Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Sapi
Kab/Kota: Sleman, Gunungkidul
Tokoh Terkait
Antraks, Kudu Diwaspadai Tanpa Perlu Panik
Harianjogja.com Jenis Media: News
SLEMAN-Paska Iduladha, warga DIY sempat digegerkan dengan isu merebaknya virus antraks pada hewan ternak. Meski kasus antraks baru-baru ini meresahkan, perlu diketahui bahwa kasus antraks terjadi hampir setiap tahun di DIY namun penyebarannya dapat dikendalikan.
BACA JUGA: Viral Penyakit Antraks di Gunungkidul, Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati
Sebagai informasi, penyebab penyakit ini adalah Bacillucanthracis Antraks yang dapat bertahan puluhan tahun di dalam tanah. Bentuk vegetatifnya dapat tumbuh subur dalam tubuh dan segera menjadi spora ketika berada di luar tubuh. Dengan begitu, spora antraks dapat menular melalui penyebaran hewan pemakan bangkai atau ternak yang mengkonsumsi pakan atau air yang terkontaminasi spora tersebut.
"Meski berbahaya, penyakit antraks dapat dikendalikan dan dihindari melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat. Hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus antraks yang terjadi di Kabupaten Sleman, namun kami tetap mewaspadai penyebaran virus ini," ungkap Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, Rabu (19/7/2023).
Dia menjelaskan, berdasarkan surat anjuran dari Kementerian Kesehatan RI Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor PV.03.06/C/3090/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Antraks di DIY tertanggal 6 Juli 2023, Pemkab Sleman telah melaksanakan kewaspadaan terhadap resiko Anthrax di Kabupaten Sleman yang dilakukan oleh tim gabungan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan beserta Dinas Kesehatan.
"Syukur Alhamdulillah, dari hasil pemantauan sejauh ini tidak ditemukan adanya ternak yang positif anthrax. Sejumlah kasus kematian sapi mendadak yang dilaporkan warga telah kami tindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi serta pemeriksaan serologis terhadap sapi dan lingkungannya. Namun hingga saat ini hasil serologis sapi mati dan pemeriksaan sampel tanah tidak mengindikasikan penyebaran anthrax di Sleman," paparnya.
Untuk mengantisipasi penyebaran anthrax pada manusia, lanjut Kustini, Pemkab Sleman juga telah melakukan sampling pemeriksaan serologis acak untuk melihat resiko paparan bakteri anthraks namun hingga saat ini belum ada hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa warga Sleman mengalami infeksi akut bakteri anthraks.
Meski demikian, tim gabungan akan melakukan pemeriksaan lebih agresif jika terbukti ada kontak manusia dengan kasus kematian hewan ternak yang positif anthraks. Meski sejauh ini tidak ditemukan penyebaran anthraks di Sleman.
Kustini menghimbau kepada seluruh masyarakat Sleman untuk tetap mewaspadai penyebaran bakteri ini. Dia meminta warga segera lapor ke Puskeswan terdekat jika menemui kasus kematian hewan ternak secara mendadak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penanganan ternak pasca mati.
Bagi ternak mati yang dicurigai positif anthraks, harus diperlakukan berbeda dengan dibakar atau diberi desinfektan kemudian dibakar. Upaya ini dilakukan untuk mencegah agar bangkai ternak tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai dan mencegah penyebaran lebih luas.
"Selain itu, mari kita jaga kesehatan keluarga dengan memasak daging hingga matang, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk memastikan kebersihan diri dan makanan yang disajikan. Sekali lagi mari bersama kita upayakan perilaku hidup sehat demi mencegah penyebaran penyakit. Mari bersama wujudkan Sleman bersih dan sehat," ajak Kustini.
BACA JUGA: MDI Ventures dan Antler Germany Kerja Sama Garap Potensi Start Up Global
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: negatif (66.7%)