Sentimen
Positif (95%)
12 Agu 2023 : 22.07
Informasi Tambahan

Grup Musik: Slank

Hewan: Ayam

Kab/Kota: Wamena, Serang

Features 'Weny He Ukum', Pecah Perang karena Wanita Pusat Pemberitaan

12 Agu 2023 : 22.07 Views 1

RRi.co.id RRi.co.id Jenis Media: Nasional

Features
'Weny He Ukum', Pecah Perang karena Wanita

Pusat Pemberitaan

KBRN, Wamena: 'Hee yamko rambe yamko aronawa kambe. Teemi nokibe kubano ko bombe ko, yuma no bungo awe ade'.

'Hongke hongke, hongke riro, Hongke jombe, jombe riro'. Jika mendengar sekilas lirik ini, ingatan tetiba hadir di masa sekolah masih bercelana pendek merah, terlebih pada momen kakak Pramuka mengajak hiking tipis-tipis ke bukit belakang sekolah.

Meski tak tau arti setiap kata-katanya, namun ada semangat bergelora bersorak seirama dengan hentakan tongkat dan kaki. Lirik ini juga 'dikawinkan' grup band SLANK di penghujung lagu bertajuk 'Lembah Baliem' album Virus.

Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari tanah Papua. Lagu ini bercerita tentang daerah yang mengalami perang antarsuku.

Warga Baliem Wamena beratraksi 'Weny He Ukum' pada Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2023, Selasa (8/8/2023) di Distrik Usilimo (Foto: RRI Wamena/Roni Hisage)

Perang antarsuku bagi masyarakat Papua, terutama Papua Pegunungan terus dirawat menjadi budaya peninggal leluhur. Di masa lampau, perang ini terjadi akibat saling berebut perempuan, ketika perempuan dari salah satu suku dibawa lari laki-laki suku lain, maka pecahlah perang suku.

Perang ini dalam bahasa Baliem Wamena disebut 'Weny He Ukum', Weny berarti perang, he adalah perempuan, dan ukum artinya masalah. Atau perang yang disebabkan masalah perempuan atau perebutan perempuan oleh suku-suku di Baliem Wamena.

Weny He Ukum ini menjadi satu di banyak gelaran yang ditampilkan masyarakat Distrik Maima Kabupaten Jayawijaya pada Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2023, Selasa (8/8/2023). Festival dihelat di Distrik Usilimo.

“Selain menciptakan perdamaian antara suku dari perang suku di Wamena, Papua Pegunungan, perang suku juga terjadi karena perempuan ketika dibawa lari oleh laki-laki suku lain,” kata Kepala Distrik Maima Irman Mulait, menjelaskan penampilan atraksi perang Warga Maima di Festival Budaya Lembah Baliem.

Warga Baliem Wamena beratraksi 'Weny He Ukum' pada Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2023, Selasa (8/8/2023) di Distrik Usilimo (Foto: RRI Wamena/Roni Hisage)

Menurut Irman, umumnya di Wamena dikenal sebagai daerah perang suku, namun penyebab terjadinya perang itu sendiri sangat bervariasi. Salah satunya yang terjadi perang suku di Wamena, Kabupaten Jayawijaya itu adalah kerena perebutan perempuan sebagaimana yang ditampilkan warga Maima.

Irman mengatakan, pihaknya menampilkan atraksi dengan judul 'Weny he ukum'. Perang yang terjadi antara suku Mulait-Wetipo dan Mulait-Lokobal.

"Jadi, ceritanya istrinya dari suku mulait - lokobal, dibawa kabur oleh suku mulait - wetipo. Nah, akhirnya setelah terjadi itu, kemudian suatu waktu suami (suku malait - lokobal) dari si perempuan itu sedang mata-mata dan kedapatan laki-laki (suku malait - wetipo) dan langsung lakukan aksi serang hingga menewaskan laki-laki dari suku mulait -wetipo,” katanya.

“Kemudian, salah seorang yang mendatangi pelaku yang kemudian menjadi korban itu, langsung melarikan diri dan lapor kejadian itu ke keluarga korban di suku malait - lokobal dan akhirnya terjadilah perang suku," kata Irman Mulait. 

Irman mengingatkan, atraksi itu ditampilkan bukan untuk mengajak para generasi sekarang untuk berperang lagi. Tetapi menyampaikan kepada publik bahwa orang-orang tua kita dulu perang karena perempuan.  

"Kita cuma sampaikan fakta yang terjadi dulu di orang-orang tua kita. Agar generasi sekarang tidak saling mengganggu istri orang lain dan lainnya," ujar Mulait.

Warga Baliem Wamena beratraksi 'Weny He Ukum' pada Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2023, Selasa (8/8/2023) di Distrik Usilimo (Foto: RRI Wamena/Roni Hisage)

Atas atraksi perang-perangan yang telah ditampilkan masyarakat Maima, Irman optimis untuk meraih juara karena telah mengikuti kriteria yang sudah ditentukan panitia. Salah satunya perhiasan tubuh yang digunakan benar-benar pakaian asli budaya Wamena.

"Kami optimis bahwa kami akan masuk juara satu karena dasarnya semua kriteria yang di keluarkan oleh panitia bahwa harus pakaikan busana tradisional, akhirnya hiasan kami dari atas sampai bawa itu semua tradisional dan asli punya," ucap Irman.

Lanjut Irman, peserta atraksi perang Distrik Maima tidak mengenakan akesoris seperti bulu ayam dan lainnya yang tidak termasuk dalam kategori busana asli. Tapi kami pake yang asli semua dan tampilkan cerita yang fakta," katanya. 

Jadi jelas, di Lembah Baliem, selain terhampar panorama alam mempesona, ada tradisi warisan leluhur yang terus dirawat penduduk suku asli. Tradisi pribumi dalam Festival Budaya Lembah Baliem ini diperkenalkan kepada dunia. Pelancong terbang ke Lembah Baliem, tonton perang karena perempuan.

Sentimen: positif (95.5%)