Sentimen
Pengkhianat di Tubuh Rezim dan Oposisi, Siapakah Mereka?
Oposisicerdas.com Jenis Media: News
ISU mengenai pengkhianat lagi ramai. PDIP baru saja menjatuhkan vonis pecat terhadap Budiman Sudjatmiko karena membelot ke kubu lawan.
Pembelotan itu bisa disebut sebagai pengkhianatan. Karena itu, vonis yang dijatuhkan adalah hukuman mati, pemecatan.
Beberapa hari sebelumnya Prananda Prabowo, anak laki-laki Megawati Soekarnoputri, membikin heboh karena me-launching sebuah single lagu berjudul Pengkhianat.
Judulnya seram dan liriknya juga seram. Lebih seram lagi karena genre musik yang diusung adalah deathmetal.
Lagu itu dibawakan grup metal Rodinda yang dibina Prananda. Lirik dan lagu Pengkhianat diciptakan sendiri oleh Prananda. Salah satu bait yang membuat orang kepo berbunyi ”Pengkhianat berwajah santun”.
Orang bertanya-tanya, siapa yang dimaksud dalam lirik itu. Banyak yang langsung menghubungkannya kepada Jokowi.
Lagu tersebut menggambarkan kekecewaan seseorang terhadap seseorang yang sudah dipercaya dan didukung sepenuh hati, tetapi kemudian berkhianat.
Bait lagu itu berisi banyak kutukan yang diungkapkan dalam bahasa Latin, tempus abire tibi est, ’sudah sampai saatmu untuk pergi’.
Prananda muncul dalam klip video itu. Ia mengucapkan sepenggal lirik dengan raut muka penuh kebencian.
Dalam video tersebut, Prananda hanya muncul membacakan penggalan lirik di awal lagu, lalu sosok Prananda sesekali terlihat di beberapa bagian lagu.
Banyak yang menginterpretasikan lagu itu sebagai ekspresi kekecewaan kepada Jokowi. Beberapa waktu belakangan ini pecah kongsi antara PDIP dan Jokowi terlihat makin menganga.
Hal itu terjadi karena Jokowi dianggap lebih memilih Prabowo Subianto sebagai calon presiden ketimbang Ganjar Pranowo yang sudah resmi dideklarasikan oleh PDIP.
Kedua pihak berusaha play down, ’menganggap kecil dan menyembunyikan’, konflik itu. Namun, dalam banyak kesempatan, Megawati Soekarnoputri sebagai supremo PDIP lebih sering mengkritik Jokowi dan kebijakan-kebjiakannya.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto secara lugas menyerang proyek food estate yang disebutnya sebagai kejahatan lingkungan. Serangan tersebut ditujukan secara langsung kepada Prabowo yang memantul ke Jokowi.
Kecemburuan kepada Prabowo makin tajam ketika Budiman Sudjatmiko secara terbuka menyatakan dukungan kepada Prabowo. Itu merupakan hubungan yang aneh.
Mengingat, Budiman ialah korban penculikan 1998 yang dikaitkan dengan Prabowo sebagai pelakunya. Tetapi, pragmatisme politik bisa mengalahkan pertimbangan-pertimbangan ideal.
Prabowo menikmati endorsement yang melimpah dari Jokowi. Partai Golkar dan PAN –yang semula bersama PPP membentuk koalisi yang disebut-sebut akan dipakai sebagai perahu pelampung Ganjar Pranowo– tiba-tiba menyeberang ke kubu Prabowo.
Belum lagi kelompok relawan pendukung Jokowi yang kemudian ikut-ikutan bertransmigrasi, bergabung ke kubu Prabowo.
Pergerakan masif itu diikuti PSI yang hijarah mendukung Prabowo. Padahal, beberapa bulan lalu Partai Solidaritas Indonesia itu dengan gegap gempita mendukung Ganjar Pranowo.
Tapi, sekarang partai tersebut balik kanan menelantarkan Ganjar dan bergabung dengan Prabowo.
Pentolan PSI Grace Natalie kelihatannya tidak merasa perlu menyiapkan diri dengan alasan yang masuk akal untuk menjelaskan gerakan balik kanan itu.
Ketika ditanya dalam sebuah program siniar mengenai alasan mendukung Prabowo, Grace tiba-tiba gagu dan gagap.
Migrasi massal itu disebut-sebut tidak lepas dari peran ”Pak Lurah” Jokowi. Tentu saja Jokowi membantah.
Tidak tanggung-tanggung, ia memakai momen pidato kenegaraan 16 Agustus untuk membantah isu tersebut. Ia menyatakan ketidaksukaannya terhadap julukan Pak Lurah. Jokowi juga membantah bahwa dirinya adalah aktor intelektual di balik migrasi tersebut.
Jokowi harus menerima nasib karena sering kali orang tidak percaya kepada pernyataan atau pembelaan dirinya.
Meski ia membantah matian-matian melalui forum resmi kenegaraan, masih banyak yang menganggap bahwa Pak Lurah-lah yang menjadi mastermind drama politik itu.
Munculnya lagu Pengkhianat makin menegaskan persepsi publik bahwa PDIP marah terhadap Jokowi. Bait ”Pengkhianat berwajah santun” itu secara serta-merta dikaitkan kepada Jokowi.
Kali ini tidak ada –atau belum ada– bantahan atau pernyataan resmi dari Jokowi.
Pemecatan Budiman Sudjatmiko bisa sedikit menetralkan tuduhan Jokowi sebagai pengkhianat. Jangan-jangan, Prananda menciptakan lagu itu untuk meyerang Budiman Sudjatmiko.
Secara kebetulan, wajah Budiman masuk kategori santun. Bait pertama lagu itu yang berbunyi ”Telah kuserahkan seluruh jiwaku, Untuk menjadi nafas dalam derap langkah perjuanganmu Dasar kau.. Pengkhianat” juga rada-rada masuk kepada Budiman.
PDIP harus bertindak tegas kepada pengkhianat internal kalau tidak ingin virus pembelotan menjalar ke mana-mana.
Politikus Efendi Simbolon, yang secara tersamar mengisyaratkan dukungan kepada Prabowo, juga sudah langsung di-grounded, tidak dimasukkan daftar calon anggota legislatif DPR RI dari PDIP.
Isu pengkhianat tidak hanya muncul di PDIP. Dari kubu oposisi pun muncul isu pengkhianatan.
Yang melempar isu itu ialah Andi Arief, kepala Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat. Arief tidak menyebut secara terbuka siapa yang dianggapnya pengkhianat.
Tetapi, berdasar narasi yang dilemparkan, terlihat bahwa ia menargetkan Partai Nasdem.
Partai Demokrat sebagai anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan bersama Nasdem dan PKS rupanya dibikin sangat frustrasi oleh manuver Nasdem. Selama ini Partai Demokrat sangat berharap agar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) digandeng sebagai wakil presiden Anies Baswedan.
Tapi, rupanya jalan sangat terjal dan mendaki. Tarik ulur sangat kencang. Faksi anti-AHY sangat kuat di Nasdem sehingga nama AHY selalu terganjal.
Demokrat memainkan politik caper untuk menarik perhatian koalisi. Namun, koalisi bergeming.
Malah sekarang muncul wacana menduetkan Anies Baswedan dengan Ganjar Pranowo. Rencana duet minyak dan air itu mulai santer dan membuat Partai Demokrat makin berang.
Dari situlah kemudian muncul teriakan pengkhianat dari Andi Arief. Ia menegaskan akan tetap setia bersama PKS.
Tetapi, Andi tidak menyebut akan tetap setia bersama Anies Baswedan. Terjadi kemelut di muka gawang dan ada bola muntah yang bisa langsung disambar lawan.
Sandiaga Uno yang ”ngarep” digandeng Ganjar sudah nyaris putus asa. Tiba-tiba ada peluang untuk masuk melalui koalisi baru PPP, PKS, dan Partai Demokrat.
Kebetulan jumlah suara tiga partai itu cukup 20 persen dan bisa mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Episode masih panjang dan berbagai drama akan bermunculan. Manuver politik akan makin mirip akrobat dan sulapan. Tidak jelas lagi, siapa pengkhianat dan siapa pahlawan.
Foto: Ilustrasi pengkhianat di tubuh rezim dan oposisi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Sentimen: negatif (100%)