Sentimen
Positif (93%)
9 Sep 2023 : 22.20
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Labuan Bajo

Tokoh Terkait

BI Optimis Rupiah Menguat Akhir Tahun, Ini Penjelasannya

9 Sep 2023 : 22.20 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

BI Optimis Rupiah Menguat Akhir Tahun, Ini Penjelasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat, pergerakan rupiah hingga akhir Agustus 2023, masih melemah. Namun potensi untuk menguat masih akan terus ada hingga akhir tahun ini dan ke depannya meski tak janji akan kembali masuk ke level Rp 14.000 per dolar AS.

Hingga 31 Agustus 2023, secara point to point nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah melemah 0,98% bila dibandingkan akhir Juli 2023. Namun, secara tahun berjalan atau year to date menguat 2,22% dari level akhir Desember 2022. Itu pun masih lebih baik dibanding nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya.

Misalnya untuk rupee India secara year to date telah mengalami pelemahan atau depresiasi sebesar 0,06% dan secara point to point melemah 4,33%. Baht Thailand melemah 1,06% ytd dan menguat 2,27% ptp, dan peso Filipina masing-masing melemah 1,54% dan 1,28%.

-

-

"Kalau kita lihat nilai tukar rupiah menguat 2,2% dibanding level terakhir Desember 2022, meski kita lihat ada pelemahan secara point to point," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Erwindo Kolopaking di Labuan Bajo, NTT, Sabtu (9/9/2023).

Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menurut Erwindo menyebabkan nilai tukar Rupiah sampai dengan 31 Agustus 2023 secara point-to-point melemah. Sedangkan penguatan lebih disebabkan terjaganya stabilitas ekonomi domestik.

Ke depan, ia pun memperkirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Aliran modal asing ke pasar keuangan domestik pun tercatat masih berlanjut dengan investasi portofolio hingga 22 Agustus 2023 (qtd) tercatat net inflows sebesar US$ 200 miliar. Cadangan devisa per akhir Agustus masih di level US$ 137,1 miliar.

Menurutnya, BI juga akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas, hingga efektivitas implementasi instrumen penempatan valas DHE SDA sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

Selain itu, juga menerapkan penerbitan instrumen operasi moneter yang pro-market untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asing. Salah satunya dengan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang memanfaatkan SBN pemerintah yang telah dimiliki BI sebagai agunan atau underlying asset nya.

Kendati begitu, Erwindo yang akrab disapa Dodo enggan menyatakan bahwa rupiah akan bisa kembali ke level Rp 14.000 per dolar AS dari level saat ini di kisaran atas Rp 15.000 per dolar AS. Sebab, ia menegaskan, yang BI jaga bukanlah levelnya melainkan volatilitas atau pergerakannya supaya tidak jatuh terlalu dalam dan menguat terlalu cepat.

"Menguat ya, saya enggak bilang angkanya berapa (Rp 14.000). Kalau menguat pastilah (ada peluangnya) karena begini loh, sebenarnya minat asing di domestik itu di finansial sektornya besar sekali," ucap Dodo.

"Cuma masalahnya tadi tidak ada instrumennya. Pemerintah nerbitin SBN nya juga makin jarang. Jumlahnya juga misal dari targetnya berapa turun lebih rendah. Sehingga tadi dengan adanya instrumen, kita percaya ini akan mendorong masuk SRBI ini dan pembiayaan dari swasta juga kemudian akan masuk ke domestik," tegasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor per 8 September 2023, rupiah ditetapkan di level Rp 15.341 per dolar AS, sedikit melemah dibanding level hari sebelumnya yang telah bergerak ke level Rp 15.334 per dolar AS.


[-]

-

Simak! Ini Fokus Gubernur BI Perry Warjiyo 5 Tahun ke Depan
(fab/fab)

Sentimen: positif (93.4%)