Sentimen
Negatif (99%)
26 Agu 2023 : 19.59
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Bogor, Jabodetabek, Senayan

Kasus: covid-19, kebakaran

Polisi Semprot Jalanan Jakarta Pakai Water Canon, Epidemiolog: Malah Perburuk Polusi

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

26 Agu 2023 : 19.59
Polisi Semprot Jalanan Jakarta Pakai Water Canon, Epidemiolog: Malah Perburuk Polusi

PIKIRAN RAKYAT - Polisi mengerahkan Mobil Water Canon untuk menyemprot jalanan Jakarta, dengan harapan bisa mengurangi polusi. Penyiraman dilakukan di kedua sisi di Jalan Jenderal Sudirman sampai Patung Pemuda Membangun, Senayan, Jakarta, pada Rabu 23 Agustus 2023.

Sebanyak empat unit mobil Water Canon Polda Metro Jaya dikerahkan untuk melakukan penyemprotan sebagai upaya mengurangi polusi udara. Hal itu dilakukan juga berkolaborasi dengan Dinas operasional Pemadam Kebakaran serta Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

“Polusi udara di Jakarta menjadi perhatian masyarakat, maka itu Polri khususnya Polda Metro Jaya melakukan kesiapan dengan pengecekan kendaraan Taktis Water Canon dan kemudian melakukan penyemprotan jalan protokol Guna mengurangi dampak polusi udara di Jakarta,” tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes. Pol. Trunoyudo dalam keterangan tertulis, Kamis 24 Agustus 2023.

Baca Juga: Update Kebakaran TPA Sarimukti: Pemprov Jabar Siapkan Penampungan Sampah Sementara

Malah Perparah Polusi

Sayangnya, aksi penyemprotan jalan di Jakarta itu dinilai berpotensi memperburuk polusi. Hal itu disampaikan Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Pandu Riono.

Dia mengemukakan bahwa pengendalian polusi dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi di berbagai fasilitas umum justru memicu pembentukan aerolisasi. Hal itu pun berdampak buruk pada kesehatan.

"Karena disemprot air malah memperburuk partikel udara (PM 2,5). Kalau disemprot dengan air bertekanan tinggi bisa terjadi aerolisasi, jadi partikular itu menguap dan bisa lebih dahsyat efeknya kalau dihirup masyarakat," kata Pandu Riono yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat 25 Agustus 2023.

Dia menuturkan, polusi udara mengandung partikel kecil yang disebut PM 2,5 atau yang lebih kecil lagi partikulat berukuran 10 mikron (PM10). Selain itu, ada juga polusi dari hasil pembakaran energi sulfur oksigen (SO2).

Baca Juga: Pabrik di Gunungputri Bogor Disegel, Polisi: Cemari Sungai Cileungsi

Pengaruh cemaran udara pada aspek kesehatan tidak hanya bersarang di paru-paru. Namun juga memicu efek alergi, mudah sakit, mengganggu sistem kerja jantung dan susunan organ lain, karena menyebar ke semua sistem tubuh.

Selain itu, dampak terhadap kesehatan akibat polusi udara ada yang berlangsung dalam jangka pendek dan panjang.

"Tekanan tinggi air bisa memecah partikel polusi jadi lebih halus dan masuk ke dalam pernapasan lebih mudah lagi tanpa kita sadari. Aerolisasi itu seperti menyemprot ketiak kita dengan antibau badan, itu aerolisasi tingkat tinggi," ujar Pandu Riono.

Dia mengatakan, partikulat yang terbelah menjadi ukuran lebih kecil cenderung lebih mudah mengambang dan terbang hingga ke dalam rumah penduduk. Sehingga, usulan untuk bekerja dari rumah (WFH) pun tidak efektif.

Baca Juga: Mulai 2024, Produk Luar Negeri Tanpa Sertifikat Halal Tak Bisa Masuk ke Indonesia

"WFH tidak ada gunanya. Bahkan, kerja di rumah juga polusi masuk ke dalam rumah, karena kontributor terbesar mungkin bukan dari emisi transportasi, ada yang lebih daripada itu," ucap Pandu Riono.

Epidemiolog yang bergabung dalam Tim Serologi Survei Antibodi Covid-19 itu juga menyebutkan bahwa mekanisme penyemprotan air bertekanan tinggi secara sistematik pada saat krisis kesehatan akibat Covid-19 tidak pernah disarankan oleh ilmu pengetahuan manapun.

Dia tak memungkiri jika polusi udara yang kini sedang berkecamuk di Jabodetabek dan sekitarnya merupakan dampak yang tidak bisa dihindari dari kondisi pemulihan ekonomi di era endemi.

"Polusi ini sudah berbulan-bulan sejak dikatakan pandemi selesai, orang kembali beraktivitas, pabrik menggenjot ekspor, semuanya pemulihan. Ada sumber energi baru menggunakan fosil, jadilah Jabodetabek dan mungkin juga kota lain terjadi polusi," kata Pandu Riono.***

Sentimen: negatif (99.1%)