Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kab/Kota: Pemalang
Tokoh Terkait
Jangan Taati Pemimpin yang Suka Berbohong!
Fin.co.id Jenis Media: Nasional
Editor: Afdal Namakule |
Selasa 08-08-2023,13:00 WIBKetua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP) Partai Pelita Din Syamsuddin.--Fajar.co.id
Din Syamsuddin- Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin berharap masyakat agar tidak menaati pemimpin yang suka berbohong.
Menurutnya, menjelang pemilu, banyak pemimpin suka berbohong. Mereka berkata tapi tidak melaksanakannya. Mereka berjanji tapi gagal memberi bukti.
Menurut dia, sesuai pesan al-Quran, jangan taati para pemimpin pembohong.
“Jangan sampai terperosok ke lubang yang sama dua kali apalagi lebih. Maka berhati-hatilah dalam memilih calon legislatif dan calon presiden maupun calon wakil presiden. Jangan terbuai dengan penampilan dan uang. Dan sekali lagi, jangan taati pemimpin pembohong!” ujar Din Syamsuddin di Hari Bermuhammadiyah Daerah Pemalang, Sabtu 5 Agustus 2023.
Acara tersebut dihadiri oleh sebanyak 7000 warga Muhammadiyah di Klegen, Comal, Pemalang.
BACA JUGA:
Hadi dalam kesempatan itu, Plt Bupati Pemalang H Mansur Hidayat ST. Hadir pula sejumlah politisi dari berbagai politik seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golkar, dan Partai Ummat.
Din Syasuddin lebih lanjut mengatakan, pemimpin pembohong ialah mereka yang mendustakan agama Allah. Selain itu, sambungnya, mereka juga mendustakan rakyat pemilih, bahkan mendustakan dirinya sendiri.
“Para pemimpin pembohong menjelma di seputar Pemilu dan Pilpres. Mereka menebar janji tapi janji itu tidak terbukti. Hal ini merupakan penipuan dan pengkhianatan terhadap rakyat,” ujarnya.
Din mengatakan, pemimpin pembohong tampil seolah-olah dekat dengan Islam, mereka hadir di lembaga-lembaga Islam hanya untuk mencari simpatisan. Namun ketika berkuasa, mereka membenci Islam.
BACA JUGA:
“Berkunjung ke lembaga-lembaga Islam dengan beridentitas keislaman, tapi begitu berkuasa dia lupa bahkan benci terhadap Islam dan umat Islam,” sambungnya.
Kebencian inilah yang menurutnya bentuk mengabaikan aspirasi umat Islam seperti mengatasi kesenjangan ekonomi yang berdampak negatif terhadap umat Islam.
"Mereka melahirkan kebijakan publik yang merugikan umat Islam, sampai senang menyebar tuduhan stereotip seperti radikal, pengamal politik identitas, dan semacamnya," tutur Din Syamsuddin.
DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI
Sumber:
Sentimen: negatif (94.1%)