Sentimen
Negatif (66%)
26 Agu 2023 : 18.55
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Jabodetabek

Kasus: covid-19, kebakaran

Tokoh Terkait
Hasbi Hasan

Hasbi Hasan

Epidemiolog: WFH Tak Ada Gunanya Kurangi Polusi Jakarta

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

26 Agu 2023 : 18.55
Epidemiolog: WFH Tak Ada Gunanya Kurangi Polusi Jakarta

PIKIRAN RAKYAT - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Pandu Riono menilai usulan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) tidak efektif. Kebijakan itu pada saat ini tengah diuji coba kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) di DKI Jakarta.

"WFH tidak ada gunanya. Bahkan, kerja di rumah juga polusi masuk ke dalam rumah, karena kontributor terbesar mungkin bukan dari emisi transportasi, ada yang lebih daripada itu," katanya  di Jakarta, Jumat 25 Agustus 2023.

Epidemiolog yang bergabung dalam Tim Serologi Survei Antibodi Covid-19 itu juga menyebutkan bahwa mekanisme penyemprotan air bertekanan tinggi secara sistematik pada saat krisis kesehatan akibat Covid-19 tidak pernah disarankan oleh ilmu pengetahuan manapun.

Baca Juga: Istri dan Anak Sekretaris MA Nonaktif Hasbi Hasan Kompak Tolak Berikan Keterangan kepada KPK

Dia tak memungkiri jika polusi udara yang kini sedang berkecamuk di Jabodetabek dan sekitarnya merupakan dampak yang tidak bisa dihindari dari kondisi pemulihan ekonomi di era endemi.

"Polusi ini sudah berbulan-bulan sejak dikatakan pandemi selesai, orang kembali beraktivitas, pabrik menggenjot ekspor, semuanya pemulihan. Ada sumber energi baru menggunakan fosil, jadilah Jabodetabek dan mungkin juga kota lain terjadi polusi," tutur Pandu Riono.

Semprotan Water Canon Polisi Perburuk Polusi

Dia mengemukakan bahwa pengendalian polusi dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi di berbagai fasilitas umum justru memicu pembentukan aerolisasi. Hal itu pun berdampak buruk pada kesehatan.

"Karena disemprot air malah memperburuk partikel udara (PM 2,5). Kalau disemprot dengan air bertekanan tinggi bisa terjadi aerolisasi, jadi partikular itu menguap dan bisa lebih dahsyat efeknya kalau dihirup masyarakat," kata Pandu Riono.

Baca Juga: Update Kebakaran TPA Sarimukti: Pemprov Jabar Siapkan Penampungan Sampah Sementara

Dia menuturkan, polusi udara mengandung partikel kecil yang disebut PM 2,5 atau yang lebih kecil lagi partikulat berukuran 10 mikron (PM10). Selain itu, ada juga polusi dari hasil pembakaran energi sulfur oksigen (SO2).

Pengaruh cemaran udara pada aspek kesehatan tidak hanya bersarang di paru-paru. Namun juga memicu efek alergi, mudah sakit, mengganggu sistem kerja jantung dan susunan organ lain, karena menyebar ke semua sistem tubuh.

Selain itu, dampak terhadap kesehatan akibat polusi udara ada yang berlangsung dalam jangka pendek dan panjang.

"Tekanan tinggi air bisa memecah partikel polusi jadi lebih halus dan masuk ke dalam pernapasan lebih mudah lagi tanpa kita sadari. Aerolisasi itu seperti menyemprot ketiak kita dengan antibau badan, itu aerolisasi tingkat tinggi," ujar Pandu Riono.

Dia mengatakan, partikulat yang terbelah menjadi ukuran lebih kecil cenderung lebih mudah mengambang dan terbang hingga ke dalam rumah penduduk. ***

Sentimen: negatif (66%)