematang ini, dan kalau orang tidak melihat cerita saya kontroversial mungkin bang karni pun tidak ketemu saya sekarang," kata Tomy Winata ke Karni Ilyas. 

Sentimen: negatif (64%)