Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta, Bantul
Kasus: pengangguran
Tekan Pengangguran, Pemda DIY Gulirkan Program Padat Karya Sasar 672 Lokasi
Krjogja.com Jenis Media: News
Warga RT 05 dan RT 06 Dusun Wunut, Sriharjo, Imogiri, Bantul mengikuti program program padat karya infrastruktur membangun akses jalan desa. (Foto: Fira N)
Krjogja.com - BANTUL - Pemda DIY melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY melakukan fasilitasi program padat karya yang menyasar 672 lokasi di DIY pada 2023. Program padat karya 2023 ditujukan untuk pemberian kerja, bagi penganggur, setengah penganggur dan bagi warga miskin. Kali ini, sebanyak 34.656 orang mengikuti program padat karya selama kurang lebih 18 hari.
Salah satu manfaat program padat karya infrastruktur berupa membuka akses desa dirasakan warga RT 05 dan RT 06 Dusun Wunut Kalurahan Sriharjo Kapanewon Imogiri Kabupaten Bantul. Setelah menanti puluhan tahun, akhirnya warga di kedua RT Dusun Wunut yang terletak di wilayah Kalurahan Sriharjo Imogiri paling timur tersebut bisa mendapatkan akses jalan desa yang layak. Sebelumnya warga tidak memiliki akses jalan yang layak karena tinggal di area perbukitan yang cukup terjal
"Program padat karya dilaksanakan melalui 3 skema, yaitu padat karya reguler melalui bantuan keuangan kepada kabupaten, padat karya tata nilai keistimewaan melalui bantuan keuangan pada kalurahan yang menggunakan alokasi Danais dan padat karya potensi desa," kata Kepala Disnakertrans DIY Aria Nugrahadi.di Yogyakarta, Rabu (9/8/2023).
Selain mampu menyerap tenaga kerja, Aria menyampaikan program padat karya ini memberikan manfaat dalam peningkatan akses untuk pertumbuhan potensi ekonomi. Kemudian membuka akses desa dan peningkatan infrastruktur pertanian yang sejalan serta mendukung visi misi Gubernur DIY yang difokuskan pada Reformasi Kalurahan.
"Contohnya pembangunan jalan desa di Dusun Wunut Sriharjo Imogiri di atas masuk dalam program padat karya reguler yang menggunakan alokasi APBD BKK Pemda DIY melalui Disnakertrans Bantul bukan dari anggaran keistimewaan" katanya.
Aria menjelaskan perbedaan padat karya menggunakan Danais adalah pada output kegiatannya tidak hanya berhenti sampai dengan program padat karya bisa menyerap tenaga kerja pada saat pengerjaannya, tetapi ketika infrastruktur yang dilakukan melalui padat karya itu sudah bisa terwujud. Sehingga diharapkan ada outcome peningkatan potensi ekonomi yang ada di wilayah perdesaan.
"Secara keseluruhan program padat karya ini sudah terlaksana lebih dari 80 persen. Sesuai tujuan semula, tujuan utamanya untuk pemberian kerja dalam kurun waktu tertentu atau sekitar 18 hari. Tetapi disisi lain juga dihasilkan infrastruktur pedesaan," paparnya.
Menurut Aria, apabila diukur rerata dari infrastruktur pedesaan yang telah diselesaikan sebanyak 672 paket sampai saat ini. Semisal satu paket menghasilkan kita-kira 300 meter infrastruktur, maka melalui program padat karya ini menghasilkan lebih dari 200 kilometer infrastruktur baik itu jalan atau akses infrastruktur pendukung pertanian atau irigasi.
Lurah Sriharjo Titik Istiyawatun Khasanah menuturkan program ini berangkat dari kebutuhan warga akan akses jalan yang lebih baik guna menghubungkan antara RT 05 dan RT 06 di padukuhan Wunut. Setidaknya 40-an KK di wilayah RT tersebut masih bermukim di atas dan lereng bukit yang tidak mempunyai akses jalan ke area bawah. Dulu, jika warga ingin pergi ke kalurahan atau fasilitas kesehatan di Sriharjo, mereka harus memutar melewati Mangunan. Situasi ini menjadikan warga berkeinginan membuka akses jalan yang dimulai dengan mematok lahan sejak beberapa tahun lalu.
“Keluh kesah dan keinginan warga tersebut langsung disampaikan kepada Wakil Ketua DPRD DIY Suharwanta saat berkunjung ke lokasi. Gayung bersambut, beliau lantas memberikan solusi warga dengan memanfaatkan anggaran padat karya non material untuk membuka bakalan jalan pada 2022. Pada 2023 ditindaklanjuti dengan kucuran anggaran BKK senilai Rp 400 juta dibagi dua tahap untuk corblok jalan desa," tuturnya.
Titik menjelaskan setidaknya 100-an warga setempat dan sekitar padukuhan dengan semangat luar biasa dikerahkan bahu membahu bergotong royong membangun jalan desa. Meskipun situasi di sana sangat terjal dan sedemikian ekstrim, warga rela mengorbankan tenaga dan waktunya demi membuka akses jalan maupun wisata antara Mangunan dengan Sriharjo. Warga yang mengikuti program padat karya infrastruktur yang bertujuan mengurangi pengangguran ini jumlah hari orang kerja atau HOK adalah 52 orang selama 20 hari per paket. Sedangkan besaran upah yang diterima untuk Kepala Kelompok Rp 90 ribu/hari, Tukang Rp 80 ribu/hari dan Pekerja Rp 70 ribu/hari.
Harapan besarnya bisa berkolaborasi bersama-sama dan memunculkan spot wisata baru sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Tidak kalah pentingnya bisa membuka dan memudahkan akses jalan bagi kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil atau orang sakit ketika harus mengakses fasilitas kesehatan yang selama ini sulit sekali. “Dulunya, Ibu hamil yang tinggal di RT 06 Dusun Wunut jika akan melahirkan harus di tandu memakai kursi dan bambu naik ke atas baru bisa pakai mobil serta memutar jalan untuk sampai ke fasilitas kesehatan,” imbuhnya.
Manfaat lainnya, kata Titik mampu meningkatkan perekonomian setempat melalui pengembangan wisata khususnya mendukung infrastruktur fisik wisata. Potensi wisata yang bisa dikembangkan berupa wisata alam yang menawarkan pemandangan hijau perbukitan nan asri dan sungai yang menyejukkan. Ada pula, potensi budaya tradisi seni pertunjukan lalu potensi kuliner tempe koro yang disajikan dengan tiwul dan sambal terong nan lezat.
"Termasuk mendorong adanya homestay berstandar internasional agar warga bersemangat dan berlomba mengembangkan potensi wisata setempat. Kami juga mendapatkan alokasi Danais 2023 ini untuk skema padat karya istimewa di dusun lainnya. Intinya, masyarakat desa sudah merasakan langsung manfaat Danais," pungkas Titik. (Ira)
Sentimen: positif (100%)