Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Grup Musik: APRIL, iKON
Kab/Kota: Yogyakarta, Bantul
Tokoh Terkait
Asal-usul Tari Montro, Kesenian Khas Bantul yang Awalnya Jadi Sarana Dakwah
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Tarian montro secara kolosal di Pantai Parangkusumo, Bantul, DIY, memecahkan rekor Muri kategori peserta terbanyak, Sabtu (26/8/2023). (Antara/Hery Sidik)
Solopos.com, BANTUL–Sepuluh ribu lebih siswi menari hingga memecahkan rekor pada Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk kategori peserta terbanyak dalam penampilan flashmob tarian montro yang digelar secara kolosal di kawasan Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (23/8/2023).
Dengan kompak, para penari yang mengenakan dresscode putih dan kain jarik di pinggang menggerakkan tubuhnya di antara deburan ombak dan angin Pantai Parangkusumo. Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan peserta flashmob tarian montro yang merupakan warisan budaya tak benda tersebut berasal dari siswi sekolah menengah atas (SMA/SMK dan MA) di Bantul yang semangat bersama-sama untuk kepentingan bersama pemecahan rekor Muri.
Promosi7 layanan digital untuk indonesia terus maju
“Hari ini telah kita saksikan sebuah deklarasi bahwa Bantul sebagai kota seni ini memiliki kekompakan, rasa kolaborasi yang tinggi. Ini event besar yang tidak dibiayai APBD, ini swadaya mereka, iuran sendiri, sehingga bisa kumpul, latihan bersama dan akhirnya pecahlah rekor Muri tarian montro terbesar di Indonesia yang diikuti lebih dari 10.000 siswi,” katanya seusai menghadiri acara pemecahan rekor tersebut.
Puluhan pelajar di Bantul saat melakukan pemecahan rekor Tari Montro terbanyak, Sabtu (26/8/2023). (Harianjogja.com)Dia menambahkan pemecahan rekor Muri ini dilatarbelakangi bahwa Bantul adalah kabupaten yang memiliki infrastruktur seni yang baik, yang lengkap. Bupati mengatakan Bantul mempunyai sekolah sekolah seni yang lengkap, bahkan diyakini paling lengkap di Indonesia, mulai sekolah menengah sampai ke perguruan tinggi, sanggar-sanggar seni, seni lukis, ada seni tari dan itu hidup di masyarakat Bantul.
“Kemudian juga tradisi budaya ini hidup di Bantul, maka sebagai kota seni ini harus kita sampaikan kepada dunia, salah satu cara kita adalah dengan memecahkan rekor Muri hari ini dengan semangat dan swadaya kita bersama,” katanya seperti dilansir Antara.
Sejarah Kesenian MontroTari montro yang diciptakan Kanjeng Pangeran Yudhonegoro yang merupakan menantu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII saat ini sudah masuk daftar warisan budaya tak benda dari Yogyakarta. Kesenian ini lahir dan berkembang di wilayah Kauman, Kecamatan Pleret, Bantul.
Mengutip laman budaya.jogjaprov.go.id, seni montro termasuk seni selawatan, dengan syair yang ditembangkan dan diiringi gending tetabuhan rebana, beduk, dan kendang. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Uniknya, montro ini membuka pertunjukannya menggunakan gaya baca lirik sebagaimana gaya baca kandha, yaitu semacam salam pembuka kepada pemirsa yang disampaikan oleh seorang dalang, seperti dalam seni-seni pertunjukan tari klasik Keraton Yogyakarta. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan pembacaan lagu selawatan dalam bahasa Arab yang dilafalkan seperti bahasa Jawa.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, berfoto bersama penari montro dalam pemecahan rekor Musium Rekor Indonesia (MURI) dengan jumlah penari Montro terbanyak, di Pantai Parangkusumo, Kretek, Sabtu (26/8/2023). (Harian Jogja/Lugas Subarkah)Pembacaan syair shalawatan ini dinyanyikan dengan diiringi musik dan tarian. Alat musik yang digunakan ialah beberapa rebana dalam berbagai ukuran dengan fungsi nada masing-masing. Sementara itu, tarian yang mengiringi dilakukan dengan duduk dan berdiri, sambil sedikit jalan.
Pertunjukan kesenian ini dipimpin seorang dalang dan diiringi para vokal dan penabuh yang duduk disekitar dalang. Para penari biasanya dilakukan 8-10 orang melakukan tarian dan terkadang juga melakukan sautan secara serempak.
Kesenian montro yang dapat disaksikan saat ini sudah mengalami banyak pengolahan, karena semula hanya dimainkan dengan duduk, saat ini sudah ditarikan dengan komposisi tari yang dinamis dan kostum yang warna-warni ditambah alat menari berupa kipas.
Kata montro dalam bahasa Jawa berarti nama bunga mentimun, juga bisa berarti nama gending montro. Perbedaan antara selawatan maulud dan selawatan montro adalah pada gerakan tarinya. Selawatan maulid hanya duduk bersila, sedangkan selawatan montro ada gerakan tarinya.
Perlengkapan instrumen pengiringnya antara lain: 4 buah rebana, 1 kendang batangan, 1 kendang ketipung, kempul, gong, dan 6 orang pelantun lagu dan seorang maca kandha. Dan kelompok penari yang juga ikut melantunkan syair lagu.
Pada pementasannya, semua duduk bersila dan hening sesuai dengan isi lantunan lagu syairnya. Kelompok penarinya pun duduk, jika ada gerak hanya sebagian badannya dan leher yang lembut, sesekali tangannya bergerak lembut di seputaran tubuhnya.
Laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id menyebutkan kesenian montro mulanya berfungsi sebagai sarana dakwah, dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari-hari besar Islam lainnya. Diawali pada 11 April 1939 di Kauman Pleret, Bantul, semenjak hadir Kanjeng Pangeran Yudhonegoro menantu HB VII untuk memberikan sentuhan-sentuhan pada lagu dan singir selawatan montro.
Tari montro khas Bantul, DIY. (jogjaprov.go.id)Kesenian ini pada mulanya hanya berkembang di lingkungan Keraton untuk memperingati Maulid Nabi. Namun, seiring dengan perkembangannya, kesenian ini akhirnya berkembang menjadi kesenian rakyat.
Sampai saat ini kesenian ini masih ada dan berkembang di daerah Kauman, Pleret, Kabupaten Bantul. Ada dua generasi montro yaitu generasi tua (orang-orang dewasa/tua) dan generasi muda (anak-anak). Kesenian ini sering ditampilkan setiap ada event kebudayaan di Yogyakarta sebagai ikon Kabupaten Bantul.
Original Punya BantulSementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan dipilihnya tari montro sebagai pemecahan rekor Muri, karena tari montro merupakan tari khas yang masuk di warisan budaya tak benda dari Bantul, yang itu merupakan asli, original punya Bantul, tidak ada di tempat lain.
“Yang ditampilkan ini adalah tari kreasi, karena tari montro biasanya durasi sekitar 12 menit, namun yang ini hanya sekitar enam menit. Tari montro ini disamping gerakannya energik, syair- syairnya penyemangat, yang artinya bahwa hidup itu harus punya makna, punya perjuangan dan sebagainya,” katanya.
Dia menjelaskan tari yang dilakukan 10.000 orang tersebut merupakan kreasi baru tari montro. Pemecahan rekor Muri ini untuk semakin memperkenalkan tari montro kepada dunia. Berdasarkan informasi, selain penari yang sudah didaftarkan, tari Montro hari ini juga diikuti oleh pelajar yang belum didaftarkan.
“Sehingga kami berani klaim ini lebih dari 10.000. Ini artinya antusiasme generasi muda terhadap budaya masih sangat kuat. Sehingga inilah yang mestinya dipelihara dan dikembangkan, bahwa anak-anak muda ini memang perlu dekat dengan budayanya sendiri,” paparnya, dilansir harianjogja.com.
Sentimen: positif (100%)